Sejak hamil saya memiliki tekad untuk dapat mengASIhi anak saya hingga berusia dua tahun. Awalnya saya mengira bahwa menyusui ini adalah praktik yang mudah. Tinggal sodorkan payudara lalu proses ini akan terjadi dengan sendirinya. Oh, ternyata tidak. Menyusui tidak semuah yang terlihat dan saya bayangkan.
Saat hamil saya sering mendengar cerita orang bahwa jika melahirkan dengan Sectio Caesaria tidak akan bisa menyusui anaknya karena tidak melahirkan secara alami dan sering juga diwanti-wanti untuk melahirkan secara pervaginam agar merasakan menjadi ibu sesungguhnya atau ibu sejati. Saat itu saya yang belum tahu apa-apa dan tidak tahu ilmunya hanya mengiyakan saja ketika ada orang yang bercerita mengenai hal tersebut. Saya juga meyakini bahwa saya bisa melahirkan secara pervaginam.
Tetapi takdir berkata lain, persalinan pertama saya berada di meja operasi. Ketuban pecah dini dan juga tidak adanya pembukaan walaupun telah induksi selama dua hari menjadi alasan obgyn untuk membedah perut dan mengeluarkan bayi saya sebelum keadaan memburuk.
Ketakutan kegagalan untuk mengASIhi terbayang dipikiran saya saat diberitahu bahwa saya harus mengalami Sectio Caesaria tetapi suami selalu menguatkan dan memberi semangat positif bahwa kita tidak akan tahu hasilnya sebelum mencoba. Â
Saya tidak mengalami IMD (Inisiasi Menyusui Dini) dengan bayi saya. Saya baru bertemu si kecil selang lima jam setelah selesai operasi. Hal pertama yang saya lakukan adalah mendekap dan mencoba menyusui si kecil. Rasa sakit akibat obat bius yg telah hilang tidak saya hiraukan. Saya berpikir bahwa saya telah kehilangan momen berharga yaitu IMD, jadi saya harus sesegera mungkin memberikan stimulasi pada payudara agar dapat memproduksi ASI karena dari berbagai sumber terpercaya yang saya baca, ASI diproduksi saat ada rangsangan dan itu berasal dari hisapan mulut bayi.
Malam pertama berada di Rumah Sakit setelah operasi menjadi malam yang panjang untuk saya dan suami karena sang bayi mulai agak rewel dan banyak menangis. Tetapi karena Rumah Sakit mendukung gerakan ASI eksklusif, tidak disediakan susu tambahan untuk bayi. Saat kunjungan malam dimana penyuntikan antibiotik dan anti nyeri dilakukan, Bidan berkata bahwa wajar jika bayi rewel, tidak selalu penyebabnya lapar tetapi karena ia juga beradaptasi dengan dunia baru, dunia yang berbeda keadaanya dari saat ia berada di dalam perut.
Ternyata  tantangan mengASIhi tidak berhenti disitu. Selama dua tahun menyusui anak pertama, saya mengalami beberapa hal antara lain adanya bendungan ASI di payudara hingga membuat bengkak dan sangat nyeri, sumbatan ASI yang mengakibatkan milk blister dan juga berulang kali lecet hingga berdarah. Tetapi saya tidak menyerah, tekad saya bulat untuk menuntaskan mengASIhi selama dua tahun. Beruntungnya saya memiliki support system yang sangat baik dimana tidak ada yang memberikan pandangan negatif terhadap saya. Omongan negatif dari orang lain sih ada, ya namanya juga netijen kan ya. Kita yang hidup, mereka yang komentarin.
Saat ini saya sedang dalam proses mengASIhi anak kedua yang berumur 11 minggu. Perjuangan saya kembali dimulai dan masih panjang. Saya selalu berdoa agar kelak proses mengASIhi ini juga bisa berakhir saat buah hati saya memasuki usia dua tahun.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”