#KompetisiYoungMom-Memiliki 2 Anak Dengan Jarak Usia Berdekatan Membuatku Belajar Banyak Hal Dalam Kehidupan

Pengalamanku Menjadi Ibu Muda Dengan 2 Anak Sekaligus Tidaklah Mudah.

Memiliki anak adalah rezeki yang sangat berharga bagi semua pasangan. Namun, bagaimana jika kehamilan kedua tidak direncanakan / kesundulan ? Inilah ceritaku, ibu muda dengan 2 anak dengan jarak usia berdekatan :)

Advertisement

Saya Ibu Rumah Tangga berusia 24 tahun, bisa di bilang ibu muda yaa hehe. ketika saya melahirkan anak kedua, si kakak berusia 18 bulan. Kebanyang gak betapa ribetnya mengasuh kedua anak balita dan bayi sekaligus ? Its Not Easy Mom :') Surprisenya kehamilan kedua ini tidak pernah saya rencanakan sebelumnya, tibalah 2 bulan saya telat mens, saya memberanikan diri untuk cek kemahilan dengan testpack bertepatan dengan 1 minggu sebelum jadwal sidang skripsi saya. Dan jengjengjengg hasilnya positif dongg, di situlah saya benar-benar blank tentang semua penilitian skripsi dan di otak hanya kepikiran hamil hamil dan hamil lagiiii. Syok pasti, dan disinilah saya benar-benar DILEMA antara sedih atau bahagia karna saya belum siap baik fisik, mental atau materi untuk memiliki anak lagi.

Saya berfikir apa saya bisa menjadi ibu yang baik untuk kedua anak saya. Apa saya bisa menciptakan bonding / ikatan antara adik dan kakak agar tidak ada kecemburuan di antara mereka. Apa saya bisa mengasuh 2 anak sekaligus, sedangkan 1 saja sudah sangat lelah. Pikiran-pikiran negatif selalu memenuhi otak ini, hingga akhirnya saya berdamai dengan keadaan dengan support suami, keluarga dan para sahabat saya. Dan disinilah saya mulai belajar strategi-strategi apa yang harus saya lakukan kedepannya untuk kedua buah hati ini.

Seiring berjalannya waktu di kehamilan kedua ini, saya ciptakan bonding / ikatan kepada si kakak bahwa di dalam perut saya ada adik kecil yang akan menemaninya bermain nanti. Setiap pagi dan sebelum tidur si kakak selalu mencium perut saya yang semakin membesar. Saya sangat bersyukur si kakak bisa menerima keadaan ibunya dan menjadi partner terbaik selama saya hamil. Sampai akhirnya si adik lahir ke dunia ini, perempuan imut yang semakin melengkapi kebahagian di keluarga kecil kami.

Advertisement

Disini saya masih serumah dengan orang tua saya, beliau punya usaha toko sembako di rumah. jadi meski serumah dengan orang tua tapi beliau tidak bisa membantu banyak dalam mengurus anak-anak. Sedikit beruntung karna suami saya masih mampu membayar nany untuk membantu saya dalam mengurus kedua buah hati kita. Disituasi inilah saya belajar arti kesabaran, keikhlasan, pengendalian emosi bahkan sampai belajar berhemat. Dan saya belajar membuka Online Shop kecil-kecilan, capek hati, pikiran dan badan itu pasti, namun saya menikmati semua moment ini.

Meski memiliki nany untuk membantu mengurus mereka, saya tetap bersama mereka setiap saat. Mandi bareng, makan bareng, main bareng, tidurpun bareng hehe. Yang sedikit repot ketika mulai tidur, karna si kakak dari bayi minur sufor dan ketika minun susu gak mau sama siapapun kecuali sama saya atau ayahnya. Jadi kalau mau tidur bareng, tangan kanan pegang botol si kakak dan sebelah kiri nenenin si adik. Memang tidak mudah, tapi dengan begitu mereka sama-sama mendapatkan perhatian saya.

Advertisement

Dan tidak disangka ternyata si kakak perhatian dan sayang banget ke adiknya. Misalnya, ketika adiknya menangis buru-buru si kakak panggil saya atau orang terdekat sambil berkata adik nangis adik nangis, cepat kesana sambil menarik tanganku untuk segera menghampiri si adik, lalu ketika si adik tidak ada di pandangan kakak, dengan cepat si kakak menanyakan adik kemana dan segera mencarinya sampai ketemu. MasyaAllah umur 18 bulan bisa punya empati seperti itu. Disini saya belajar arti sebuah keikhlasan, ikhlas mengurus mereka, ikhlas menghabiskan waktu dengan mereka meski waktu untuk me time dan waktu bersama suami ssangat sedikit. Dan belajar menghargai dan mengatur waktu dengan sebaik-baiknya.

Saya sangat bersyukur menjadi ibu dari mereka, meski tidak sedikit kesalahan ilmu parenting yang saya terapkan. Perjalanan mengurus 2 anak bayi dan balita tidak selalu mulus dan baik-baik saja, tidak jarang mereka berantem, berebut mainan, berebut duduk di pangkuan saya, tantrum bareng, nangis bareng, sakit bareng, susah makan bareng dll. Disinilah saya belajar tenang menghadapi mereka. Dari merekalah saya belajar mengelola emosi, menjaga kesabaran, dan belajar untuk tidak menyalahkan siapapun atas apa yang mereka lakukan. Yang paling penting belajar tetap waras dalam kondisi apapun :)

Sekian cerita pengalaman saya dengan 2 malaikat kecil ini. Semangat untuk para ibu-ibu hebat. Jangan lupa bahagia sebelum membahagiakan orang lain ya, karna semua ibu berhak bahagia.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis