Pasangan muda yang baru jadian biasanya penuh dengan janji-jani manis yang mereka sebut sebagai komitmen. Begitupun dengan aku. Aku dan kekasih ku berjanji untuk saling setia dan menjaga mata serta hati dari indahnya pemandangan satu langkah dari kami.
Kami adalah pasangan biasa seperti pasangan lainnya tapi diantara kami banyak sekali perbedaan, diantaranya adalah Agama dan budaya Adat.Â
Saat awal jadian, kami sepakat untuk saling menghargai dan menghormati segala perbedaan diantara kami. Bagi kami  menjalin hubungan beda Agama sangatlah rumit, di satu sisi kami berjanji saling menghargai Agama satu sama lain namun di sisi lain komentar negatif sering terdengar dari orang-orang di sekitar kami.
Terkadang usaha kami gagal untuk menutup telinga atas komentar yang kami dengar, hal itu menjadi problem dan sering jadi alasan untuk kami menyudahi hubungan ini. Putus – nyambung lagi itu sudah lumrah bagi kami, sampai teman-teman kami pun mungkin bosan mendengar status hubungan ini.
"Aku ga perduli dengan perbedaan agama kita, karena aku yakin kalau kita ditakdirkan bersama, pasti akan selalu ada jalan untuk kita"Â
Itu kalimat yang sangat jelas di ingatan ku yang pernah dia sebutkan. Aku percaya setiap masalah pasti ada solusinya, setiap manusia diciptakan berpasang-pasangan.
Jauh sebelum aku mengenal dia, aku sudah tertarik dengan agama Islam, senang mengenakan jilbab. Dengan begitu aku selalu menegaskan setiap perubahan yang terjadi terhadap penampilanku bukan semata-mata karena aku pacaran dengannya. Tapi sejak kami pacaran niatku untuk mualaf semakin kuat, niatku itu aku utarakan kepada semua keluarga ku. Untuk memberi sebuah pengakuan tidaklah mudah begitupun untuk menanggapinya.Â
​​​​​​Bagi anak perempuan, bapak adalah cinta pertamanya, kepada cinta pertama lah kita bisa luluasa cerita apapun tentang asmara. Karena bapak adalah cinta pertamaku, maka ke bapaklah aku berani bilang tentang niatku untuk pindah agama yaitu Islam. Terkejut sudah pasti, sebagai bapak yang ingin terlihat tegar, bapak cuma bisa menyerahkan semua keputusan kepadaku.Â
Satu pesan bapak untukku:Â
"Bapak nggak melarang kamu pindah agama, manapun yang kamu mau itu terserah kamu, toh kalaupun bapak paksakan kehendak bapak kamu harus ikut percaya dengan agama bpk tapi kamu tidak bahagia percuma, karena bpk percaya cita-cita kita sama yaitu Bahagia, dan bapak percaya, sejauh apapun seorang anak pergi kalau ingat orang tua pasti pulang "
Ucapan bapak membuatku terharu, bahkan biar suasana percakapan itu tidak canggung, bapak masih bercanda dan buat aku tertawa. Sebagai orangtua, bapak ingin tau siapa sosok lelaki yang membuat anaknya jatuh cinta dan berani, semua ku ceritakan, tanpa ada yang kututupi lagi.Â
Aku pikir dengan jawaban bapak ku yang manis begitu semua akan baik-baik saja, ternyata aku salah. Aku lupa dengan orang tua pacarku, yang ternyata punya kriteria manantu idaman, dan pacarku adalah tipe lelaki yang sangat patuh dengan orang tuanya.
Sifatnya yang lebih memilih diam tanpa mencoba mengungkapkan isi hatinya kepada orang tuanya membuatku sakit dan tak tau harus berkata apalagi. Bukan memaksakan kehendak, yang aku mau setidaknya dia bilang dulu apa yang terjadi antara kami, ada hubungan apa antara kami, seandainya pun tidak di restui aku bisa tau kalau cinta kami terhalang oleh restu ibunya.
Tapi itu semua tidak dilakukan nya, dia cuma diam. Hubungan kami yang sudah 4 tahun rasanya hanya buang-buang waktu, dari banyaknya cobaan dan gunjingan dari orang-orang dilingkungan kami lalui dengan sabar dan sesekali kami memilah-milah dan menghargai segala komentar dan nasehat tapi kandas begitu saja.
Bukan orang ketiga, bahkan terhalang restu pun belum pantas disebut sebagai sebabnya hubungan kami begini, tapi memang karena pacarku yang hanya diam tak pernah bersuara tentang aku kepada orangtuanya.
Marah pasti, tapi untuk apa aku marah? Aku adalah salah satu dari semua perempuan yang butuh kepastian, aku bukan sosok yang ngebet pengen nikah, tapi menikah dan hidup bersama adalah impian setiap pasangan.
Sebagai perempuan aku hanya bisa menunggu, segala support sudah aku berikan padanya tapi lagi-lagi dia hanya diam. Menangisi hubungan ini terus-menerus juga sangat membuang waktu ku, yang bisa dan memang harus aku lakukan adalah berserah kepada Allah, jika memang kami ditakdirkan hanya sebatas ini semoga kami bisa saling ihklas dan tetap bisa menjadi teman atau bahkan sahabat.Â
Melalui kejadian ini aku belajar bahwa semua rencana yang telah disiapkan oleh manusia pasti akan gagal bila memang bukan rencana Tuhan. Yang perlu diingat adalah rencana Tuhan pasti baik adanya.  Aku semakin dewasa akan hal ini. Semoga kita bisa menemukan kebahagiaan kita masing-masing.
Â
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”