Bukan hidup di dunia namanya kalau tidak ada rasa kecewa, bukan bernapas di bumi namanya kalau tidak pernah terluka. Apa yang terjadi pada diri kita lebih dari sekadar untuk memberi pengalaman. Di atas itu semua ada banyak hikmah dan pelajaran. Berhenti menjadi pendikte takdir. Kau bisa berencana tapi putusan tetap ada di hakim yang Maha Kuasa. Seringkali kita hanya dipermainkan dengan perasaan dan untaian mimpi sendiri, lalu jatuh pun karena ekspektasi terlalu tinggi. Bukan salah takdir! Kamu saja yang terlalu terbang bebas dalam angan tanpa bersandar bahwa semua bisa jadi berbalik dan menjatuhkanmu.
Ingat kalimat "Jangan mencintai berlebihan dan jangan membenci berlebihan" ini? Kenapa? Karena segalanya bisa berubah, berbalik bahkan berganti. Segiat apapun kita mempersiapkan masa depan, selalu ada kerikil dan batu tajam yang datang menguji, selalu tumbuh rumput liar yang menghalangi. Tatalah hati serapi mungkin, bangun mental sekuat mungkin karena situasi tidak akan benar-benar menyakiti jika kita mampu mengatur kendali hati.
Kata siapa amarah tak bisa diredam? Justru kita sendiri lah yang mampu mempersiapkan senjata dan benteng untuk bertempur dengan amarah jika situasi mulai berdebat dengan hati.
Mudah? Tidak! Sungguh tidak! Betapa sulit untuk menjaga perahu tetap tenang di tengah gelombang laut yang bergejolak hebat. Namun setidaknya dengan berhenti berharap besar pada seseorang dan keadaan dapat meminimalkan resiko kecewa akut.
Apa harapan harus dimusnahkan dari jiwa kita. Tidak! Tetapi kita bisa mengatur kadarnya agar semua terasa pas. Dan yang paling penting libatkan semua harapan sebagai doa yang kuat yang mampu menembus langit, yang diaminkan para malaikat. Harapan bisa sesederhana keinginan yang hanya bersarang dihati dan tak banyak memberi arti. Namun harapan juga bisa menjadi anak panah yang melesat sampai di titik sasaran jika ia diwujudkan dengan doa yang kuat.
Jika kita masih mencela takdir, sudah selayaknya kita merunduk dalam-dalam. Berpikir sejernih mungkin dan mulai menata hati, pada siapa seharusnya kita berharap. Sadarlah bahwa mungkin memang kita yang sedang kekanak-kanakan. Bukan keadaan yang mengecewakan, namun kita yang kecewa dengan ekspektasi yang kita buat sendiri.
Apa pedulinya bagi semesta jika seorang anak yang berharap mendapat permen ternyata tak ada seorang pun yang memberinya. Bagaimana situasi alam dan sekitar? Biasa saja. Siapa yang sedih? Hanya anak kecil itu. Adakah yang salah? Tidak. Hanya kenyataan yang tak sesuai harapan.
Dunia mempunyai sejuta alasan terbaik untuk apa yang kamu lalui. Selama kamu percaya bahwa garis takdir Tuhan adalah yang terbaik, maka semua sedang dalam perjalanan menuju akhir yang indah, hanya saja kamu tidak tahu bagaimana belokan dan terjalnya jalan menuju ke sana.
Bermimpilah, berharaplah dan milikilah keinginan, namun tetap rupakan semua itu dalam doa yang luar biasa dan melalui perjuangan yang tak sia-sia. Sandarkan dan kembalikan segala urusan kepada-Nya. Maka apapun nantinya kamu pasti bisa menerima.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”