Kita Semua Pendosa dan Sebaik-baiknya Pendosa Adalah yang Memohon Ampunan


Saya pernah jadi versi brengsek dari seorang manusia. Sebagian dari kalian pernah kenal dan tahu seburuk apa saya di masa lalu. Saat ini, saya menyadari bahwa dulu saya pernah mendurhakai Tuhan secara terang-terangan.


Advertisement

Dulu, azan hanya sebatas pengingat waktu bagi saya. Jika, terdengar suara azan, yang terpikirkan saat itu adalah hari sudah subuh dan saya harus segera tidur. Kemudian di siang hari ketika azan terdengar kembali, pikir saya saat itu adalah saya telah melewati tengah hari, dijadikanlah azan zuhur pengingat jam makan siang untuk mengisi perut menambah energi. Begitu seterusnya ketika azan dikumandangkan. Tak ada dorongan untuk menundukan hati, bersujud memohon rahmat melakukan ibadah salat. Kala itu, hati saya rasanya mati. Allah tutup mata hati ini, hingga panggilan azan dan nama Allah sama sekali tak menakutkan. Bahkan segala ancaman karna telah melalaikan tak sedikitpun menggetarkan.


Setiap manusia adalah pendosa. Dan sebaik-baiknya pendosa adalah yang bertaubat memohon ampunan. Maafkan saya yang dulu yang pernah mengajak kalian kepada kesesatan. Kali ini, izinkan saya mengajak kalian dalam ketaatan.


Jangan lihat saya di masa lalu. Maafkan saya atas segala khilaf yang pernah terjadi saat kita bersama. Karena sesungguhnya sebaik-baiknya hamba Allah adalah yang berjamaah. Kemudian menasihati satu sama lain dalam kebenaran. Saling mengingatkan ketika salah satu dari kita keluar dari jalan yang benar. Saya pernah jadi orang yang menjauhkan diri dari sebagian kalian ketika ajakan menuju jalan yang benar kalian sampaikan. Saya pernah menjauhkan diri dari setiap kegiatan yang menambah keimanan. Saat itu, saya pernah berada di titik bahwa saya tak percaya adanya Tuhan. Prinsip saya saat itu hanya satu, berbuat baik saja karena semua agama mengajarkan hal yang sama. Berbuat baik kepada sesama manusia.

Advertisement


Saya bukan sedang sok suci, sok alim, dan merasa benar saat ini. Saya juga tak berhak menghakimi dan menuduh diri maupun orang lain sebagai pendosa. Tapi sebagai manusia, saya punya kewajiban untuk mengajak dan mengingatkan menuju kebaikan.


Saya tak ingin berteman dengan kalian hanya sebatas teman dunia. Saya tak ingin menjadi saksi di akhirat nanti yang persaksiannya tak mampu menyelamatkan kalian menuju jurang neraka. Sebaliknya, saya pun begitu. Saya ingin kalian menjadi saksi bahwa saya bertaubat dan memohon ampunan. Saya ingin kalian menjadi saksi yang meringankan timbangan dosa saya karena kita telah berjalan bersama dalam kebenaran. Hingga akhirnya ridho Allah kita dapatkan.

Advertisement

Kita pernah sama-sama khilaf. Mungkin saat ini taubatku terlampau lambat dibanding kalian, wahai sahabat. Tapi saat ini dan di waktu yang akan datang, gandenglah tanganku. Ingatkan aku ketika kehidupan rasanya semakin menguji keimanan.


Lupakan bendera kita. Jadilah satu dalam din islam yang menenangkan. Bersatulah dalam agama Allah. Mari berpegang teguh dalam frekuensi yang sama.


Hingga nanti umur ini telah habis. Semoga kita mampu menjawab segala pertanyaan di alam kubur yang pasti kita datangi. Terlebih pertanyaan yang menyangkut persahabatan kita. Untuk apa umurmu kamu habiskan. Sungguh, saya pernah merugi dan di kemudian hari, semoga itu tak terjadi lagi.


”Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholih dan saling menasihati supaya menaati kebenaran dan saling menasihati supaya menetapi kesabaran” (QS. Al ‘Ashr).


Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Lived a day safely basically means you've got a day closer to death. Just a silhouette. A lifeless face that you'll soon forget.