Kamu adalah ingatan masa lalu yang tak mudah lepas dari hidupku. Ada yang tak pernah tuntas di antara kita. Ntah itu disebut dengan kerinduan, perasaan, pertemuan, melepaskan, atau mungkin merelakan. Kita hanyalah rindu-rindu yang tak akan pernah jadi temu. Kita adalah kepingan perasaan yang berakhir menjadi kenangan. Kata kita hanya berujung luka, bukan bahagia.Â
Aku masih saja berpikir, bagaimana perasaanmu setelah perpisahan itu. Masihkah rasa kita sama? Apakah kamu masih merasa kecewa dengan keadaan? Jujur, aku masih merasa terkadang semesta tak adil perihal hati. Kenyataan berhasil merenggut warasku setengah mati.Â
Lalu, hai. Apakah kau masih merindukanku? Jika kau bertanya hal yang sama, aku akan menjawab bahwa perasaanku masih utuh seperti dulu. Hatiku masih saja berbunga ketika mengingat senyummu. Semu merah di pipiku masih sama ketika beradu tatap denganmu. Maaf, aku masih saja rindu hadirmu.Â
Kau menjelma dalam banyak rupa. Dalam lagu yang aku dengar. Dalam foto yang aku lihat. Dalam kolom chat yang tak pernah terbalas selepasnya. Aku rindu segala guraumu. Aku rindu suaramu. Aku rindu cerita tentang penatnya pekerjaanmu. Ya, aku merindukanmu. Sungguh.Â
Di sini, aku berusaha mendamaikan pikiranku tanpamu. Merelakan kehilangan, meniadakan tangisan. Malam-malamku masih tampak berat semenjak hari itu, ketika kita tahu perasaan kita satu namun tak akan pernah bisa bersatu. Bahkan, lagu patah hati masih saja mengiringi tidurku, termasuk lagu-lagu favoritmu yang pernah kau ceritakan dulu. Bagaimana denganmu? Apakah kamu juga berusaha melupa tentang aku?Â
Tidak dapat dipungkiri, hariku pernah dipenuhi air mata sebab luka. Aku mengutuki diri sebab terlalu pengecut karena perasaan sendiri. Kita sama sama mencintai, namun tidak akan pernah bisa saling mendampingi. Kita sama sama menaruh hati, namun tak berani untuk saling mengakui. Ah, entahlah. Aku sudah lelah dengan suara tangisanku sendiri. Maka, bantu aku untuk melupakanmu, juga merelakanmu. Ajari aku untuk dapat berdiri tegak tanpa kamu di sampingku.Â
Ingatlah aku sebagai orang yang pernah mencintaimu dalam dalam, dalam diam. Yang pernah merindumu tanpa kau tahu. Dan aku akan mengenangmu sebagai orang yang berjuang dalam diam untukku. Aku selalu mengingat segala yang baik tentangmu. Walaupun pada akhirnya, kenyataan tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan.Â
Aku mohon maaf. Perasaan kita yang tepat datang di waktu yang tidak tepat. Keluargaku telah memilihkan seseorang yang akan melengkapi hidupku, dan itu bukan kamu. Berat memang. Bukan hanya untukku, namun untuk kita. Tak mengapa, mungkin ini cara Tuhan supaya kita bisa mendewasa, walau harus ditakdirkan tidak bersama.Â
Aku begitu bersyukur pernah berjumpa denganmu, mengenalmu, jatuh hati begitu dalam padamu, menjadi bagian istimewa dalam hidupmu. Ya, walaupun sekadar pernah, aku bahagia.Â
Terima kasih untuk perasaanmu, untuk rindumu, dan apa apa yang kau ajarkan hingga aku mengerti arti bahagia. Maafkan aku yang masih belum sempurna dalam melupakanmu. Aku pamit. Mungkin hadirku dalam hidupmu hanya sekadar untuk pamit. Jaga diri baik-baik. Kau pantas bahagia. Dia, siapapun di luar sana, akan sangat beruntung untuk mendampingi hidupmu.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”