Hey Kamu, Sebenarnya Kita Ini Apa? Hanya Sebatas Teman Bercerita tapi Tanpa Melibatkan Perasaan?

sebatas teman bercerita

Dari awal sudah kubilang pada diriku sendiri, jangan melibatkan manapun pria untuk membantuku. Bukankah aku sudah terbiasa sendiri? Melakukan apapun semampuku dan puas dengan apapun yang kucapai. Tapi kenapa akhir-akhir ini aku malah merasa nggak ada progres sama sekali dengan yang kukerjakan sampai aku merasa butuh bantuan. 

Advertisement

Entah awalnya gimana sampai aku memilih kamu untuk ikut campur dengan urusanku. Banyak orang yang kumintai bantuan saat itu, tapi kenapa yang akhirnya kupilih adalah kamu. Kenapa nggak pada suami orang aja hingga aku bisa membatasi diskusi dengannya. Yah, cuma sebatas kerjaan, nggak kurang nggak lebih. Kenapa harus kamu yang sedikit banyak tau tentang cara melayanku, nggak cuma sebagai teman bahkan lebih dari itu. Dan akhirnya aku salah paham dengan semuanya. 

Sekarang aku harus apa? Maju aku nggak kuat, mundurpun aku nggak mampu. Benar, salahku karena nggak bisa pegang kata-kataku untuk nggak akan melibatkan perasaan dalam kontrak kerja kita. Khilafku terlalu lemah hingga nyaman dikit aja, aku langsung sayang. Sampai akhirnya kamu tau segalanya, kamu mengaku nggak bisa membalasnya. Nggak masalah sih, tapi kenapa kamu masih terus ada? Kalau gini duduk perkaranya, gimana caranya aku bisa beranjak dari perasaan yang entah apa?

Sampai sejauh ini pun aku masih melihatmu tanpa cela. Padahal jelas-jelas kamu itu dingin dan selamanya akan begitu. Kamu selalu bilang kamu nggak peduli tapi sebenarnya kamu peduli. Kamu selalu bilang bodo amat, tapi sebenarnya kamu rajin amat. Rajin muncul saat aku butuh bahkan saat aku bingung dengan duniaku. Bahkan kamu rajin mengagalkan usaha move onku hanya dengan satu sapaan. 

Advertisement

Aku ingat banget setiap berakhirnya hari, kamu menghiburku dengan kekonyolanmu. Kamu seakan tau hari-hariku berat dan aku butuh dibuat ketawa. Kamu tau cara melakukannya tanpa aku harus menjelaskan bagaimana. Itu salah satu kenapa aku sampai jatuh hati padamu. Belum lagi hal-hal lain yang akan panjang jadinya kalau aku runut satu-satu. 

Sekarang gimana? Kontrak kerja kita masih lama, sedangkan aku nggak akan selalu bisa baik-baik saja. Aku tau persis kamu akan diam aja. Kamu bisa melayaniku sebatas teman kerja. Tapi kenapa sesekali kamu datang sebagai teman tapi mesra? Kenapa harus terus menyemangatiku di luar konteks kerjaan. Kamu sarankan aku begini begitu padahal aku udah nggak butuh itu lagi dari kamu. 

Advertisement

Jauh dari pangkal hati, aku ingin tau kenapa kamu membatasi diri? Kamu mengaku kok kamu juga nyaman, tapi kenapa kamu bersembunyi? Aku ingin tau alasan di balik itu semua, tapi aku malu untuk bertanya. Aku pasti akan kesal kalau kamu menganggap itu hanya candaan dan aku akan ditertawakan. Kamu itu abu-abu, aku gak tau apa sebenarnya yang kamu mau. Apa karna kita jauh? Apa karena kita beda? Entahlah

Aku sadar, selamanya nggak akan ada aku dalam puisimu. Biarlah sesekali kamu yang diabadikan dalam tulisan, kali ini oleh aku. Apa aku terlalu naif untuk berharap kamu bahagia walau sejujurnya aku berharap kita bahagia bersama? Kalau nggak bisa seperti apa yang aku imajinasikan, kenapa dari awal kamu peduli denganku?

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Travel blogger asal Aceh yang hobi jalan-jalan tapi merasa kurang piknik. Suka nulis dan suka baperan.

Editor

une femme libre