Kita Berdua Tahu bahwa Masa Depan yang Kita Harapkan Ternyata Makin Jauh dari Genggaman

Sebenarnya, aku benci ketika aku mengalami siklus kegagalan. Aku benci mengalami siklus bertengkar, saling meninggikan ego, gengsi mengutarakan isi hati, dan akhirnya menjadi kesalahpahaman dan berbuah perpisahan.

Advertisement

Tapi, itulah hidup, kan?

Akan selalu ada datang dan pergi di kehidupan kita. Hal yang wajar ketika tidak ada satu pun yang menetap. Orangtua yang kita sayangi, suatu saat akan kembali pulang ke pangkuan sang pencipta. Kekasih hati yang dicintai pun akan meninggalkan kita. Entah karena usia atau karena kita bukanlah jodohnya. Seorang anak pula akan melangkah menempuh jalan hidupnya sendiri.

Lantas, siapa yang bisa disalahkan ketika datang dan pergi itu terjadi?

Advertisement

Tidak ada. Karena hal itu merupakan proses kehidupan. Tidak ada yang bisa disalahkan kecuali satu hal, yaitu harapan yang tinggi.

Menuntut seseorang mengerti dan selalu menjadi sosok yang kita inginkan, mungkin bisa dikatakan wajar karena itu merupakan sebuah harapan. Tetapi ketika kita memaksakan itu semua, memaksakan dunia selalu berpihak pada kita, hal itu sudah menjadi sesuatu yang berbeda.

Advertisement

Semua hal itu selalu kupikirkan ketika kita berdua sama-sama kehabisan energi dan saling diam. Sebenarnya, apa tujuan kita? Apa tujuanmu kembali menuliskan cerita yang mungkin saja sudah habis tintanya? Kamu masih ingat tujuan awal itu?

Seharusnya sudah habis. Namun, kamu meyakinkanku dan akhirnya tintaku yang tertulis untuk kisah kita berdua. Aku bahagia. Tentu saja karena aku memiliki sosok keren dan hebat. Cara pandangmu kepada dunia dan caramu berpikir terhadap sesuatu. Selalu ingin menyemangati ketika kamu merasa khawatir, selalu ingin memberikan pelukan hangat ketika sesuatu yang tidak diinginkan terjadi. Selalu ingin berkata bahwa tak apa ketika kamu tidak baik-baik saja, tak apa ketika kamu belum berhasil terhadap sesuatu, tak apa jika saat ini kamu belum menjadi peran terbesar.

Namun, aku mulai lelah karena diriku sendiri. Kurasakan kamu pun mulai letih untuk melangkahkan kakimu kemari. Wajar. Karena kamu yang selalu berusaha akan semuanya yang terjadi pada kita. Sedangkan aku? Aku hanya duduk manis menunggumu datang. Aku tidak merasakan bagaimana berdiri dengan banyak orang dan mencari tempat duduk yang nyaman selama di perjalanan, aku tidak tahu bagaimana rasanya ketika malam datang dan aku masih berkeringat di jalanan.

Kamu sempurna. Kamu terbaik akan semua hal yang kamu lakukan untukku. Orang-orang yang melihat, mungkin mengatakan kalau kamu benar-benar menyayangiku dan mencintaiku.

Tentu. Benar adanya akan perasaanmu itu. Lalu, setelah semua hal yang kutuliskan tadi, bagaimana perasaanku yang sesungguhya?

Bahagia. Seharusnya begitu, kan? Iya. Aku bahagia. Sekaligus merasa bingung akan perasaanku sendiri. Mengapa aku berkata aku lelah? Aku juga tidak tahu.

Ketika kamu berkata mulai lelah dengan hubungan kita karena selalu kamu yang berusaha, aku kebingungan harus bagaimana. Kuputuskan untuk datang menemuimu. Namun, kamu berkata tak bisa. Berkata sibuk dan tak sempat.

Kuputuskan hari lain saat kamu benar-benar senggang. Kamu iyakan. Kamu buat aku sibuk mencari tempat-tempat yang ingin kukunjungi esok hari.

Sayangnya, kamu kembali ragu untuk bertemu denganku walau jarak kita sangat dekat dari biasanya. Kamu ingat tentang amarahmu saat terakhir kali kita ada di kota yang sma namun tak berjumpa? Kini kita berdua sama-sama memiliki kesempatan. Namun kamu gagalkann untuk yang kedua kalinya.

Tidak. Aku tidak ingin sepenuhnya menyalahkanmu. Bahkan aku tidak berniat menyalahkanmu dengan surat panjang yang kutulis ini. Aku pun salah karena tidak bisa mengerti dirimu. Tidak bisa memahami dirimu yang masih takut untuk menemui sesuatu yang mungkin saja berkaitan dengan ikatan kita suatu saat nanti. Aku yang egois selalu ingin kamu berusaha, berjuang untuk kita. Padahal aku tidak melakukan hal apa pun untuk kita berdua.

Maaf karena aku tidak bisa mengerti diamnya kamu dan alasan kamu begitu dingin. Maaf ketika aku tidak membantu banyak saat ada hal-hal terjadi yang kamu ceritakan. Maaf karena aku tidak bisa menenangkanmu saat kamu lelah. Maaf karena aku tidak menjadi sosok yang kamu inginkan. Yang bisa berdiri di sampingmu kapan pun kamu mau.

Aku merasa payah untuk diriku dan dirimu. Jadi kuwajarkan ketika kamu lelah.

Aku tidak ingin mengatakan banyak hal lagi untuk mengungkapkan betapa aku mencintaimu. Meski sesungguhnya aku benar-benar begitu. Malah aku pribadi menganggap ucapanku hanya omong kosong. Karena selama ini selalu kamu yang berjuang. Kamu … benar-benar sosok keren.

Untuk semua impian dan cita-cita yang kamu punya untuk kehidupanmu sebelum kamu meminangku, semangat, ya! Aku selalu mendoakan yang terbaik untukmu di sini.

Kita berdua tahu. Sesungguhnya di hati kecil kita, ada satu pertanyaan serupa yang sama-sama kita coba paksa redamkan.

Yaitu akankah kita berakhir di satu atap rumah yang sama?

Seperti yang kukatakan. Bagaimanapun kita nantinya, aku selalu mensyukuri kebersamaan kita.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Berdarah Sunda & Betawi, berzodiak Leo, kurang lebih karakternya seperti Dorry di film Finding Dorry.