Setelah kepergianmu, semua terasa berbeda tak ada lagi dering telepon dan notifikasi pesan darimu, tak ada lagi agenda bertemu dan tak perlu lagi memikirkan cerita mana lagi yang harus dibagi padamu. Meski sempat ritual malam panjang dipenuhi dengan derai air mata dan dihiasi indahnya sobekan tisu yang berceceran disekeliling kamar serta coret coret indah di sebuah kertas yang dipenuhi catatan kesalahanmu, mendoktrin pikiran untuk mengingat semua sikap jelekmu dengan niatan agar segera lepas dari jerat tentangmu dan melupakan segalanya. Namun ternyata melupakan tak semudah saat memberikan hati padamu.Â
Setelah kepergianmu aku berteman akrab dengan sepi ditemani sehelai tisu yang selalu setia meyekat setiap ingatan tentangmu yang mengalir bagai bulir bulir kecil memenuhi mata memaksa untuk mengalir di pipi. Mencoba melepaskan semua tentangmu namun semakin berusaha untuk melepaskan perasaan ini malah semakin merajalela tak terkontrol, ingin rasanya menyusulmu dan meluapkan semua sesak didada ini.
Tapi tak akan mungkin, karena kamu dan aku sudah berbeda.
Selepas dari ritual malam panjang itu kini aku mulai terbiasa dengan sepi yang selalu menghampiri, meski hati dan perasaan enggan berkompromi tapi meratapi mu bukan jalan yang terbaik bukan? Kamu pun pasti tak suka jika melihat aku serapuh ini? Ah pasti kamu sedih di alam sana melihat aku dari kejauhan terus menangisimu. Tenang saja meski kau sudah tak ada namun kau tetap hidup dalam hati ku. Meski diri ini tak ingin kau kembali namun cinta ini selalu aku banggakan.Â
Sebab mengharapmu kembali bagai mengharap pohon mangga berbuah durian, tak akan pernah terjadi!
Namun bolehkah setiap rindu menghampiri aku luapkan lewat tulisan tulisanku untuk mengenangmu? Bolehkah aku menyapamu selalu lewat sujud 5 waktuku? Boleh kah aku titip rindu lewat Tuhan padamu? Dan ijinkan aku menaruh hati padamu  karena perasaan ini tak bisa berkompromi dengan kenyataan yang kini terjadi.
Jelas saja saat kita tengah bahagia kamu malah harus meninggalkanku untuk selamanya memaksa aku harus melepaskanmu. Tapi sudahlah mungkin ini sudah takdir untuk kita, aku akan terus melanjutkan hidupku dan kamu juga telah bahagia disana semoga suatu saat nanti kita bisa bertemu tunggu aku disana. Di kehidupan yang kekal nantinya.
Karena yang tersulit dalam melepaskan bukan saat hubungan berakhir karena penghianatan ataupun orang ketiga tapi saat hubungan dipaksa berakhir karena salah satu harus pergi untuk selamanya.Â
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”