Kisah Tentang Makhluk Bernama “Hedonisme” yang Tersesat di Tengah Kota

Apa kabar nih sahabat? Semoga sehat dan baik selalu ya.

Advertisement

Maaf nih, mau ngenalin diri. Utamanya buat yang belum kenal saya ya. Nama saya Si Hedon. Waktu kecil sering dipanggil Si Hedon. Nama panjang saya, Hedonisme Panglima Hidup.

Saya tinggal di kota besar. Saya gak suka politik. Apalagi agama. Buat saya, hidup yang penting kesenangan, kenikmatan, dan kepuasan. Gak masalah buat saya, kalo orang lain bilang itu hanya kepentingan dunia semata. Atau dianggap lebih mementingkan diri sendiri. Individualis kata orang sekarang. Gak masalah kok, makanya saya diberi nama, Si Hedon.

Dari kecil, saya dididik untuk cinta dunia. Sekolah dan kerja untuk dunia. Buat cari materi. Biar senang-senang, demi kenikmatan dan kepuasan diri sendiri. Hobi saya cari kesenangan di mana saja. Asal bikin senang akan saya hampiri. Gak masalah, hidup saya lebih banyak di luar rumah.

Advertisement

Lebih banyak main-main sambil mengkonsumsi barang-barang mewah. Makanya, sekarang status sosial saya tinggi. Karena kan nama saya Si Hedon. Prinsip hidup saya sederhana saja. Menjadikan kesenangan dan kenikmatan materi sebagai tujuan.

Buat saya, kepuasan dan kesenangan hidup di dunia, semuanya diukur dari harta, uang dan semua yang tampak dari luarnya saja. Karena bagi saya, orang yang bahagia itu yang harta bendanya banyak, melimpah. Asal saya puas dan senang. Gak peduli dengan yang lain. Makanya, saya dipanggl Si Hedon.

Advertisement

Sekarang ini, saya jadi Ketua Partai Hedonis. Kumpulan orang-orang yang gemar pada kesenangan sesaat. Anggota saya sudah banyak. Ada di mana-mana. Sebagian besar orang-orang kota besar. Dan sekarang sudah mulai merambah ke daerah-daerah. Lagi bikin kaderisasi.

Tempat ngumpul kami ada di mal-mal, di kafe-kafe, dan tempat tongkrongan lainnya. Saya pasti ada di tempat senang-senang dan yang bikin konsumtif. Kalo mau jadi anggota, kasih tahu saya ya. Gak pake formulir kok, yang penting punya duit aja. Sebut aja nama saya, Si Hedon.

Saya senang hidup di zaman sekarang. Zaman modern. Surganya gaya hidup konsumtif dan jet-set (mewah). Mulai dari fashion, gadget, dan sebagainya deh. Yang penting bisa hura-hura. Foya-foya. Semuanya bebas tanpa batas. Etika, kesopanan dan moralitas cuma jadi pajangan. Resep hidupnya juga sederhana, semau gue aja. Alias seenaknya sendiri saja. Kalo ada orang kayak gitu, itulah saya Si Hedon.

Kenapa saya jadi begini?

Karena di negeri ini, derajat manusia hanya diukur dari penampilan fisik dan materi saja. Moral dan batin udah gak laku. Boleh menghalalkan segala cara. Serba boleh. Alias permisif. Yang penting, bisa dapat kesenangan dunia. Enak kan ikut gaya hidup saya. Namanya juga Si Hedon.

Masih boleh gak kalo ada yang masuk jadi anggota Partai Hedon?

Boleh-boleh saja sih. Tapi asal tahu saja. Sekarang ini, saya lagi mikir pengen ninggalin hidup yang cuma mikirin kesenangan sesaat. Bahkan saya lagi rajin ikut pengajian. Mau ganti nama, gak lagi jadi Si Hedon. Mungkin ganti jadi Si Fakir, orang yang merasa gak punya apa-apa.

Kenapa emangnya? Karena saya sadar, hedonisme hanya menjadikan saya sebagai manusia yang rapuh dan mudah putus asa. Tidak bisa hidup prihatin. Maunya jalan pintas. Dan yang saya sesalin, saya jadi gak peduli pada orang lain. Makin ke sini, saya makin rapuh. Gak ada lagi nilai-nilai luhur yang harus saya junjung tinggi. Hidup jadi gersang. Belakangan ini saya sering galau, gelisah. Entahlah, lelah hiidup jadi si hedon.

Terus terang, saya mulai muak dengan gaya hidup hedonis. Karena bersifat semu. Kamuflase. Berlagak senang padahal tidak. Berlagak puas padahal galau. Sepertinya bahagia padahal banyak masalah. Itu yang bikin jiwa saya kosong. Hampa.

Jadi, cukuplah saya yang terpenjara oleh hedonisme. Semoga sahabat dan teman-teman saya bisa belajar dari kondisi saya ya. Karena dulu nama saya Si Hedon. Dan sebentar lagi, saya akan ganti nama jadi Tidak lagi Si Hedon. Tapi Si Fakir …. #BelajarDariOrangGoblok

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Pekerja alam semesta yang gemar menulis, menulis, dan menulis. Penulis dan Editor dari 28 buku. Buku yang telah cetak ulang adalah JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, dan Antologi 44 Cukstaw Cerpen "Surti Bukan Perempuan Metropolis". Konsultan di DSS Consulting dan Dosen Unindra. Pendiri TBM Lentera Pustaka dan GErakan BERantas BUta aksaRA (GeberBura) di Kaki Gn. Salak. Saat ini dikenal sebagaipegiat literasi Indonesia. Pengelola Komunitas Peduli Yatim Caraka Muda YAJFA, Salam DAHSYAT nan ciamik !!

7 Comments

  1. Doni N Bakhtiar berkata:

    Artikel e nice banget. Hedonisme…