Meski Tak Jadi Disatukan, Perpisahan dengannya Justru Tak Membuat Saya Menyesal

kisah tak jadi berjodoh

Semua perempuan pasti berdoa yang baik untuk memiliki pasangan yang tepat. Saya berbagi sedikit kisah saya dengan beberapa pria.

Advertisement

Ketika masa SMA saya jarang terlibat dalam hubungan berpacaran. Beberapa pria yang mampir hanya sampai batas PDKT. Ada juga pria yang saya tolak dengan baik-baik bahkan ada juga yang saya tolak dengan kemarahan, sebab yang bersangkutan terlalu memaksakan.

Suatu ketika saya kenal dengan anak seorang kerabat yang kebetulan sekolah di luar negeri. Awalnya saya kira dia pria baik, tapi saya salah menilai. Beberapa waktu setelah tahu orang ini, tidak tahu kenapa dia dan beberapa temannya mem-bully saya di media sosial. Saya juga kurang paham, apakah orang pintar memang seperti itu? Singkat cerita, kami tidak berkomunikasi sampai beberapa foto pribadi saya di-like pada Instagram sahabat saya. Sebelum memutuskan kembali berteman dengan pria ini, beberapa orang terdekat saya menyarankan untuk memilih pria yang bijaksana dan rendah hati. Karena waktu itu saya tidak mau berburuk sangka, akhirnya saya memilih berteman.

Di saat berteman dengan pria ini, datanglah pria lain dalam hidup saya. Ketika itu saya melihat perbedaan karakter yang sangat jauh berbeda. Pria baru ini lebih sederhana, rendah hati, tidak gengsi minta maaf ketika berbuat salah. Berbeda dengan pria sebelumnya, tidak pernah minta maaf, komunikasi kami tidak intens, bahkan selalu saya yang memulai. Saya berpendapat relasi yang sehat akan lebih baik dibangun dengan orang yang berkarakter baik daripada orang yang hanya pintar akademik. Sejak itu saya memutuskan memilih pria baru itu. Sebab sangat tidak baik kalau hanya satu pihak yang terus memberi investasi waktu dan energi. Relasi sehat itu harus adil dalam investasi.

Advertisement

Beberapa tahun kemudian pria yang saya kenal dari kerabat kami ini terlibat pergaulan bebas. Sejak saat itu saya bersyukur karena Sang Pencipta telah melindungi masa depan saya. Kebahagiaan kita itu tanggung jawab pribadi, bukan bergantung dari kepintaran, materi dan popularitas seorang pria yang kita kenal. Bahkan lebih baik dengan orang sederhana tapi mereka bisa mengahargai dan mencintai kita sepenuh hati daripada dengan orang yang terlihat pintar dan glamor.

Kita juga butuh doa dan nasehat dari orang-orang terdekat yang memiliki relasi sehat sehingga mereka dapat membantu mengarahkan kita ke jalan yang benar. Kita bukan hanya sebagai makhluk berperasaan, kita juga memiliki logika oleh sebab itu jangan mengabaikan logika. Kita sangat sanggup mengendalikan diri, hanya kadang kita menolak sampai penyesalan itu datang. Kalau bisa belajar sebelum menyesal kenapa harus menunggu menyesal baru belajar? Waktu kita sebagai perempuan terbatas sehingga gunakanlah dengan benar.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

An ordinary girl with extraordinary life

Editor

Not that millennial in digital era.