Kisah Pengamen Marathon, Langkah Kaki Pak Teguh yang Takkan Terhenti

Karena hal-hal yang kita lakukan pasti akan selalu ada hambatan yang menghalangi

Kisah pak Teguh seorang pengamen yang sangat ampuh dalam menjalani rute perjalannya. Bisa dikatakan pengamen marathon, beliau bernama Teguh Sutrisno. Memiliki 2 anak dan 1 istri, beliau adalah sosok kepala keluarga yang sangat bertanggung jawab. Berikut kisah cerita jatuh bangun pak Teguh selama menjadi pengamen.

Advertisement

Disinilah mereka tinggal, di sebuah desa di kecamatan Depok Sleman Yogyakarta. Bapak Teguh namanya, ia tinggal bersama istrinya dan seorang putri bungsunya. Iia memiliki beberapa anak yang semua sudah berkeluarga kecuali si kecil, sebelumnya hidup mereka masih berjalan dengan normal pergi bekerja mengamen di sepanjang jalan raya di Kawasan Yogyakarta dan bisa menempuh puluhan kilometer. Beliau harus berjalan kaki karena tidak memiliki kendaraan dan juga tidak bisa mengendarainya.

Namun setahun belakangan beliau terasa berat, beliau merasakan kaki bliau sakit akibat terjatuh dalam bekerja, memang beliau sudah sering terjatuh tetapi sakit di kakinya tidak terlalu dirasakan dan tetap memaksakannya untuk bekerja. Hingga suatu hari ia terjatuh lagi hingga tak sadarkan diri. Dan sejak saat itu kakinya sangat sulit untuk di gerakkan dan tidak bisa bekerja lagi, hingga isterinya yang harusnya sendirian, untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari hari tetapi nasib siapa sangka istri beliau terjatuh saat bekerja dan kakinya terluka.

Masa itu merupakan masa sangat sulit bagi mereka, karena mereka tidak dapat bekerja dan harus berdiam diri di rumah dengan keaddaan seperti itu mereka pun sulit untuk mengurus putrinya yang tak senormal teman temannya, untung anak anak mereka masih bisa membantu walau sedikit. Setelah menjalani pengobatan kaki mereka cukup membaik tapi belum bisa untuk berjalan normal dan saat ini istrilah bekerja sendirian karena bapak Teguh sudah tidak kuat berjalann jauh lagi.

Advertisement

Sang istri pergi ke kebun mulai dari subuh sampai menjelang maghrib, wajar saja jarak begitu jauh ditambah dengan langkah yang tergopoh gopoh dibantu dengan tongkat kayunya ia pun harus sering istirahat di perjalanan karena kakinya sudah tidak mampu berjalan jauh dan juga terlalu lama. Dengan keadaan yang sudah tak se normal dahulu. Perekonomian keluarga pak Teguh pun semakin sulit karena jika kaki sang istri kambuh makai a tidak akan bisa bekerja di tambah anak yang sering sakit sakitan yang pastinya membutuhkan biyaya pengobatan tetapi walaupunm dengan keadaannya yang sulit bapak Teguh tidak ingin merepotkan orang lain termasuk anaknya. Ia tidak pernah meminta uang kepada anaknya karena takut mebebankan mereka tetapi mereka tetapi ketika sang anak memberiny uang, barulah pak Teguh menerimanya.

Kadang kala jika ada pisang dari samping rumah matang maka pak teguh akan keliling menjual pisang tersebut untuk untuk membantu istri mencukupi kebutuhan sehari-hari. Meski dengan kaki yang pincang bapak Teguh tetap berkeliling dengan dibantu tongkat kayunya, di usia mereka yang sudah senja mereka hanya ingin menikmati kehidupan normal bekerja mengamen dan kembali ke rumah untuk berkumpul dengan keluarga tetapi kenyataan bahwa mereka harus lebih berjuang untuk bertahan dengan kehidupan mereka saat ini.


"Keep running though haunted by fatigue, keep learning despite being approached by boredom, because the things we do for sure there will always be obstacles that hinder."


Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini