Setiap pasangan yang telah Sah menjadi suami istri pasti mendambakan keturunan, begitu pula aku dan suamiku. Sepulang kami dari honeymoon di tahun 2016, tepat 2 minggu setelah pernikahan kami, aku memutuskan untuk kontrol ke dokter kandungan di kotaku, karena sejak awal menstruasiku tidaklah teratur, bahkan 4 bulan ini aku belum juga menstruasi, hingga aku menikah. Suamiku yang notabene sudah berpacaran sejak SMA dengan aku, sudah tau keadaan ketidaksempurnaanku. Alhamdulillah dia tetap memilihku menjadi istrinya.
13 April 2016
Apa bisa dikata, takdirku terdiagnosa PCOS. Hancur rasanya perasaan ini, hancur rasanya harapan ini, sempat bilang ke suami "Kamu menikahlah lagi, aku bakalan susah memberikan keturunan", dan saat itu suami memelukku dan bilang bahwa apapun yang terjadi nanti tidak akan ada yang terpisahkan antara kami selain kematian. Aaaah nangis rasanya, semakin sesak dada ini, semakin linglung pikiran ini. PCOS secara singkatnya adalah masalah infertilitas pada perempuan yaitu sel telur yang banyak dan sulit untuk ovulasi.
Sejak itu pengobatan dari dokter selalu aku konsumsi, hingga merusak badanku yang langsing menjadi obesitas. Sedih….tak kunjung kami dikaruniai keturunan, doa selalu kami panjatkan, tapi mungkin Allah masih ingin mendengar doa kami dan kami masih ditakdirkan untuk berdua saling menguatkan.
6 bulan pernikahan kami
Setelah 6 bulan pengobatan tanpa ada hasil, akhirnya dokter memberikan rujukan untuk pemeriksaan suamiku, dan lagi-lagi kami diuji. Yaaaa diagnosa baru muncul, ada masalah infertilitas juga di suamiku. Ya Allah ujianMu benar-benar Indah. Suamiku mengalami Oligoasthenospermia atau jumlah sperm yang kurang memenuhi standar dan juga pergerakannya tidak lurus. Harapan untuk memiliki keturunan secara alami semakin kecil, hanya bisa menangis menerima takdir pernikahan kami. Akhirnya aku memutuskan untuk resign dari pekerjaan mengajar keperawatan. Aku fokus pada kesehatanku dan suamiku.
2 tahun pernikahan
Selama 2 tahun ini kami tidak putus asa dalam berusaha maupun berdoa, ada saatnya saya putus asa, ada suami yang selalu mensupport, begitu pula sebaliknya, karena kami yakin saat ini tidak ada istilah mandul, karena teknologi medis semakin maju.Medis, herbal, akupuntur, pijat semua sudah kami jalani, namun belum juga ada hasil. It"s Oke, ini bagian dari hidupku, bagian dari takdirku. Akhirnya saat tabungan kami sudah cukup, aku dan suamiku memutuskan untuk menjalani ibadah umrah. Selama di tanah suci, saya dan suami tidak henti-hentinya berdoa memohon keturunan. Selain berniat ibadah, saya dan suami memang memfokuskan doa itu untuk keturunan.
Bulan Agustus 2018
Saya dan suami memutuskan untuk program hamil di kota sebelah dengan dokter Aucky Hinting dan tim. Alhamdulillah tepat bulan September 2018 saya dinyatakan positif hamil. Hari demi hari saya jalani dengan suka cita menyambut malaikat kecil yang ada di rahim saya, malaikat kecil yang sedang tumbuh di rahim saya. Bahagia setiap melihat perkembangannya sesuai dengan tahapan tumbuh kembang janin.
5 Desember 2018
"Selamat bapak ibu, jenis kelamin janinnya laki-laki, sehat, ini detak jantung dan pergerakannya aktif."
Alhamdulillah ya Allah penantian kami, terasa tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan kebahagiaan mendapatkan anak sholeh ini. Yang dari awal hamil selalu diajak ngobrol dengan dipanggil dek, mulai hari ini dipanggil mas yaaa nak…..ibu dan ayah sayang sekali sama mas, anak pertama kali yang tampan.
7 Desember 2018
Rasa apa ini, mulas, mau BAB, tapi tidak bisa BAB, BAK banyak, dan……..ya Allah cobaan apalagi ini, darah….iya darah mengalir, ya Allah lindungi aku dan bayiku ini, Engkau tahu betapa aku menunggunya, betapa aku menyayanginya…….
Sesampai di IGD, darah mengalir deras, USG lagi, detak jantung masih bagus, Si Mas juga masih gerak, namun sebagian placentanya sudah ruptur. Sakitnya tidak sesakit perasaan ini, aku selalu mengajaknya berbicara "Tahan yaa nak, bertahan bertahan, kasihan ibu nak…..ayo kita bertemu di waktu yang tepat sayang. Mas tahan yaaa nak…." dan Alhamdulillh dia bertahan, gejolak untuk keluar tidak aku rasakan lagi.
8 Desember 2018
Seperti ada suara "pluk" dari dalam perutku, lalu suamiku memanggil suster jaga, dan dilihat teryata bukan air ketuban, tapi sungguh rasa mulas itu bertubi-tubi rasanya datang kembali, dan akhirnya masih menunggu dokter datang, setelah dokter datang, dan di USG ulang, Innalilahi wa Innalilahi rojiun, bayiku sudah di jalan lahir dan sudah tidak ada lagi denyutnya.Â
Hancur duniaku. Hilang arahku, pecah tangisku
Aku sudah tidak pedulikan lagi keadaan sekitar. Akhirnya hari itu juga aku masuk ruang operasi. Aku melihat bayi merahku, dia lengkap,jari kaki dan tangannya sudah ada putihnya, bibirnya, hidungnya mirip ayahnya, bayiku anak lelakiku telah pergi untuk selama-lamanya, kembali ke surga, dan aku? Hanya seorang ibu yang harus kembali menjalani kehidupan ini.
Hari-hari aku lalui dengan support penuh dari suamiku. Dia yang selalu ada di sisiku. Bahkan tanpanya mungkin aku sudah gila. Hilang sudah minatku, semangatku pada dunia ini. Kecewaku membuncah, kutinggalkan semuanya dengan terkuburnya kekasih hatiku si kecil anakku yang kuberi nama Wira Kusuma.
Mas Wira, awalnya ibu memang tidak ikhlas akan kepergianmu nak. Ibu marah pada Allah. Ibu benci takdir Allah, tetapi detik ini ibu benar-benar mengikhlaskanmu, menerima ketetapan takdirNya, bertaubat pada Nya. Ibu dan Ayah kembali menjalani hari berdua, berusaha untuk menghadirkan adik-adik mas Wira di dunia, yang InsyaAllah nanti akan membantu mendoakanmu ya nak.
Terima kasih Allah telah menghadirkanku,memberikanku harapan, mendengarkan doaku dan menuntunku pada takdirku. Aku yakin ketetapan-Mu adalah yang terbaik. Kun fayakun, terjadilah maka terjadilah, tidak akan ada yang bisa menolak takdirmu. Doaku saat ini kuatkanlah aku untuk menjalani setiap takdir dariMu, berkahilah aku di jalanMu, dan berikanlah aku juga suamiku kemudahan agar kami mampu Engkau percaya menjadi sepasang ayah dan ibu untuk menghadirkan hafidz dan hafidza di dunia ini.
Mungkin sekelilingku ada yang berkata ini salahku sehingga bayiku meninggal, atau aku tidak bisa menjaga bayiku atau apalah pikiran negative itu, aku terima akan takdirku, tanpa perlu kalian ikut berkata buruk akan takdirku, karena sesungguhnya kehilangan dia merupakan moment terberat di hidupku sejauh ini. Apakah kalian tahu rasanya rindu beda dunia, rasanya kangen tanpa bisa memeluk, rasanya ASI keluar tanpa ada bayi mungilku, rasanya berusaha kembali bangkit, berdiri dan berjalan di tengah rasa hancur kehilangan? Karena itulah please stop bullying terhadap ibu yang kehilangan bayinya, begitu pula terhadap pasangan yang belum dikaruniai keturunan, bukan kami tidak berusaha atau kurang berdoa, namun inilah takdir kami.
Hadist keguguran "Sesungguhnya bayi yang gugur benar-benar akan memprotes Rabbnya bila kedua orangtuanya dimasukkan ke dalam neraka. Hingga dikatakan kepadanya, ‘Wahai bayi yang gugur dan memprotes Rabbnya, masukkanlah kedua orang tuamu ke dalam surga.’ Ia pun menarik keduanya dengan tali pusarnya untuk dimasukkan ke dalam surga."
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”