Sungguh aneh tapi nyata. Takkan terlupa. Kisah kasih di sekolah dengan si dia. Tiada masa paling indah. Masa-masa di sekolah. Tiada kisah paling indah. Kisah kasih di sekolah.
Sepenggal lirik lagu mendiang Chrisye yang berjudul Kisah Kasih di Sekolah tersebut, pasti sangat membekas diingatan kita semua. Saya sendiri sangat setuju kalau kisah kasih di sekolah memang paling indah. Bahkan sampai sekarang, saya masih senyum-senyum sendiri saat mengingatnya. Banyak yang bilang, cinta yang datang saat masa sekolah hanyalah cinta monyet namun saya senang bisa merasakannya. Cinta yang muncul tiba-tiba, cinta yang tanpa alasan, tanpa tuntutan, tanpa paksaan dan bahkan diungkapkan dengan cara sederhana.
Saya pernah merasakan cinta monyet saat duduk di kelas tiga SMP. Tentu saja semua siswa-siswi pada masa tersebut belum mempunyai handphone dan belum mengenal social media seperti sekarang ini. Lalu bagaimana cara PDKT kalau tidak mempunyai nomor handphonenya, Instagramnya, Twitternya bahkan Tiktoknya sekalipun. Segala cara dilakukan dengan unik dan sederhana. Seperti cerita saya kali ini yang sukses membuat baper.
Cerita berawal saat ada seorang siswa yang mencoba mendekati saya dengan cara yang unik. Meski seangkatan, kami beda kelas. Saya pun baru mengetahui sosoknya saat ia berusaha mendekati saya. Postur tubuhnya tinggi dengan kulit sawo matang, rambut lurus yang disisir rapi. Sosoknya lumayan menarik dengan senyum ramah yang memamerkan gigi gingsulnya. Ternyata ia siswa yang cukup dikenal di antara siswa-siswi seangkatan saya karena keanggotaannya di Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS). Masa itu, anggota OSIS dianggap keren dan mudah bergaul. Pantaslah banyak yang mengenalnya. Beda dengan saya yang hanya sibuk belajar dan tidak pernah ikut organisasi apapun di sekolah.
Ini pertama kali saya melihatnya dari dekat sambil mengulurkan buku fisika saya yang ia pinjam. Saya kaget ketika ia memanggil nama saya karena kami memang belum pernah kenalan. Saya juga heran kenapa ia tidak meminjam buku ke teman-teman dekatnya yang sekelas dengan saya. Lamunan saya langsung buyar ketika bel masuk berdering dan akhirnya saya sadar kalau ia pinjam buku ke saya karena saya duduk di meja paling depan dan dekat dengan pintu.
Saat jam istirahat, ia mengembalikan buku saya. Ia mulai membuka obrolan membahas tentang pelajaran fisika yang baru saja ia ikuti. Sejak saat itu, ia sering meminjam buku saya dengan alasan bukunya ketinggalan sehingga kami menjadi sering ngobrol. Bahkan setiap pulang sekolah, ia selalu berdiri di depan kelas saya agar bisa jalan bareng sampai pintu gerbang sekolah.
Hari ini ada yang aneh. Ia yang biasanya hanya meminjam buku pelajaran, sekarang ia meminjam buku catatan Matematika dengan alasan ia tidak mencatat saat pelajaran tadi karena ada rapat OSIS. Buku saya dibawa pulang olehnya dan keesokan harinya langsung dikembalikan. Malam harinya saya membuka buku catatan Matematika saya karena ingin mengerjakan Pekerjaan Rumah (PR). Ada empat baris puisi cinta yang tertulis di halaman paling depan. Saya senyum-senyum sendiri membaca puisi tersebut berulang kali dan tentu saja terlintas wajahnya yang sedang tersenyum manis.
Hai nona mungil, kamu kah itu?
Dengan rona merah dipipi, menatapku
Terima kasih untuk senyummu yang membuatku candu
Sebait kata ini mewakili rinduku padamu
Setiap hari Senin, ada upacara bendera di halaman sekolah. Saya memilih berdiri di barisan tengah. Baru lima menit upacara dimulai tiba-tiba ada yang menepuk pundak saya dari belakang, terlihat gigi gingsulnya, ternyata ia diam-diam pindah dari barisan kelasnya ke barisan kelas saya. Saya membalas senyumnya tanpa banyak bicara karena takut ditegur guru jika terdengar berisik. Sepanjang upacara berlangsung jantung saya berdebar kencang, apalagi teringat puisi yang ada dibuku saya.
Kalau biasanya ada yang titip salam buat gebetannya di radio, di masa itu, salam biasanya dititipkan ke teman sekelas. Saya yang juga mendapatkan titipan salam darinya melalui teman sekelas saya tidak bisa menahan pipi saya yang memerah dengan sendirinya. Bahkan suatu hari saat saya masuk ke ruang kelas pagi-pagi, sudah ada tulisan di papan tulis dengan ukuran huruf cukup besar bertuliskan salam buat saya darinya. Seisi kelas riuh menyoraki saya. Dengan perasaan campur aduk, tentu saja saya buru-buru menghapusnya agar tidak terbaca oleh guru yang mau mengajar pagi itu. Meski begitu saya tetap saja kesulitan menghapus senyum merekah dari bibir saya. Malu sekaligus senang juga karena dengan terang-terangan ada yang berani melakukannya untuk saya.
Biasanya ada upacara bendera di lapangan besar yang melibatkan semua sekolah se kecamatan saat ada peringatan hari besar. Satu sekolah akan berangkat bersama-sama berjalan kaki menuju ke lapangan. Tentu saja ia berusaha berjalan dibarisan kelas saya. Sepulang dari upacara bendera, ia menghampiri saya dan mengucapkan selamat ulang tahun. Iya kebetulan hari itu adalah ulang tahun saya, saya pun tidak tahu dari mana ia tahu hari ulang tahun saya. Ia memberikan seamplop surat dan coklat.
Sesampainya di rumah, saya langsung membaca surat darinya. Dua lembar kertas yang penuh dengan tulisan bolak balik.
Untukmu nona mungil,
Kamu seperti hujan yang menyentuh tanah
Sejuk dan menenangkan
Aku tak bisa berhenti memikirkanmu
Maukah kamu menemani hari-hariku
Ia jujur mengungkapkan perasaannya di surat itu. Ia juga memberitahu kalau ia yang menulis puisi di buku catatan saya. Ia sudah lama suka dengan saya dan ingin menjadi pacar saya. Saya senang sekali membaca suratnya dan saya juga tidak menyangka ia menyukai saya. Saya menjadi semangat berangkat ke sekolah karena bisa bertemu dengannya. Ia selalu bisa membuat saya tertawa.
Begitulah kisah kasih di sekolah saya yang bisa mewakili berjuta kisah dari kalian semua. So, masih mau mengingat masa-masa sekolah atau mau dikubur rapat-rapat nih kenangannya? Hehe. Buat yang masih sekolah, boleh saja jatuh cinta tapi tetap jangan lupa belajar ya! Jadikan gebetan buat semangat untuk berangkat ke sekolah dan tunjukan ke dia kalau kalian bisa berprestasi, pastinya dia akan bangga padamu.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”