[CERPEN] Kisah Desa Kalengkerupuk

Keesokan harinya hujan berhenti dan asap semakin mengepul. Pantas saja ternyata orang sakti itu telah pergi  bersama jajarannya.  Bersamaan dengan temuan warga: Yang menemukan sebuah mesin pembuat hujan buatan luar negeri.

Desa Kalengkerupuk diselimuti asap; asap yang ditimbulkan dari pembakaran hutan. Untuk membentuk suatu lahan kosong lalu dibangun suatu gedung, atau mungkin perkebunan, atau mungkin membangun rumah tangga yang intinya demi keuntungan sepihak. Merugikan warga setempat tak peduli: anak bayi, anak balita, anak remaja, bapak-bapak, ibu-ibu, aki-aki bahkan mayat di dalam liang lahat, juga megap-megap terkena dampaknya. 

Advertisement

Ekosistem  hutan menjadi sekawan kabut dan abu yang bertebaran. Endemik akan menjadi kramik yang bergumul dengan semen dan pasir dikokohkan dengan beton beratap beton. Jarak pandang kabur tertiup siulan angin yang menjelma asap; tidak bisa terlihat mata pecaharian, tidak bisa melihat huruf pada papan tulis, papan keybord hingga papan gilesan. Mata hati tidak bisa melihat jodoh yang bergentayangan karena asap merasuki paru-paru; tidak ada lagi kejernihan yang bisa dipancarkan untuk menarik lawan jenis.



Pamflet tersebar di penjuru desa.  Ada pengumuman bahwa akan diadakan rapat untuk mencari solusi tentang masalah asap ini. "Diharapkan hadir untuk semua warga, bakda isya di balai desa" toak terdengar keras selepas waktu ashar. Tidak hanya menyebar brosur yang digalakan kepala desa agar warga turut hadir dalam rapat nanti.

Azan magrib bergemuruh ketika salat saf hanya terdapat dua baris. Tak lama azan magrib tampil kini giliran Azan Isya berkumandang. Dan ketika salat isya tidak sama dengan salat magrib. Kini saf terbagi menjadi tujuh baris belum terhitung yang di pelataran musala. Sungguh luar biasa kenaikan yang signifikan. Hal tersebut disebabkan karena rapat mengenai solusi asap. Dipihdahkan tempat bukan di balai desa tapi di lapangan bulu tangkis samping musala hal itu disampaikan melalui toak sesudah salat magrib.

Hal yang mereka tahu ketika ada rapat besar pasti akan ada makanan yang super banyak dan enak. Dari anak balita hingga lanjut usia hadir dalam rapat tersebut. Tetapi tidak sesuai dengan ekspektasi mereka jamuan yang disediakan hanya minuman botol kemasan dan masker  untuk salinan yang lama. Dan mereka juga lupa karena desa mereka diselimuti asap mulut mereka tertutup dengan masker. 

Advertisement

"Ah sial saya kira ada makanan siap santap. Yang ada hanya asap di otak dan perut saya," ucap dari salah satu peserta yang hadir. Pantas saja ia berbicara seperti itu karena ia tidak bisa berpikir logis karena otaknya sudah dipenuhi asap. Logikanya desanya sedang dalam kungkungan asap kalau ada makanan siap santap pasti terkena polusi dan jadi kotor serta berbabu asap karena acara di luar ruangan.

Sedangkan perutnya mungkin sudah makan sejak tadi pagi atau dari siang atau mungkin tadi sebelum datang ke rapat pasalnya banyak dapur umum dari relawan menggunakan ruangan tertutup untuk memasak makanan jadi. Mungkin karena asap yang ada di mana-mana makanan yang mereka makan jadi asap juga masuk dari pori-pori hingga menggerus sari makanan yang masuk dalam tubuh.

"Sialan kepala desa medit , masih aja manfaatin kondisi kaya gini biar nggak ngeluarin duit lebih buat beli kosumsi," umpat warga lainnya yang hadir. "Pantas aja mengubah lokasi rapat."

Advertisement

Sebagian warga menghambur bubar dan pulang ke rumah masing-masing. Yang berjiwa aktivis tetap bertahan untuk merembukan dan mencari solusi tentang asap. Di akhir rapat menemui kesepakatan  bahwa akan menghadirkan atau menantikan orang sakti untuk menurunkan hujan dan bisa meredamkan populasi asap jika hujan yang dinanti tak kunjung turun.

Siapa pun tamu dari luar desa yang datang ke mari lalu turun hujan berati orang tersebut pembawa berkah dan berhak mendapatkan Imbalan. Atau mungkin orang sewaan atau cenayang yang bisa menurunkan hujan juga berhak mendapat imbalan yang  sesuai kesepakatan hasil rapat.

Imbalan yang diberikan antara lain: tahta, wanita, uang dan kedaulatan (kerja, pelayan, kepemimpinan) maskud dari kedaulatan adalah bebas memilih budak yang mampu bekerja dan melayani yang sesuai dengan khendak pemimpinnya atau majikannya, serta apa  saja yang ia inginkan.

Berita tersebut tersebar dengan cepat tiga puluh menit pssca rapat bubar. Warga desa Kalengkerupuk berjibaku saling bahu membahu mencari info untuk mendatangkan cenayang yang bisa menurunkan hujan.

Satu hari lagi satu minggu dalam hitungan kalender tidak seorang pun bisa mendatangkan cenayang untuk menurunkan hujan. mereka pun seolah pasrah dengan keadaan desa mereka yang dikungkung asap. Bayi-Balita sudah mulai terkena ispa bahkan ada yang meninggal dunia. Perawan tua dan perjaka tua, mereka bermuram durja karena jodoh mereka tertutup asap. Yang mereka khawatirkan mereka mati dimakan asap dan belum sempat merasakan pernikahan.

Di hari ke tujuh pasca hasil rapat. Datanglah seseorang dengan lagak lemah gemulai, berbicaranya santun dengan hidung agak mancung ditemani dengan para ajudannya yang berseragam rapih dan mewah. Setiba dirinya di lahan yang terbakar tiba-tiba hujan turun dan membasahi desa Kalengkerupuk. Sontak saja para warga terkesiap dengan turunnya hujan. Mereka lekas mencari tau apa sebabnya hujan turun.

"Saya melihat orang berkaus merah, celana bahan hitam. Berdiri di salah satu lahan yang bekas terbakar" ujar salah satu warga Kalengkerupuk Info tersebut menyebar dengan cepat. Warga ramai-ramai menyambangi lahan tersebut. Dengan seketika para warga  mengagumi dan mengagungkannya. 

Para warga pun urunan untuk memenuhi Imbalan yang dijanjikan, kepala desa mewakili warga  memberikan Imbalan tersebut kepadanya. Keesokan harinya hujan berhenti dan asap semakin mengepul. Pantas saja ternyata orang sakti itu telah pergi  bersama jajarannya.  Bersamaan dengan temuan warga: Yang menemukan sebuah mesin pembuat hujan. Buatan luar negeri.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Aku adalah mimpi yang patah. Raut wajahku tersimpan di dalam doa