Sadarlah, dia sudah tak lagi bisa bahkan hanya untuk sekedar menyapa.
Dia sudah bukan orang yang dulu pernah begitu menyayangimu.
Terimalah dia kini, menjadi orang asing. Yang setelah dia pergi, kau mungkin merasa sangat terlukai.
Tapi apa dayamu, memaksa dia untuk kembali seperti dulu? Dia sudah bersama orang baru, menceritakan semua kisah yang membuat dia harus berpisah denganmu, kepadanya. Lalu menyarankan agar dia segera melupakanmu.
Menghiburnya untuk tak lagi menderita, menemaninya dikala sepi yang bisa saja membuat dia akan mengingatmu kembali. Menggenggam tangannya, supaya bisa menenangkan untuk tak lagi merasakan kesedihan.
Mengajaknya jalan-jalan, makan. Dan hal lain yang tak ada kamunya lagi. Membuat dia bahagia, dan dia akan segera lupa tentang kenangan dulu yang bersamamu, olehnya.
Terima itu, meski kini kau masih mencintainya sendirian, merindukannya dalam kesepian. Melamunkan harapan untuk bisa bersamanya hingga menua tapi ternyata hanya angan belaka.
Akhirnya, dia menerima seorang lain yang bukan kamu. Dia menerima lamarannya, membuat surat undangan, dan segera melangsungkan pernikahan.
Dia sudah sangat sibuk hanya untuk memikirkan kabar tentang perasaanmu. Dia sudah tak peduli lagi dengan apa yang kamu rasakan saat ini. Kamu sudah benar-benar bukan siapa-siapanya lagi. Meski dulu, dia pernah sangat begitu menyayangi dan takut kehilanganmu. Sempat merencanakan pernikahan, undangan dan dekorasi pelaminan. Sebelum diporak-porandakan, waktu.
Namun kini, dia tak lagi menjadi seorang yang dulu kamu kenali. Dia sudah sangat jauh mengalami perubahan, dia telah memutuskan pergi lebih dulu, meninggalkanmu yang kini terpapah tanpa arah, sendirian.
Hari ini, kamu begitu terluka, namun orang-orang memaksamu untuk tetap kuat, tetap tabah berjalan tanpa sedikitpun ratapan, dan menertawakan kerapuhanmu. Tapi kamu hanya manusia biasa yang rentan untuk terluka. Tak apa, sedihlah dengan dewasa.
Dia hanya menanamkan vaksin untuk kau merasa baik-baik saja ketika luka yang sama mungkin kembali ada pada suatu kala. Meski menyakitan, namun kamu telah dewasa dengan luka yang itu-itu saja, imun di hatimu akan membuat lukanya tak begitu berlebihan untuk kau rasakan.
Aku menatapmu dari kejauhan dengan doa, kata, dan kita yang tak lagi ada.
Semoga kau berbahagia, tanpa perlu lagi mengingat kita, yang dahulu kala.
Aku terusir, dari raga yang pernah berjanji tak akan mengkhianati. Aku dilupakan oleh seorang yang pernah memaksa untuk jangan pernah pergi meninanggalkan. Aku dibohongi oleh hati yang selalu ingin aku lindungi. Aku dihancurkan, seseorang yang telah aku sembuhkan.
Aku akhirnya disuruh menyaksikan seorang yang sebelumnya aku sempat berniat untuk berjabatan dengan tangan kasarnya penghulu, hanya untuk memilikimu. Sebelum seorang yang lain tiba-tiba meneklingku. Lantas buru-buru menikahimu.
Tapi paling tidak, aku tak pernah mengkhianatinya. Paling tidak, aku tak pernah benar-benar bisa melupakannya. Paling tidak, aku tak pernah bisa untuk membohonginya. Paling tidak, aku akhirnya berani menyaksikan kebahagiaan mereka, meski luka begitu perkasa melubangi dada.
Hari-hari yang dilalui, kadang hanya tentang kicauan rindu yang masih sulit untuk diredam. Dan malam hanya tentang gumaman doa semoga aku bisa segera pulih seperti sedia kala dan tak perlu lagi, merasakan pedih. Meski nyatanya, tak ada yg mampu benar-benar bisa melupa. Dan malam, hanya tentang bayangmu yang sudah bisa bersama, tertawa bahagia. Sedang aku, begitu murung dikepung duka.
2019
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”