Sekarang adalah zamannya modernisasi berbagai bidang. Orang-orang dari segala penjuru dapat saling mengenal dan bertemu. Orang yang jauh sekalipun terhalang berpuluh bukit dan gunung dapat dilihat dan ditatap wajahnya, bahkan bisa bicara dengannya secara langsung. Tak ada lagi yang namanya menunggu surat dan ketegangan balasan yang ditunggu bak zaman kolonial. Dengan adanya berbagai fitur yang melengkapi sebuah benda ditangan yang bernama ponsel, tak ada lagi alasan bagi seseorang untuk tak bisa berjumpa.
Disaat ada sisi yang layak untuk diacungi jempol, ada pula sisi yang bikin gigit jari jempol. Ketika semua orang berbondong-bondong menyatakan rasa rindu dan kangen distatus media sosial mereka, ada sebagian orang yang beruntungnya dapat bertemu tiap saat.
Rindu hanyalah kerikil bagi mereka yang merindu di zaman sekarang, apalah gunanya media sosial tersebut jika tak digunakan untuk sekedar bertanya kabar. Masalah rindu merindu pun tuntas. Namun tanpa temu seakan belumlah dianggap lunas.
Saya atau mungkin kalian mungkin pernah dengan lancarnya dan senangnya ketika masuk dalam percakapan dimedia sosial. Salin balas pesan dan stiker emoticon begitu sangat menyenangkan. Sensasinya seakan bikin ketagihan. Bahkan pada sebuah grup sosial media tiap malamnya tak hentinya bermunculan notif saling balas antar anggota. Begitu hidupnya mereka dalam dunia maya.
Sejalan dengan kemajuan tersebut, ada makna yang bergeser dalam perjalanannya. Ketika teknologi mengambil alih segala yang nyata dan merealisasikan yang maya. Pernah ada sepasang kekasih yang merindu minta bertemu dan Tuhan mengabulkan pinta itu. Akhirnya tak ada lagi yang namanya menunggu 'read' dan balas setelah beli paketan internet, semua sudah ada didepan mata, yang dituju sudah ada didepan mata. Namun ternyata, temu hanya awalnya saja begitu euforia, saat menjalaninya tak ada yang saling bicara dan saling asyik dengan ponsel ditangan mereka. Ada grup pertemanan yang begitu ramai dengan pemberitahuan dan note didalamnya, seketika sunyi dan senyap menunduk ke layar ponsel mereka.
Dimana ketika barisan orang duduk bersama tak ada saling bicara, hanya bisa menggeser menu dalam layar ponsel mereka dan menunggu waktu merubah segalanya. Seandainya sebuah teknologi membuat semua orang seakan terhubung, seharusnya begitu pula kenyataanya. Namun beginilah kadang adanya. Meski tak semua, kadang ada saja yang merasakannya. Jika seandainya pertemuan, perbincangan didalamnya dan segala hal yang mengiringnya dapat dirasakan dengan sebenar-benarnya, maka patutlah tak ada lagi yang namanya terdiam diri menatap ponsel kaca.
Ya, jika pada akhirnya pertemuan yang sebenarnya hanya menjauhkan dan ketika jauh malah lebih menyenangkan, maka lebih baik berjauhan saja.
Namun, sekali lagi itu bukan tujuan dari segala media sosial. Ingat namanya adalah media sosial. Ada kata media didepannya, artinya itu merupakan sebuah alat. Lalu sosial setelah yang menerangkan fungsi dari alatnya, yaitu untuk memfasilitasi sosialitas. Ketika tak bisa secara langsung maka medialah yang digunakan, ketika bisa dilakukan secara langsung, maka tak ada lagi yang namanya media, semua menjadi sosial.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.