Kukatakan, ini tentang kita.
Aku yang diam-diam menaruh hati dan memilih bersembunyi dibalik kata teman sejati. Sementara kamu adalah seseorang yang terbiasa mengalunkan tangan, menggandeng, dan atau sesekali merangkulku hangat seperti layaknya sahabat.
Aku bukanlah rumah, namun barangkali bagimu aku adalah tempat pulang yang siap memberikanmu kenyamanan. Meski begitu, aku tak mengapa. Aku membiarkanmu datang disaat kamu membutuhkan pelukan dan menjadi tempatmu mengeluhkan ini dan itu dengan pundakku yang siap memberikan sandaran kapanmu kamu mau.
Aku tak lupa bahwa ada dia, satu orang yang berhasil memiliki tempat istimewa di hatimu. Seseorang yang kau perkenalkan sebagai kekasih, yang kau anggap rumah sesungguhnya. Sedangkan aku selalu dibuat gelisah tiap kali kau menceritakan dia dengan perannya yang terdengar lebih spesial daripada diriku di hatimu. Bahkan terkadang aku iri, seberuntung itu dia mampu berhasil meluluhkan hatimu.
Kamu memanggil dia kekasih, namun mengapa kau berkata manis kepadaku? Tapi tak apa, sungguh. Karena aku mengerti risiko yang harus ku ambil ketika menaruh satu hal yang seharusnya tak boleh ku pendam. Aku menempatkanmu sebagai prioritas meski bagimu aku hanyalah sebatas teman.
Sukarela akan kuberikan waktuku setiap kali kamu butuh sebuah ketenangan dari kesedihan dan patah hatimu karena dia. Katamu aku harus menguatkanmu, dan seperti biasa kukatakan semua akan baik-baik saja meski sebenarnya disaat yang sama, aku harus menyimpan sebuah luka tersendiri yang tak pernah kau sadari.
Kata mereka, aku disebut terlalu bodoh berada di posisi ini. Tawamu yang riang, tatapan hangat dan perhatian yang kerap kau berikan jelas-jelas hanya dibatas garis teman. Tapi semua itu ku terima menjadi sebuah makna lain dan bahkan sengaja ku biarkan sebuah perasaan berbeda muncul yang perlahan tumbuh hingga aku sendiri tak tahu lagi bagaimana cara mengatasinya.
Ini bukan perkara aku atau dia yang terlebih dahulu mengenalmu, ini juga bukan perkara dia yang lebih menunjukkan kesungguhannya untuk menarik hatimu, atau ini juga bukan perihal kamu yang ternyata menjadikan dia sebagai orang spesial dihatimu sehingga kamu memutuskan untuk mengikat hubungan kekasih dengannya.
Ini hanya tentang aku yang lebih memilih untuk diam, sebab aku mengerti jika kuutarakan perasaanku ini akan ada kemungkinan besar tidak bisa kau sambut seperti yang dari lubuk hati terkecilku harapkan. Walaupun begitu, di sisi lain pun aku sadar bahwa aku sendiri juga tak berani bermimpi hal itu bisa benar-benar menjadi kenyataan.
Pada akhirnya kita hanyalah teman. Yang satu sengaja membodohi perasaan sementara satunya lagi memilih menarik garis dan memperjelas batas. Aku selalu ada disampingmu dengan diam-diam menyimpan perasaan tanpa pernah kau tahu, dan kamu selalu datang kepadaku tanpa pernah sadar bahwa semua perlakuan yang kau terima itu adalah tanda bahwa kamu punya tempat indah tersendiri dibenakku.
Sekali lagi, ini antara aku dan kamu.
Tentang kita yang tak bisa saling menjauh namun tak mampu menjadi satu.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”