Siapa manusia di bumi ini yang tidak ingin sukses? Rasanya pertanyaan itu sudah tak asing lagi ditelinga kita. Bahkan segala macam cara ditempuh agar bisa mencapai kesuksesan tersebut. Namun, rasanya akhir-akhir ini pikiran saya mulai tak nyaman dengan pola pikir atau cara pandang orang lain terhadap arti kesuksesan itu sendiri. Sepertinya, semua orang berlomba-lomba menunjukkan kepada dunia, betapa hebatnya mereka. Tanpa benar-benar memaknai arti kesuksesan yang selama ini mereka perjuangkan.Â
Ini berawal dari perbincangan dengan teman saya, mengenai betapa beratnya persaingan yang terjadi antar manusia. Apalagi di zaman sekarang ini. Rasanya seseorang akan jauh lebih dihargai kalau dia memiliki pendidikan dan materi yang tinggi.Â
Dalam perbincangan itu kami pun tertawa. Tertawa dalam artian merasa tak adil saja diperlakukan seperti ini. Saya berusaha tetap menghargai pendapat teman saya, sambil terus menyimak apa yang dia katakan pada saya tentang ketidakadilan yang dia rasakan. Dalam hati saya juga merasakan hal yang sama, namun prosesnya yang berbeda.
Dia bisa kuliah, orangtuanya juga memiliki bisnis sendiri. Sedangkan saya hanya seorang karyawan di sebuah toko dan orang tua saya bekerja sebagai buruh. Dua keadaan ini jelas sangat berbeda jauh. Namun entah mengapa hidup masih serasa tak adil baginya. Begitupun juga dengan saya. Apa sebenarnya kesuksesan itu?Â
Dalam pembicaraan itu saya tertawa dan berkata padanya: "Kita ini siapa? Hanya butiran debu semata. Apa yang bisa kita lakukan kalau tidak berjuang, berkarya dengan kemampuan yang kita miliki? Hanya saja prinsip dan komitmen kita perlu dikuatkan lagi. Untuk sukses memang tidak bisa dilihat hari ini, tapi untuk suatu hari nanti."
Bukan tanpa alasan saya berkata seperti itu. Meskipun tidak mudah, salah satu tulisan saya akhirnya bisa diterbitkan dalam satu buku bersama penulis lainnya. Tepatnya tanggal 20 Maret 2019 ini. Hal itu tidak pernah saya bayangkan sama sekali. Saya tidak berhenti begitu saja untuk mencari informasi, hingga akhirnya saya menemukan salah satu penulis yang membantu saya menemukan penerbit. Dan saat ini, saya juga masih merampungkan beberapa naskah lain yang juga akan diterbitkan lagi bersama dengan penulis lainnya.
Kembali lagi, semua ini terkait dengan prinsip dan komitmen itu. Kalau saja saya terpuruk dan hanya meratapi kesuksesan orang lain, mungkin saja saya tidak akan pernah tahu kalau saya punya kelebihan dalam bidang menulis, meskipun juga masih terus belajar.Â
Memang kenyataannya, seberapa pun kerasanya kita berjuang, bagi kita yang memiliki pendidikan dan status sosial rendah akan selalu diremehkan. Entah, sampai sekarang saya pun juga tidak mengerti, alasan apa yang mendasari. Tidak adakah kesempatan bagi kami untuk setidaknya dihargai?Â
Tidak ada yang salah tentang bagaimana prinsip yang ingin kita terapkan untuk mencapai kesuksesan itu. Tidak ada yang salah seberapa tinggi pendidikan yang ingin kita raih juga. Tidak ada yang salah karena kita hidup juga perlu makan dan makan juga butuh uang. Tapi, setidaknya kita tetap bisa saling menghargai prinsip dan komitmen orang lain terhadap cita-cita atau impiannya untuk masa depannya pula. Karena semua orang memiliki pandangan dan cara tersendiri untuk meraih kesuksesannya. Baiknya kita tetap menghargai teman-teman kita yang masih berjuang meraih kesuksesannya. Tidak ada yang tahu masa depan apa yang memang benar-benar mereka perjuangkan bersama Tuhan.
Kesuksesan semua orang berbeda-beda. Jika rasanya buntu, ciptakan peluang dengan passion kita sendiri. Terkadang karena adanya penolakan dan anggapan serta remehan, bisa memupuk semangat itu sendiri. Saya berharap anggapan kesuksesan hanya soal pendidikan tinggi dan materi yang banyak, tidak membuat kita menutup mata. Bahwa ada banyak ribuan bahkan jutaan orang di luar sana berjuang keras untuk meraih impiannya dan itu semua bukan tentang uang semata.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”