Bagi sebagian orang, baik lelaki maupun perempuan mempunyai cerita di waktu lampau adalah hal yang menyenangkan jika dikenang, Sebagian memilih menghilang dengan cerita tersebut karena sebuah pilihan. Gagal bersembunyi merupakan istilah tepat bagi seseorang yang ingin beranjak dari kisah lalunya karena tertahan dengan romantisme cerita yang telah mereka buat.
Saya mengenalnya sebagai wanita dewasa yang bisa memikul beban – beban yang ada di pundaknya, di jalani harinya dengan tenang meskipun memang pikirannya sedang berada di awang – awang. Kegelisahan tidak membuat dia tertahan.
Saya berjanji tidak akan menghakimi atau mengadili apapun kisah yang dialaminya, akhirnya ia bersedia untuk menceritakan cerita yang lebih detail terhadap saya, dan berikut adalah kisah wanita tersebut.
Saya bertemu dengan Nisa (28) di sebuah tempat parkiran dimana aktivitas lalu lalang, udara hari itu sangat dingin. Sangat dingin, entah kenapa suasana ibu kota amat dingin hari itu. Aneh memang, Jakarta saat itu bukan seperti Jakarta seperti biasanya.
Ia adalah wanita periang yang murah senyum kepada siapapun, bahkan informasi yang saya dapat. Ia bisa tersenyum kepada orang gila sekalipun. Tingkahnya menyenangkan, saya pun merasakan hawa hangat karena pembawaannya yang selalu ceria.
Kami bertatap muka di depan lobi utama tepat dimana Nisa baru pulang dari kantornya, Bingkisan kado sebagai cinderamata saya bawakan untuk Nisa pada hari itu.
“Laki – Laki yang pernah mengecewakan adalah orang yang paling saya sayangi saking sebegitunya” Ucapnya lirih.
“Bukan karena dia jelek. Malahan lumayan tampan. Tetapi dia tetap saja menjijikan”
Ia ragu menceritakan sesuatu untuk beberapa saat. Beberapa kali ia menadah ke langit sambil ingin mengucapkan perkataan yang tertahan dalam mulutnya “Karena kebodohanku, aku memaafkan dia berkali kali meskipun sudah beberapa kali dikecewakan”.
Pikirku, gila. Wanita ini bisa sebaik dan bertahan dengan pasangan yang mengecewakan dan membuatnya terluka. Lelaki macam apa yang bisa tega melakukan itu terhadap Nisa, Ucapku.
“Mungkin ada alasan”
“Alasan untuk menyakiti saya?”
“Ia pernah anda kecewakan?”
“Kalaupun iya, ini caranya balas dendam?"
Pembicaraan pun akhirnya terhenti karena saya pun tidak ada hak untuk menanyakan motif apa yang terjadi antara Nisa dan pasangannya.
AWAL MULA
“Aku adalah kakak yang harus memikul beban karena ingini membahagiakan sekitaranku” ucapnya.
“Semua adik-adikku perempuan, papaku dinas di luar kota. Kalau bukan aku, siapa lagi yang menjaga mereka semua?”
“Tapi apakah mereka mengerti jika permasalahanku bukan tentang mereka saja?,”
Saya menyiapkan diri untuk mendengar ceritanya lebih jauh. Setidaknya ia mulai terbuka dan mau bercerita sesuatu tentang dirinya. Saya lumayan percaya bahwa trauma yang ia alami juga disebabkan oleh masa lalu yang jauh lagi sebelum berada di titik ini.
MENCARI BAHAGIA
“Pasanganku orang yang bisa membuat seakan dunia bisa milik berdua, saya bisa meninggalkan apapun hanya untuk dia, sekalipun pertemanan yang harus saya tinggalkan, entahlah. Cara apa yang dia gunakan untuk membuat saya merasa cukup sebagai wanita.” Sambil menatap saya.
“Saya rela menghabiskan waktu hanya untuk dia, saya rela hidup saya hanya untuk dia. Saya tahu ujian saya adalah pasangan saya merupakan orang yang cukup ramah dan mudah bergaul dengan siapa saja, saya coba mengerti. Lama lama perasaan amarah makin tidak terkendali karena dia bisa terlihat nyaman dibandingkan dengan saya.”
SEPERTI SEHARUSNYA
Seiring waktu Nisa sadar bahwa dia sedang berada dalam hubungan yang sama sekali tidak sehat untuk dijaga. Tidak ada komunikasi selama sebulan lebih, sering acuh tidak acuh terhadap keduanya. Hingga akhirnya Nisa memutuskan untuk menjadi teman saja untuk pasangannya, dalam artian Nisa memilih untuk mengakhiri hubungan dengan pasangannya tersebut.
Saya kira, semuanya akan selesai. Tidak, dendam keduanya makin menjadi jadi kata Nisa, di fase ini Nisa dan pasangannya berlomba untuk mencari pengakuan siapa yang salah dan siapa yang benar. Ditahap ini benar benar misteri untuk keduanya.
Sampai pada akhirnya pasangannya meminta satu hal terhadap Nisa setelah usaha membujuknya menemui kegagalan.
“Tolong bilang, jangan ganggu saya dan saya enggak ingin ketemu dengan anda lagi” pinta pasangannya Nisa pada saat itu.
Ternyata, mempertahankan romantisme hanya berujung hal sia-sia yang membuat kita tidak bisa kemana mana.
“Jangan ganggu hidup saya lagi dan saya benar benar enggak ingin ketemu atau melihat anda dikehidupan saya lagi” ucapnya lantang.
Itulah ucapan perpisahan Nisa yang terakhir kalinya terhadap saya. Pasangan yang pernah mengecawakan Nisa ketika remaja.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”