Tanpa cinta, seorang Ibu tidak akan bersedia mengandung anaknya selama 9 bulan, melahirkan dengan perjuangan, merawat dan membesarkan penuh kasih sayang dan keikhlasan, mendoakan sepanjang waktu.
Tanpa cinta, seorang Bapak tidak akan bersedia bekerja keras banting tulang, mencari nafkah dengan cara yang halal, memastikan istri dan anak-anaknya hidup dengan sebaik-baiknya, dapat tidur dengan tenang di malam hari, segala kebutuhan asupan gizi terpenuhi, mengupayakan agar anak-anaknya dapat bersekolah dan memperoleh ilmu setinggi-tingginya.
Tanpa cinta, sepasang suami-istri tidak akan bersedia saling meredam ego, belajar untuk saling memahami, memaklumi dan mengerti, senantiasa berupaya untuk saling bertumbuh dan menjadi pribadi lebih baik dari hari ke hari, menyusun rencana masa depan untuk anak-anak, senantiasa menjaga kesehatan psikis dan fisik anak-anak, bersedia menjadi teman hidup menua berdua, saling menguatkan dan selalu mendoakan untuk kebaikan bersama di setiap sujud, sepertiga malam, dan setiap waktu.
Tanpa cinta, hubungan kakak-adik akan selalu dipenuhi problematika. Perbedaan pendapat, keributan, amarah karena hal-hal sepele. Tanpa cinta, tidak akan ada yang bersedia mengalah, kakak yang mengayomi adik atau adik yang membantu kakak. Apa pun bentuk perlakuan itu menunjukkan bahwa ada rasa cinta di antara mereka.
Tanpa cinta, seorang anak tidak akan bersedia patuh dan menghormati kedua orangtuanya, senantiasa mendoakan, belajar dan bersekolah dengan baik, semangat mengejar impian dan cita-cita bukan semata-mata untuk diri sendiri melainkan untuk membuat kedua orangtua bangga, menjaga diri sebaik-baiknya sebab memahami bahwa apa-apa yang anak lakukan masih menjadi tanggung jawab orangtuanya.
Tanpa cinta, seseorang tidak akan bersedia berkorban untuk sesama, mau menjadi manfaat untuk orang lain, dan peduli pada keadaan sekitar.
Bentuk cinta sangat beraneka ragam. Ketika kita masih mampu merasakan cinta, berarti kita masih memiliki hati nurani. Maka, tidak ada salahnya jatuh cinta. Yang menjadi salah adalah ketika cara kita merespon perasaan itu keliru.
Menjadi bermakna karena berada di tempat yang tepat. Terus saja melangkah sampai kemudian menemukan rumah.
Untuk setiap jatuh cinta yang belum pada tempatnya, kita hanya perlu mengolah perasaan itu dengan bijak dan dewasa. Pasrahkan pada kehendak Tuhan. Kalau memang baik, mohon didekatkan. Kalau tidak baik, mohon diberikan petunjuk. Agar perasaan itu bermuara sesuai pada takdirnya.
Love yourself first. Love each other. Love your life.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”