Ketika Kisah Kita Menemukan Akhir Ceritanya

Aku melepaskan kepergianmu dengan rasa sedih bercampur bahagia, aku mencoba menahan air mataku agar tak tumpah keluar. Aku memahami kepergianmu, untuk masa depanmu dan juga masa depan kita yang sudah kita mimpikan bersama. Melangkah meninggalkan kota kelahiran kita demi meraih mimpi pribadimu, melanjutkan studi S-2 di universitas impian. Aku sangat bahagia karena kau akhirnya bisa mewujudkan mimpi itu, namun aku sedih karena kita terpisah oleh jarak dan entah mengapa tiba-tiba saja rasa kehilangan itu menyelimuti ku.

Advertisement

Waktu berlalu terasa sangat lambat, bahkan bagiku melebihi lambat jalanya seekor siput. Namun akhirnya aku mendapat izin kantor untuk berlibur, dan tak perlu berpikir panjang untuk menentukan tempat tujuanku, karena tujuanku adalah dirimu. Dengan kebahagiaan yang terasa sulit dibendung, aku melangkakan kakiku menuju kota dimana dirimu berada. Penyambutan yang hangat membuatku merasa ketakutanku saat mengantarkanmu dulu, hanyalah perasaan intuisi belaka.

Dua minggu terasa seperti sehari bagiku, entah mengapa berada di dekatmu aku merasa waktu berputar begitu cepat bahkan melebih kecepatan pembalap MotoGP. Namun aku bersyukur karena dua minggu berlangsung tak pernah seharipun ku lewatkan tanpa kehadiranmu. Kota yang cantik menjadi lebih cantik dengan kehadiranmu dan kebersamaan kita. Pantai, berbagai peninggalan sejarah, bahkan hutan pinus yang memberi kesejukan sesejuk hatiku yang merasa berada di atas awan saat bersamamu, menjadi saksi kisah kita.

Saat waktu memaksaku untuk kembali ke kota kelahiran kita, aku sedikitpun tak merasakan ketakutan untuk meninggalkanmu. Kebersamaan kita selama dua minggu dan pelukan hangat dari mu yang melepaskan kepergianku,membuatku memahami bahwa kau tetap sama dan takan pernah berubah. Kau adalah mimpiku dan bintangku yang tetap akan bersinar meski tak terlihat.

Advertisement

Aku menjalani, hari-hari ku di kota kelahiran kita dengan semangat, meskipun waktu masih terasa lambat bagiku, namun aku tetap menyemangati diriku bahwa semua ini akan segera berlalu. Komunikasi kita yang lancar membuatku tetap memandangmu sebagai bintangku.

Namun satu hal yang tak ku sadari, bahwa akan ada bintang yang jatuh, dan aku tak pernah memikirkan itu. aku tak pernah memikirkan bahwa bintang ku akan jatuh.

Advertisement

Pagi itu, saat mentari terbit dengan indahnya, aku menghirup segarnya udara yang seolah membohongiku bahwa semuanya baik-baik saja. Namun tak ku sangka kabar itu, menghancurkan segalanya dan seolah udara tak mampu lagi berbohong, dia juga ikut menjadi gundah sepertiku.

Kabar Pernikahanmu, aku bagai di lemparkan ke dalam jurang yang paling kelam dan terasa hancur. mencoba untuk tidak mempercayai kabar itu, namun bagaimana bisa ketika kabar itu datang dari ibu kandungmu sendiri? Serasa habis seluruh kekuatanku, serasa alam begitu membenciku, sehingga aku di hukum sperti ini.

"Minggu depan, dia akan menikah"

Perkataan itu terus terngiang di benakku, apa yang harus ku lakukan, ketika dirimu juga tak menjawab telponku. Aku bertanya pada diriku sendiri, bagaimana bisa kau melakukan ini semua? bagaimana bisa kau menghancurkan mimpi-mimpi kita yang kita rajut bersama? Sebaik apakah wanita itu? Sejak kapankah hubungan kalian di mulai? Mengapa aku tidak peka sedikitpun, hingga dengan mudahnya di bohongi selama ini? Namun semua pertanyaan itu seakan hanya di tenggelamkan oleh angin, aku tak pernah menemukan jawabannya.

"Kita mungkin tidak di takdirkan bersama. jalani hidupmu dengan bahagia, dan semoga Tuhan memberikan penggantiku secepatnya untukmu"

Hanya itu pesan singkatmu untuk di hari dimana kau mengikat janji suci dengan dia yang menjadi pilihan hatimu. Pernah kah kau berpikir betapa hancurnya aku? Aku manusia yang memiliki hati, aku wanita yang memiliki perasaan, bagaimana bisa kau mengatakan itu dengan begitu mudahnya?

Kota yang menjadi tempatmu merajut mimpimu, memang menjadi kota begitu inidah bagimu, disanalah kau mewujudkan mimpimu dan disana jugalah kau menemukan dan mengikat janji suci dengan dia yang kau anggap sempurnah. Namun bagiku, kota itulha yang merenggut semua dariku, merenggut dirimu, mimpiku untuk bersamamu dan segalanya. kota itu hanya sekali membuatku bahagia, namun juga kebahagian itu beruah menjadi luka yang dalam.

Aku masih bertanya mengapa kisah kita berakhir seperti ini, namun belum juga ku temukan jawabannya. Meski begitu, aku tetap memutuskan untuk melangkah, melangkah menata hidupku kembali, mencoba membangun mimpi-mimpiku, mencoba membiarkan waktu mengobati luka ku, hingga suatu saat entah aku temukan jawaban dari setiap pertanyaanku atau tidak, namun aku tidak terluka lagi.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Menyukai hutan, menyukai petualangan, dan sementara belajar menjadi penulis yang baik