Ketika Cintamu Semakin Pudar Sedangkan Cintaku Kian Membara

Perpisahan kala itu, masih saja jelas teringat dalam benakku. Kau yang kala itu masih dengan hangatnya memelukku saat sedang menangis. Kau yang dengan ramahnya selalu menyapa, memberikan senyummu, dan memberikan kecupan di pagi hari.

Advertisement

Namun kini…

Seakan kau berubah tidak seperti yang pernah aku kenal. Kau seakan tidak bersahabat, dan tidak ada kehangatan dalam dirimu. Aku kehilangan dirimu. Sungguh, seakan aku tidak tau dirimu yang sekarang. Kau begitu dingin.

Apakah ketakutanku mulai terungkapkan? Bagaimana jarak akan benar-benar menghapus semua tentang kita? Apakah kau akan benar-benar akan menghilang dari diriku?

Advertisement

Tidak kah kau tau? Aku merasa terlalu cepat ketika kau menghapus semua kisah itu, sedangkan aku di sini masih belum bisa memadamkan perasaan ini. Masih bergumul dengan kenangan-kenangan kita yang tersimpan dalam ponsel dan barang-barang pemberianmu. Bahkan aku merasa perasaan ini semakin hari semakin menjadi. Aku semakin menggilaimu bahkan seakan tidak peduli betapa kini kau membenciku.

Aku selalu berusaha untuk tetap memberimu kabar melalui pesan-pesan yang aku kirim. Kau tau kenapa? Karena sampai saat ini aku masih belum bisa menghilangkan kebiasaan itu. Aku tau ketika kau sedang online di media sosialmu. Tapi aku tak cukup berani menyapamu. Untuk bisa chatting denganmu saja aku perlu menunggu berhari-hari seperti biasanya ketika kita masih bersama. Namun, kali ini lebih jahat rasanya. Rinduku kau acuhkan begitu saja. Seakan benar-benar tidak peduli. Rasamu sudah hilang kah? Atau ini caramu untuk menghilang?

Advertisement

Ya, terkadang aku lupa. Saat ini aku siapa memintamu untuk memberiku kabar seperti dulu? Apakah perpisahan bagimu selalu seperti ini? Berpisah, menjauh, dan tidak mengenal sama sekali. Apakah harus begitu? Katamu kau tidak akan pergi begitu saja? Katamu kau akan tetap memberiku kabar karena kau anggap aku adikmu? Lalu sekarang?

Berulang-ulang kau hanya membaca pesan yang aku kirimkan. Berulang-ulang pula kau tidak membalasnya. Ya, begini rasanya mencintai dalam diam. Tak bisa berbuat banyak. Tak bisa mengharapkan kau memiliki rasa yang sama ketika aku rindu. Aku tidak akan memaksamu ketika aku rindu, kaupun harus merinduku. Ketika rasaku semakin berkobar, sedangkan kau telah memadamkannya. Bantu aku untuk memadamkan ini jika kau benar-benar sudah tak ingin bersama. Rasanya sakit ketika hanya mencintai sepihak tanpa dipedulikan. Namun, bila kau masih ingin kita untuk bersama, biarkan aku memperjuangkanmu.

Salam,

Aku yang akan selalu mencintaimu dari jauh.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Saya hanyalah orang yang sedang mencari kesenangan dalam menulis dan merangkai kata

4 Comments