Ketika kamu masih menjadi milikku, hidupku terasa begitu sempurna. Meskipun aku sadar banyak kekurangan yang aku miliki, tetapi dengan hadirnya dirimu, kamu bisa menjadi pelengkap yang sempurna.Â
Ketika kamu masih menjadi milikku, semua terasa indah. Tak peduli seberapa berat masalah yang aku hadapi, ketika melihat senyummu, semua itu seketika sirna.Â
Ketika kamu masih menjadi milikku, dunia pun dapat kutaklukkan. Dengan hadirnya dirimu segala hal menjadi terasa lebih mudah. Entah kenapa semangat ini selalu menyala, hingga sekarang aku tak pernah mengerti alasannya.
Ketika kamu masih menjadi milikku, kamu adalah ibu yang senantiasa menasehati dan memotivasi. Kamu juga adalah sahabat yang selalu menemaniku disegala kondisi, teman untuk bercanda dan mencurahkah isi hati.
Ketika kamu masih menjadi milikku, aku begitu semangat untuk meraih cita-citaku, karena kamu selalu menjadi pendorong ketika rasa lelah datang menghalangi langkahku.Â
Namun, semua itu dulu atau boleh dibilang "when i was your man" . Dulu ketika hari-hariku selalu di temani oleh canda tawamu, tapi sekarang? Hidupku adalah kebalikan dari cerita indah itu. Berat terasa ketika aku melangkahkan kakiku, aku seperti orang yang kehilangan tujuan hidup, terombang-ambing ditengah lautan nestapa. Jika mesin waktu itu ada, mungkin aku akan memilih untuk tidak pernah mengenalmu, kepergiamu meninggalkan luka yang aku tak tau kapan akan pulih.
Ingin rasanya aku kembali menjadi anak kecil, ketika segalanya begitu sederhana. Masa-masa ketika waktuku hanya aku habiskan bersama teman-temanku untuk bermain, bukan untuk meratapi sakitnya di tinggalkan. Masa-masa ketika sakit yang kurasakan hanya sebatas luka di lutut bukan di hati.
Hari ini rasa sesal mulai menyapa. Dahulu andai saja aku tidak mengenalkanmu dengan makhluk lunak yang bernama "hati". Namun, nasi sudah menjadi bubur, sudah terlambat untuk kabur. Hatiku pun sudah terlanjur menjadi milikmu, diikat dengan tali yang begitu erat, hingga melepasnya terasa begitu berat.Â
Mungkin semua ini adalah salahku. Aku tak pernah bisa menemani setiap langkahmu. Aku tak pernah mampu untuk mengejarmu, hingga kita tak bisa berpegang tangan untuk tetap berjalan berdampingan. Jika saja aku bisa mengulang waktu, tak akan kubiarkan air matamu jatuh walau hanya setetes. Tak akan kubiarkan rasa sedih hinggap diwajahmu.
Terima kasih karena kamu pernah memberikanku rasa bahagia, karena telah meluangkan waktumu untuk mendengarkan ocehanku tiap malam. Terima kasih karena kamu mau berbagi kasih sayang denganku walau semua itu hanya sebentar dan telah menjadi angin lalu. Meskipun begitu mau tidak mau aku harus melanjutkan hidupku, kembali merajut asa, kembali melangkah untuk meraih mimpiku, meski itu harus tanpa senyum manismu.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”