Pandemi Covid 19 tersebut sudah mulai dirasakan oleh penduduk dunia, termasuk juga di Indonesia. Sejak Maret 2020, segala bidang perindustrian dan pendidikan sudah mulai ditutup untuk antisipasi peningkatan pasien Covid-19. Hingga akhirnya Indonesia memerlukan suatu pemulihan ekonomi industri dengan memberlakukan masa New Normal pada awal Juni silam. Dampak terbesar semakin terasa dalam suatu bidang perindustrian, dimana adanya perbedaan peningkatan pengelolaan perindustrian yang mempengaruhi kondisi lingkungan di Indonesia terutama dalam efek Gas Rumah Kaca (GRK) sebagai akibat dijalankannya kembali perindustrian. Para pelaku industri dituntut oleh pemerintah dan perusahaan nya itu sendiri karena perlu mengembalikan modal dan keuntungan perusahaan sekaligus membantu meningkatkan pendapatan pemerintah. Pada masa New Normal ini, mendorong para pekerja industri kembali terlibat dengan tetap menerapkan program kesehatan.           Â
Pemanasan global menjadi indikasi terbesar dalam menyumbang gas rumah kaca. Gas Rumah Kaca merupakan efek pemantulan cahaya yang berasal dari sinar matahari ke seluruh permukaan bumi, namun karena adanya gedung-gedung pencakar langit, cahaya kembali dipantulkan sehingga lapisan ozon menipis. Gas-gas rumah kaca tersebut dapat berupa CO2, metana, N2O, CFC, HFCS, SF6. Gas-gas tersebut sebagian besar berasal dari suatu industri besi dan baja, industri pembuatan etanol, dan industri semen. Gas-gas tersebut mengakibatkan terjadinya suatu pemanasan global secara besar-besaran. Peningkatan suhu rata-rata kota Bandung diperkirakan sekitar 30,3 derajat celcius dengan suhu terendahnya sekitar 16,8 derajat celcius. Peningkatan suhu tersebut tidak disertai dengan peningkatan curah hujan sehingga menyebabkan lahan-lahan mongering. Peningkatan suhu tersebut dipengaruhi oleh meningkatnya aktivitas industri manufaktur di Bandung, Jawa Barat.  Sektor industri merupakan penyumbang paling besar terhadap struktur perekonomian nasional hingga 19,98 persen pada triwulan 1 tahun 2020.           Â
Efek Gas Rumah Kaca rata-rata disebabkan oleh adanya pembangunan industri secara tak terkendali. Namun, selain dari segi pembangunan dapat disebabkan dari hal lain seperti adanya penebangan hutan dan pembakaran hutan secara liar. Penebangan hutan tersebut bisa menyebabkan pasokan paru-paru dunia menipis sehingga membuat keadaan kota menjadi semakin panas karena hilangnya bagian penting untuk berteduh. Selain itu diakibatkan oleh meningkatnya asap-asap pabrik karena adanya pengelolaan kembali guna membangun kembali perekonomian. Akibatnya terjadi suatu perubahan iklim yang ekstrem dan meningkatnya suhu global secara tidak signifikan.           Â
Keadaan peningkatan suhu diperparah oleh adanya pandemic Covid-19 tersebut. Berbagai cara penanggulangan mulai dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat. Secara umum banyak dari relawan masyarakat yang melakukan reboisasi untuk meningkatkan kembali ekosistem lingkungan. Adapula peran pemerintah yang meminimalisir pembangunan gedung pencakar langit dan dari para pelaku industri yang mengelola limbah industri mereka. Oleh karena itu, guna mencegah penyebaran virus korona perusahaan industri yang mendapat izin beroperasi diwajibkan untuk menerapkan protokol kesehatan bagi seluruh karyawannya yang bekerja, seperti  menjaga jarak, menggunakan masker, dan menerapkan perilaku cuci tangan di setiap sudut perusahaan.           Â
Peran pelaku industri pada masa New Normal ini berperan penting dan sangat diperlukan. Dalam masa New Normal, pihak industri harus bisa mengelola industri mereka secara bijak karena industri merupakan penyumbang terbesar dalam peningkatan efek gas rumah kaca. Selain dari itu, pihak industri harus bisa mengelola perusahaan mereka dengan tetap menerapkan protokol kesehatan dalam masa pandemi seperti ini. Pihak industri bersama pemerintah harus bisa saling terealisasi satu sama lain guna mencegah peningkatan efek gas rumah kaca beserta mencegah peningkatan angka kasus Covid-19 di kalangan industri.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”