Dulu, mematikan centang biru di aplikasi whatsApp adalah hal tabu yang sangat tidak boleh saya lakukan meski pun sudah banyak teman saya yang melakukannya. Alasannya adalah karena saya menghormati dan menghargai mereka yang juga tidak mematikan centang birunya. Selain itu, mengaktifkan centang biru membuat saya lebih mudah mengetahui apakah pesan yang saya kirimkan sudah terbaca atau belum dan saya merasa lebih lega kalau ternyata pesan saya sudah tersampaikan dan terbaca. Meski pun hal ini tidak berlaku apa bila saya mengirimkan pesan kepada teman yang centang birunya dimatikan.
Namun ada satu kekecewaan yang saya alami sehingga saya harus mematikan salah satu fitur dari whatsApp tersebut. Kejadian yang pertama adalah, saat itu saya menanyakan hal kepada teman saya, yang menurut saya sangat penting dan saya harap bisa dibalas dengan segera. Pada menit pertama, pesan saya masih dua centang abu-abu yang artinya pesan tersebut belum dibaca.
Selang beberapa jam kemudian, pesan saya itu pun mulai bercentang biru yang artinya sudah dibaca oleh si empunya. Saya tentu berharap segera mendapatkan jawaban dari teman saya tersebut. Namun saya tunggu beberapa lama kemudian, pesan saya itu tidak kunjung dibalas dan justru terkesan diabaikan. Kenapa saya merasa diabaikan? Karena teman saya itu masih bisa dan sempat-sempatnya membuat status yang tidak penting di whatsApp story. Saya pun menagih jawaban dari chat saya, namun lagi-lagi saya hanya mendapat dua centang biru tanpa ada balasan satu huruf pun.
Kalau pembaca bertanya kenapa saya tidak langsung meneleponnya saja agar dapat jawaban yang lebih cepat, dengan berat hati saya harus mengatakan bahwa saya adalah orang yang tidak suka menelepon atau pun ditelepon (apa lagi di video call). Sebagai sosok yang introvert, saya amat sangat menolak dua hal tersebut. Jangan tanya kenapa, ya. Setiap orang punya kepribadian yang berbeda-beda. So, jangan bully saya. Skip.
Selain membuat status di tengah pesan saya yang belum dibalas, ternyata teman saya ini juga masih sempat-sempatnya mengintip whatsApp story saya. Padahal kalau teman saya itu belum bisa membalas, atau bingung bagaimana menjawab pesan saya, atau butuh waktu lebih lama untuk membalasnya, sebaiknya bilang terus terang saja. Jangan malah menggantung saya dan membuat saya menunggu kepastian yang tidak jelas kapan datangnya. Tapi jangankan jawaban, permintaan maaf pun tidak pernah ia sampaikan. Apakah saya boleh bilang kalau teman saya ini tidak punya attitude?
Kejadian kedua yang menjadi alasan saya menonaktifkan centang biru di whatsApp ini mungkin bisa dibilang cukup konyol. Sebagai pengguna whatsApp yang aktif, kita pasti tahu bahwa ada fitur di mana kita bisa mengatur nama kontak siapa saja yang bisa melihat status kita. Pada saat itu, saya ingin mmebuat whatsApp story yang ingin saya tujukan hanya kepada satu orang saja. Ini boleh dibilang seperti kode-kodean. Saya berharap satu orang ini membaca story saya dan bisa peka setelah membacanya. Namun sampai dua puluh empat jam saya menulis story tersebut, nama kontak yang saya tuju tersebut tidak kunjung mengintip story saya.
Saya tidak menyerah begitu saja. Pada hari berikutnya saya kembali menulis story lagi dan saya tujukan hanya kepada satu orang itu. Namun lagi-lagi saya harus kecewa karena orang yang saya tuju ini tidak melihat story saya. Saya sempat menyesali tindakan saya yang pasif dan tidak langsung menyampaikan saja apa yang saya inginkan kepada satu orang itu. Sungguh ironman. Eh, ironi.
Pasca dua kejadian itu, akhirnya saya memutuskan untuk meng-healing diri saya dengan cara menonaktifkan centang biru di whatsApp. Dan apa yang saya dapatkan? Selain tidak mudah kecewa dengan dua kejadian tadi, saya juga bisa lebih leluasa mengintip story whatsApp teman-teman saya yang sebelumnya jarang saya lihat tanpa khawatir ketahuan. Dan hal yang paling menyenangkan adalah, saya bisa langsung membaca pesan yang baru masuk tanpa harus terburu-buru membalasnya. Kan dia nggak tahu apakah pesannya sudah dibaca oleh saya atau belum. Hehehe.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”