Keteladanan Jenderal Soedirman yang Patut Kita Contoh sebagai Pemuda Era Industri 4.0

Masalah yang dihadapi pemuda era industri 4.0 adalah adanya degradasi modal


“Jangan mudah tergelincir dalam saat-saat seperti ini, segala tipu muslihat dan provokasi-provokasi yang tampak atau tersembunyi dapat dilalui dengan selamat, kalau kita wasapada dan bertindak sebagai patriot.” –Jogjakarta, 1 Januari 1946.


Advertisement

Sebuah narasi pendek dari Jenderal Soedirman agar selalu waspada dan tidak mudah terbawa oleh arus-arus tertentu. Saat ini masalah yang dihadapi pemuda berkaitan dengan berbagai teknologi yang berkembang dan era industri 4.0. Salah satunya adalah degradasi moral yang sudah menjadi problem mengkhawatirkan. Krisis ini disebabkan oleh meningkatnya pergaulan seks bebas, pornografi melalui media sosial dan internet, serta maraknya kekerasan (bullying) anak-anak dan remaja (Zubaedi, 2011).

Keteladanan merupakan suatu model pendidikan dengan cara memberi contoh kepada para pemuda, baik dalam ucapan dan perbuatan. Bapak Pendidikan Nasional, Ki Hajar Dewantara, melalui Perguruan Taman Siswa yang telah mencanangkan tentang urgensi keteladanan. Salah satu semboyannya adalah ing ngarsa sung tulada, yang memiliki arti bahwa seorang pendidik haruslah memberikan teladan yang baik kepada anak didiknya. Maka rasanya memang penting menyoal nilai keteladanan, salah satunya dari pahlawan nasional.

Gaya hidup yang mengarah kepada orientasi materi seolah menghilangkan batas-batas negara serta buday. Dampaknya ialah terjadi penurunan semangat kebangsaan dan nasionalisme. Solusi alternatif untuk mengatasi masalah tersbut adalah membangun karakter bangsa dengan bercermin pada keteladanan pahlawan nasional (Wibowo, 2017). Keteladanan dari pahlawan nasional Indonesia perlu digali sebagai sumber nilai perilaku bagi pemuda di era industri 4.0.

Advertisement

Keberhasilan Jenderal Soedirman menunujukkan darma-bakti jiwa raga dan kemampuannya untuk keluhuran cita-cita bangsa. Ia tidak kenal menyerah walaupun sakit parah dan terus dikejar musuh. Namun tetap menanamkan semangat, menggariskan strategi Perlawanan Rakyat Semesta dan secara langsung memimpin perang Gerilya. memiliki kepribadian yang luhur, tabah, jujur dan sederhana, serta berwawasan persatuan dan kesatuan yang tinggi.

Dari aspek keagamaan, Soedirman muda telah berperan sebagai Pandu Hizbul Wathon dan Pemuda Muhammadiyah. Ia memasuki Hizbul Wathon sejak memasuki sekolah MULO. Hizbul Wathon secara bahasa memiliki makna sebagai kelompok yang mencintai tanah air (hizb = kelompok, al wathon = tanah air). Organisasi kepanduan ini merupakan binaan Muhammadiyah dan dikenal sebagai modernisasi Islam oleh kalangan masyarakat Indonesia pada waktu itu (Nasution, 2003).

Advertisement

Keterlibatan dalam organisasi tidak hanya sekedar ikut-ikutan, melainkan didorong oleh semangat keislaman yang kuat. Soedirman sangat mencamkan nasihat gurunya, bahwa seorang pandu tidak bergantung pada seragam atau ketampanan. Baginya pandu adalah tunas muda yang terampil mempraktikkan kegiatan dan mengamalkan kebajikan pada sesama makhluk, serta bertingkah laku sesuai ajaran agamanya (Sardiman, 2000).

Sebagai anggota organisasi Pemuda Muhammadiyah, beliau aktif pada tahun 1935-1937. Banyak prestasi gemilang yang berhasil diraih saat menjabat di organisasi ini. Ada dua jabatan penting sebagai gambaran dari prestasi karirnya, yakni sebagai Wakil Ketua Majelis Pemuda Muhammadiyah (WMPM) Wilayah Banyumas dan WMPM Provinsi Jawa Tengah (Nasution, 2003). Prestasi ini diperoleh atas ketekunan, kegigihan serta keaktifannya sosok Jenderal Soedirman sebagai seorang yang agamis dan nasionalis.

Bentuk nasionalisme Jenderal Soedirman adalah sikap membela dan memperjuangkan tanah air dari penguasaan penjajah. Beliau selalu memberi pesan agar dengan segala daya dan upaya berusaha mempertahankan tanah air Indonesia. Nasionalisme beliau juga dapat dilihat pada amanah yang dikeluarkan pada 1 Mei 1949 (Sardiman, 2000). Salah satunya berbunyi: “Tunaikan sumpah dan tugas kewajiban sebagai prajurit negara Republik Indonesia, yang sanggup menjamin keamanan dan keselamatan nusa dan bangsa”.

Patriotisme Jenderal Soedirman juga dapat dilihat pada beberapa amanat yang disampaikan selama karir militernya, seperti : “Tentara kita jangan sekali-kali mengenal sifat menyerah kepada siapapun juga, yang akan menjajajh dan menindas kita kembali”. Bukti semangat patriotisme lainnya adalah kerelaan berkorban tanpa perhitungan, komitmen pada janji membela negara dan bangsa, dan tidak kenal menyerah.

Banyak nilai keteladanan yang dapat dipetik dari sosok Jenderal Soedirman. Nilai-nilai ini penting untuk diinternalisasikan oleh pemuda era 4.0. Pemuda diharapkan tidak hanya fokus pada bidang teknologi dan informasi, namun juga aktif berorganisasi serta bijak dalam memaknai kemajuan. Karena problem yang dihadapi bangsa semakin berat, tentu diperlukan sikap para pemuda yang nasionalis, agamis, dan patriotis untuk menunjang ketahanan bangsa.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini