Obrolan dengan pasangan tidak begitu saja mulus. Meski sudah saling mengenal berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun tidak begitu saja memahami pasangan menjadi pekerjaan yang mudah. Kalimat saling memberikan pembenaran atas perilaku sendiri di depan pasangan, menjadi hal yang sulit dielakkan lagi. Terlebih jika akhirnya ini soal ego antar pasangan.
John Gray memberikan gambaran yang menarik bahwa pertemuan laki-laki dan perempuan ibarat pertemuan 2 makhluk asing. Satu orang dikatakan berasal dari Venus dan dan lainnya berasal dari Mars. Keduanya bertemu di Bumi hingga akhirnya tersemai bibit cinta dan kasih sayang antarkeduanya.
Ada satu hal penting yang mana jika kita tahu hal ini, akan membantu kita memahami pasangan. Mungkin tidak asing ditelinga kita dengan istilah coping. Lazarus (1993), mengartikan coping sebagai upaya individu dalam berpikir dan bertindak untuk mengelola tuntutan tertentu. Terdapat perbedaan yang khas mekanisme coping yang dilakukan laki-laki dengan perempuan.
Laki-laki dikatakan cenderung memiliki strategi coping berfokus masalah sedangkan perempuan pada emosi. Saat perempuan ada masalah, mereka cenderung membicarakan masalahnya kepada pasangannya. Dengan begitu, ia akan merasa lebih tenang. Setidaknya itu yang dirasakan perempuan.
Apa yang akan dilakukan laki-laki jika perempuan berbicara banyak mengeluhkan masalahnya?
Kebanyakan dari mereka secara tak sadar kemudian memberikan beberapa alternatif pemecahan masalah. Ia dengan tidak sabar terburu-buru menyarankan beberapa solusi. Lalu apa yang terjadi jika sudah begitu? Ya, benar saja, perempuan merasa tak didengar aspirasinya, keluhannya yang akhirnya membuat dia berpikir he isn’t on their side. Padahal perempuan hanya menginginkan validasi atas perasaannya. Sesudah itu, ia tahu apa yang harus dilakukannya.
Berbeda lagi dengan laki-laki, saat ia ada masalah maka ia akan cenderung memasuki goanya, goes to their cave. Laki-laki tidak menyukai membicarakan masalahnya. Ia nyaman membicarakan masalahnya dengan orang yang dia pikir bisa memberikan solusi. Ingat, coping laki-laki berfokus masalah bukan emosi. Jika perempuan tak bisa memberikan waktu bagi laki-laki untuk masuk ke goanya, maka ini bisa jadi akan menjadi awal mula perdebatan. Ketika ada masalah, dan laki-laki mengambil waktunya, perempuan kadang berpikir bahwa ia diabaikan. Laki-laki tak lagi membutuhkan atau menginginkannya lagi. Padahal sebagaimana perempuan yang nyaman divalidasi perasaannya, laki-lakipun sama. Ia butuh untuk memasuki goanya sejenak saat ada masalah.
Perbedaan dasar bahwa diri dan pasangan adalah dua orang yang asing dan bertemu untuk saling memahami harapannya memotivasi untuk tidak lelah belajar hal-hal baru yang belum diketahui dari pasangan. Tiada jurus lain kecuali “pemahaman dan mau belajar” karena hubungan antarmanusia memang melibatkan relasi yang kompleks.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”