Kamu pasti pernah merasakan begitu bangganya memiliki banyak teman. Beragam jenisnya. Dari mulai kutu buku hingga teman paling eksis se-tongkrongan. Kamu merasa senang memiliki banyak teman yang berbagai macam bentuk dan rupanya. Tak peduli warna kulit, ras atau atau agama. Tak peduli mereka adalah teman yang hampir setiap hari kamu temui atau teman sekadar lewat saja. Kamu begitu senang menghabiskan banyak waktu dengan mereka. Terasa seru sekali ketika bersuka ria, bercengkrama hingga bertukar pikiran bersama mereka yang selalu kamu anggap sebagai teman.
Sampai pada akhirnya kamu tiba di satu titik. Satu titik di mana kamu muak dengan mereka. Kamu muak dengan segala yang ada di sekitarmu. Kamu merasa teman yang kamu miliki ini bukanlah teman sebenarnya. Mereka adalah fake friends, teman palsu. Mereka seperti memakai topeng yang menarik ketika bersama denganmu dan memakai topeng mengerikan ketika mereka tidak berjalan bersamamu. Kamu selalu menaruh rasa curiga pada teman-temanmu. Kamu merasa temanmu bisa saja menusukmu dari belakang kapan saja. Kamu selalu waspada akannya.Â
Perubahan sikapmu itu sebenarnya wajar. Semakin dewasa, kamu akan semakin menyadari kamu tidak bisa berteman dengan semua orang. Kamu tidak bisa sembarang memilih teman yang sering kamu temui atau kamu jadikan tempat bertukar-pikiran. Kamu bisa saja menjadi sedikit individualis. Hal itu wajar. Selama kamu tidak berubah menjadi seorang yang anti-sosial dan tidak ingin berteman dengan siapapun.
Kamu sadar memiliki teman yang supportif adalah salah satu hal yang kamu butuhkan. Kamu sadar manusia adalah makhluk sosial. Kamu tetap membutuhkan mereka sebagai sahabat yang ada di sekitarmu. Tetapi kamu lebih awas terhadap teman palsu ini. Teman yang hanya datang padamu di waktu suka saja. Sementara ketika kamu sedang berada di titik terendahmu. Mereka meninggalkanmu.
Sesungguhnya adalah benar kamu tidak bisa bergantung pada temanmu. Kamu harus mengandalkan dirimu sendiri. Bukan orang lain atau temanmu. Tetapi memiliki teman yang baik, mendukungmu di waktu-waktu kritismu itu seperti sebuah anugerah yang besar. Teman yang baik bukanlah yang selalu ‘baik’. Karena baik itu relatif. Tidak selamanya kata baik bermanfaat di dalam kehidupanmu. Yang kamu butuhkan adalah teman yang benar. Teman yang sehat yang bisa jadi tidak selalu ‘baik’ terhadap sikapmu. Tetapi teman yang mampu menolongmu sewaktu kamu sedang kesulitan. Tidak berlebihan dalam memuji namun juga tidak merundungmu ketika kamu salah. Dia bisa memberikan nasihat. Meski terkadang menyelekit di hatimu. Tetapi nasihat yang ia berikan ada benarnya. Karena temanmu merasa apa yang kamu lakukan salah. Memang kebenaran terkadang menyakitkan. Tetapi memang itu faktanya. Sebaiknya kamu belajar untuk menerimanya.Â
Justru akan menjadi tidak sehat. Seandainya kamu salah, temanmu justru ikut mendukung perbuatan salahmu. Temanmu ini memang baik. Sangat baik. Sehingga baiknya pun terkadang bisa menjadi racun yang malah membunuhmu. Menyesatkanmu ke jurang tak beradasar. Hindari teman yang baik namun beracun ini. Atau sebaiknya jangan terlalu dekat dengannya.
Ketika kamu sudah memiliki teman yang supportif dan tidak menjerumuskan ini, sebaiknya kamu bersyukur. Karena di zaman sekarang sangat langka orang seperti ini. Memiliki pertemanan yang sehat adalah supporting system terbaik yang akan kamu miliki. Kamu tidak akan pernah menyesal menemukan teman seperti mereka. Sudahkah kamu dapatkan temanmu itu?Â
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”