#KesehatanMental – Ada Banyak Cara untuk Meredakan Kecemasan, Menulis Adalah Salah Satunya

Rutin Menulis Bisa Memperbaiki Mood yang Semrawut

Seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat untuk menjaga kesehatan mental, pembahasan mengenai proses healing akhir-akhir ini juga mulai sering bermunculan. Baik dari obrolan bersama teman maupun cuitan warganet di linimasa media sosial. Healing sering kali dikaitkan sebagai proses menyembuhkan diri dari gangguan mental. Dari berbagai informasi (terpercaya), dapat diketahui bahwa proses penyembuhan ini bisa dilakukan secara mandiri maupun melalui bantuan profesional. Mulai dari melakukan hal-hal sederhana yang kita sukai, hingga mendatangi pusat bantuan untuk gangguan kesehatan mental, seperti psikiater/psikolog, atau dokter spesialis kejiwaan. Tergantung kebutuhan dan seberapa berat gangguan yang dialami.

Advertisement

Jenis gangguan mental yang dialami pun beragam. Bahkan, memendam pikiran terlalu dalam hingga menimbulkan kecemasan berlebih pun bisa dikategorikan sebagai gangguan mental. Ada kalanya kita bisa berbagi keluh kesah tentang masalah yang tengah dialami dengan orang lain. Namun, ada juga momen-momen di mana orang-orang yang biasanya kita percaya sebagai teman curhat sedang tidak bisa dihubungi. Atau, kita merasa bahwa lebih baik jika permasalahan itu dipendam sendiri, meski pada akhirnya akan terasa melelahkan jiwa raga. Kalau sudah begini, kita harus bagaimana?

Salah satu alternatif yang bisa dilakukan untuk meredakan gangguan mental akibat kecemasan berlebih adalah dengan cara menulis. Ambil kertas dan pena, tuliskan apa saja yang saat itu ada dalam benak. Banyak penelitian yang menyebutkan bahwa menulis memiliki manfaaat bagi kesehatan mental. Selain mengurangi kecemasan dan stres, rutin menulis juga mampu memperbaiki mood kita yang semrawut. Luapkan segala hal yang dirasakan secara jujur. Sekadar corat-coret, atau ingin mengucap, Duh, capek! pun bisa ditorehkan pada kertas.

Proses meluapkan emosi dan perasaan melalui tulisan ini kini popular dengan istilah journaling. Mirip seperti menulis diary saat kita kecil dulu, journaling memungkinkan kita untuk mencurahkan segala isi hati. Menjadikannya media untuk berdialog dengan diri sendiri,  mengevaluasi perasaan yang dialami, serta mencari tahu apa yang sebenarnya kita inginkan. Berikut ini ada beberapa jenis tulisan dalam aktivitas journaling yang banyak digemari untuk proses healing.

Advertisement

Menulis Bebas 

Rasa marah. Gelisah. Takut. Kalut. Kecewa. Semuanya bisa kita tuliskan secara bebas. Hal ini akan membuat kita lega karena emosi dalam diri bisa tersalurkan di tempat yang lebih baik, juga lebih aman karena kita bisa membatasi siapa saja yang bisa mengakses tulisan tersebut. Daripada terus-menerus mengendap di kepala, coba untuk ditulis saja.

Advertisement

Jika kesulitan saat harus mengawali sebuah tulisan, buatlah sembarang coretan di atas kertas. Sekadar gambar corat-coret abstrak pun sudah bisa mewakili emosi yang kita rasakan, apalagi jika kita mampu menuliskannya secara jujur dan detail. Ekspresikan semua di kertas sampai kita lega.

Membuat Morning Letter

Ketika bangun tidur, terkadang kita sulit menghindar dari serangan fajar berupa pikiran acak yang tiba-tiba muncul. Terlebih, bagi yang memiliki kebiasaan mengakses gawai dan media sosial di pagi hari. Hal tersebut bisa jadi menyebabkan lewah pikir (overthinking). Cobalah untuk mengatasinya dengan menulis morning letter/morning page, alias catatan di awal pagi. Tuliskan apa saja yang melintas dalam pikiran sesaat setelah kita bangun tidur. Tentang mimpi yang dialami, atau sisa-sisa pikiran dari hari kemarin yang ternyata masih saja mengusik ketenangan hati.

Morning letter membantu kita untuk menjernihkan pikiran dan mencegah distraksi pikiran-pikiran negatif di awal pagi, sekaligus memastikan bahwa kita bisa mengawali hari dengan hal yang positif. Sebagaimana kata orang bijak, apa yang terjadi di awal pagi bisa memengaruhi keseluruhan hari. Jangan sampai ada kerusuhan di awal pagi yang membuat mood kita ambyar sepanjang hari.

Membuat Jurnal Syukur

Manfaat jurnal syukur yaitu membantu kita untuk berfokus pada hal-hal positif yang terjadi setiap harinya. Selain itu, kita juga bisa mereduksi berbagai energi negatif dalam diri akibat terlaru larut dalam kesedihan atau kekecewaan karena mengalami kejadian yang kurang menyenangkan. Jurnal syukur bisa ditulis malam hari sebelum tidur, sambil merenungkan kembali apa saja yang kita alami selama satu hari penuh.

Di antara sekian banyak kejadian, pasti ada yang bisa membuat kita tersenyum, meskipun hal paling sederhana sekalipun. Kita bisa menuliskannya secara ringkas, misalnya, Bangun tepat waktu, jadi nggak telat deh buat sekolah, Koneksi internet lancar, pekerjaan/tugas jadi cepat selesai, atau Surprise! Ada traktiran dari teman.

Dengan mengingat kembali hal-hal menyenangkan ini, pikiran kita pun akan lebih rileks. Suasana hati juga bisa membaik meski baru saja melewati kejadian yang tidak mudah sepanjang hari. Hal ini sekaligus menjadi pengingat bahwa memang tidak semua hari bisa kita lalui dengan baik, tapi pasti selalu ada kebaikan (dari berbagai macam hal) di setiap harinya.

Selain manfaat secara mental (psikis), journaling bisa juga menjadi media untuk terapi menulis. Membiasakan kembali kebiasaan menulis secara manual, dengan media kertas dan pena. Sekian lama menggunakan gawai, kadang kala jari jemari kita terasa kaku ketika kembali menulis di buku catatan. Kualitas tulisan tangan juga semakin goyah dan menurun ketika jari jemari tidak lagi rutin menggenggam pena. Seru, kan? Ternyata menulis bisa memberikan bonus bagi psikis dan fisik.

Meski demikian, jika lebih nyaman ketika membuat tulisan menggunakan gawai pun tidak masalah. Apa pun medianya, yang penting tujuan untuk memperoleh lega bisa tercapai. Berhasil meluapkan emosi dengan cara yang lebih elegan dibandingkan asal ketik di media sosial yang mungkin justru berpotensi menimbulkan permasalahan lain di kemudian hari.

Hal lain yang tidak kalah penting jika ingin melakukan proses healing melalui tulisan adalah: konsisten! Meskipun hanya satu kalimat, usahakan kita tetap rutin menuliskan sesuatu. Menulis membuat kita fokus pada diri sendiri sehingga tidak mudah terdistraksi dengan urusan-urusan lain di luar diri yang mungkin tidak terlalu bermanfaat bagi kepentingan kita.

Tidak perlu menunggu hingga menjadi penulis hebat untuk mulai menceritakan apa yang kita rasakan lewat tulisan. Siapa pun bisa melakukannya. Bukankah kita sudah cukup familiar dengan aktivitas ini semenjak kecil? Di pelajaran Bahasa Indonesia pun kita sudah pernah belajar tentang cara menuliskan kalimat ekspresi, atau menceritakan perasaan yang kita alami. Meski belum menjamin akan sembuh seutuhnya, melalui kegiatan menulis setidaknya kita sudah memiliki alternatif media yang bisa dimanfaatkan untuk mengelola kecemasan yang mendera.

Perlu diingat bahwa menulis bukan satu-satunya cara untuk mengatasi kecemasan sekaligus menjaga kesehatan mental. Banyak cara lain juga yang bisa dilakukan. Kalian bisa memilih kegiatan yang memang kalian sukai, seperti berolahraga, mendengarkan musik, bepergian ke tempat-tempat baru, memasak, dan lainnya. Jika saat ini menulis sekiranya cocok untuk kalian, jangan ragu lagi untuk mencoba. Yuk, mulai dari sekarang. Happy writing!

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Lahir, tumbuh, dan berkarya di kaki gunung Merapi, Daerah Istimewa Yogyakarta. Menjadi kuli aksara sejak beberapa tahun lalu dengan kegiatan utama: membaca dan menyusun rangkaian kata.