Mungkin beberapa bulan ke depan, adik-adik saya, termasuk Anda akan mulai memikirkan rencana masa depan setelah lulus sekolah. Ada yang mungkin mau langsung kerja dan bantu orang tua, ada juga yang melanjutkan pendidikan walau harus ke negeri Cina. Tak masalah. Bagi kalian yang ingin langsung terjun ke dunia kerja, semoga sukses selalu. Lalu bagi kalian yang calon mahasiswa, mari kita bergalau dulu.
Keresahan yang tiap kali hadir bagi para siswa calon mahasiswa ketika ingin melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi adalah “memilih”. Tak seperti pemilu yang hanya berlangsung kurang lebih lima menit dalam bilik suara dan menyoblos caleg yang entah kenal atau tidak, memilih harus kemana kuliah adalah merupakan juga pergolakan batin. Bahkan paripurna statusnya pada sebagian golongan. Kesulitan dalam hal memilih harus kemana terkadang bukan langsung berasal dari diri sendiri. Tekanan dari lingkungan apalagi keluarga juga menjadi tambahan keluh kesah dalam dada.
Beberapa dari kalian atau kita dulu (iya kamu yang lagi ngurus revisi yang gak pernah kelar), mungkin ada yang sudah merencakanan dan yakin menuju kesana. Tetapi sebagian juga ada yang perlu waktu untuk memutuskan. Pertimbangan pertimbangan pun kemudian bermunculan.
Keharusan untuk melanjutkan studi karena tren juga tak jarang terjadi. Bukannya sering kita lihat atau ternyata kita sendiri yang milih kuliah karena ikut-ikutan? misalnya karena teman pilih jurusan ilmu politik lantas karena merasa tidak akan punya teman lagi jika berlainan pilihan, kita pun akhirnya memilih jurusan yang sama. Padahal nonton berita politik tak pernah sekalipun semenjak berumur 17 tahun dan mendapat KTP.
Fase yang pertama ketika keresahan itu muncul dan menghasut alam bawah sadar anda (calon mahasiswa, yang masih siswa) adalah ketakutan akan tidak diterima. Mungkin saja ada yang sudah dapat LoA (Letter of Acceptance) dari Harvard atau Stanford sehingga tinggal mengiyakan saja, tetapi bagi mereka yang perlu berjuang lebih untuk masuk ke kampus favorit rasa gelisah itu pasti ada. Katanya segala hal yang kau inginkan mesti kau perjuangkan.
Kemudian meski nilai-nilai kamu bagus pada setiap mata pelajaran, rasa takut tetap saja ada ketika harus memutuskan mengklik tombol pendaftaran. “Jika tidak lulus bagaimana? Harus kemana lagi? Bagaimana jika aku tidak seperti yang mereka inginkan?” pertanyaan itu muncul dalam benak. Meskipun pada akhirnya, mau tidak mau kamu mesti melangkah dan mengambil sikap untuk memutuskan dan ujung-ujungnya memilih kampus tersebut.
Tak semua kampus yang diinginkan kadang berada pada daerah yang sama. Kampus favorit kadang terletak jauh dari rumah dan perlu transportasi minimal pesawat. Rasanya untuk meninggalkan kampung halaman adalah hal yang mudah bagimu, lihat saja siapa yang tak mau melihat tempat yang baru. Tetapi hadangan muncul dari dalam rumah. Untuk mengakui dalam waktu lama tak bertemu dengan anak bukanlah hal yang mudah bagi para orang tua. Tak peduli secanggih apapun alat komunikasi dunia sekarang ini, nyatanya rasa khawatir tetap menyelimuti. Resah untuk meninggalkan, keinginan untuk bepergian adalah dua hal yang mungkin akan berperang dalam dirimu.
Kamu hobi ini dan kamu suka itu. Rasanya jurusan ini cocok denganmu. Mau mengambil jurusan itu adalah kehendakmu. Cukup mudah karena kamu memang pas dengan hal itu. Bagi kamu yang bahkan bingung mau kemana tetapi mesti berjalan terus, memilih jurusan adalah hal yang sulit sulit gampang. Beberapa alasan kadang mendasari kita untuk memilih jurusan tersebut selain pada kalimat awal tadi. Misalnya karena melihat akreditasinya bagus atau namanya terlihat keren (planologi, psikologi, filsafat dll), padahal tidak tahu apa-apa mengenai jurusan tersebut, secuil pun tidak.
Setelah berbagai keresahan itu kamu lewati dan akhirnya merasa tenang dan tinggal perbanyak mengaminkan, kamu akan merasa menjadi manusia yang berevolusi intelektualitasnya. Bagaimana tidak, setelah sekian tahun pada hari Senin mesti upacara dan berseragam sama semua, kamu akhirnya terbebas dari itu semua. Kuliah dan mendengarkan pengajaran dosen. Itu yang kamu pikirkan. Berpakaian kemeja dengan kancing terbuka sampai terlihat baju oblong, menggandeng tas pakai bahu sebelah, ikut ikutan protes tak karuan adalah bayanganmu kemudian.
Begitu menyenangkan, kehidupan baru mesti dikawal dengan kesenengan. Kehidupan menjadi mahasiswa sebentar lagi kamu dapatkan. Tak ada lagi yang namanya medengarkan ceramah panjang dari Pembina upacara atau sidak rambut melebihi kerah baju. Kamu bebas, menyenangakan, perkuliahan, mahasiswa, itulah.
Tak apa, semua berhak untuk bahagia di awal. Tenang saja, resahmu tak akan bertambah. Jangan dulu memikirkan laporan tiap minggu dari praktikum tiap minggu atau tugas tugas dua halaman penuh untuk tiket masuk ujian atau menunggu dosen seharian penuh untuk revisi atau segala apapun itu. Tak apa, bayangkan saja seperti itu dulu. Kesenangan harian menempuh perkuliahan. Jika tak dimulai dengan rasa senang dan hati bahagia dan berbunga, maka merugilah sakit kepala kalian ketika harus memilih kampus tujuan. Tenang saja, menjadi mahasiswa adalah hal yang menyenagankan di dunia ini. Ha ha ha
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”