Katanya, hidup berawal dari mimpi. Seperti aku yang mengawali hidupku dengan bermimpi agar bisa hidup denganmu. Dan ternyata, itu adalah kesalahan terbesarku. Sekuat apapun aku berjuang meraih mimpi, jika takdirku tak bisa menggenggam hatimu maka tanganku bisa apa? Hujan tahu jelas betapa banyak rasa dan harapku untuknya. Karena setiap genangan yang ia ciptakan, aku dan diapun menciptakan kenangan yang sama banyaknya. Namun sayang, layaknya genangan hujan yang sementara, kenangan yang kami ciptakanpun tak bisa bertahan lama. Kepergianmu pun akhirnya datang juga…
Jangan terlalu merasa dicintai saat pertama kali dia katakan cinta, karena sejatinya perasaan manusia bisa berubah kapan saja. Dia berjuang hanya untuk mendapatkan, lain halnya dengan mempertahankan. Hubungan kita sangat baik-baik saja, sampai tiba suatu hari dimana mimpi buruk itu datang. Hatinya tiba-tiba beku, cintanya tiba-tiba hilang, inilah yang disebut dengan takdir tuhan, bisa terjadi kapan saja bahkan saat hati kita benar-benar tidak siap menerima luka.
Katanya dia ingin pergi dengan alasan sudah tak mampu lagi membuat aku bahagia, pernyataan yang sangat bodoh memang. Bagaimana mungkin dia ingin melihat aku bahagia saat dia sendiri yang jelas-jelas bahagiaku memutuskan untuk pergi meninggalkanku? Alasan klise, bilang saja jika sudah tidak memiliki rasa.
Perjuangannya untuk membuatku luluh memang sudah berhasil, dan ketika hatiku telah ku berikan seutuhnya ternyata dia sendiri yang berniat untuk pergi. Tidakkah dia sadari jika perbuatannya sangat menyisakan luka dan trauma? Aku yang sulit jatuh cinta harus kembali merasakan luka dan jera. Bagaimana mungkin aku bisa kembali percaya saat orang yang sangat aku percaya tidak akan pernah menyakitiku pun ternyata melakukan hal yang sama, pergi tanpa alasan dan menyisakan luka.
Kini, setelah kepergiannya aku berusaha bangkit dan kembali baik-baik saja. Butuh waktu lama untuk pura-pura sembuh, karena sejatinya luka ini tidak akan pernah sembuh. Kembali mengukir senyuman adalah hal terberat yang harus aku lakukan, apalagi untuk kembali jatuh cinta, sangat tidak mungkin rasanya. Aku jera dengan segala luka yang dia berikan, sangat membekas. Lelah berada di fase menjadi orang yang sangat dicintai kemudian memutuskan untuk mencintai namun akhirnya tetap harus terluka lagi, apakah seklasik itu fase dalam suatu hubungan?
Meskipun raga kita sudah tak lagi bersama, namun doaku tetap sama. Semoga disana dia selalu bahagia, dengan pilihannya. Tentang aku yang terluka, biarkan waktu mengobatinya sendiri. Dia pernah mencintai wanita hebat, wanita tangguh yang berhasil bangkit dari segala luka. Penyesalannya bukan yang aku harapkan, karena kebahagiannya adalah yang terpenting untukku. Jangan bilang jika dia tidak bahagia bersama pilihannya, karena nanti aku menyesal memilih mundur demi kebahagiaannya sedangkan dia sendiri tidak bahagia.
Menangis dan larut dalam luka setiap malam, merenungi dimana letak kesalahanku yang sebenarnya memang tidak ada, karena kepergianmu adalah murni keinginanmu sendiri bukan perihal salahku yang tak bisa dimaklumi. Maafkan aku pernah selemah itu dalam melupakanmu.
Percayalah, aku kuat dan bisa hidup tanpa dia. Aku hanya butuh waktu untuk itu semua, hari-hari yang aku lalui kembali kelabu, karena dia telah merenggut semua pelangi yang sempat ada. Menjadi pihak yang ditinggalkan dan tak lagi diinginkan sangatlah menyakitkan, bagaimana mungkin aku tidak merasa jera? Saat luka ini begitu sesak dan menganga. Tuhan, bantu aku sembuh dan kuat melewati semuanya~
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”