Kepergian Ayah Membuatku Trauma untuk Mengenal Sosok Laki-Laki

Lantas laki-laki mana lagi yang bisa kupercaya?

Aku lahir dari keluarga sederhana yang penuh kebahagiaan. Tapi bahagia itu dulu jauh sebelum aku beranjak dewasa seperti sekarang ini. Sekarang posisiku sedang kuliah menjalani semester 8. Aku sedang sibuk-sibuknya mengerjakan skripsi yang penuh drama ini. Ya, mau gimanapun kelulusanku adalah titik dimana aku memulai kehidupan dewasa yang sesungguhnya.

Advertisement

Jujur, disaat aku tiba-tiba merasa down ketieka aku mengingat keluargaku yang saat ini tidak utuh karena hilangnya sosok Ayah di hidup kami. Ayahku pergi meninggalkan kami di saat kami sedang berusaha menaikkan derajat keluarga kami ini. Rasa sedih itu selalu menghantuiku yang terkadang membuatku hampir saja trauma untuk mengenal sosok laki-laki. Namun, rasa traumaku tidak berjangka panjang karena sebelum aku memasuki semester 8 ada seorang laki-laki yang sangat meyakiniku bahwa tidak semua laki-laki itu brengsek. Dia begitu baik dan selalu jadi sosok yang sangat aku idam-idamkan. Dia telah berhasil mengubah duniaku yang awalnya abu abu menjadi berwarna seperti pelangi.

Tapi ternyata keindahan ini tidak berlangsung lama. Cerita itu dimulai ketika aku berhasil mendapatkan kesempatan mengikuti program kampus merdeka untuk pertukaran mahasiswa ke Bandung. Selama aku di Bandung, dia berubah drastis. Dia yang awalnya seorang yang manis menjadi pahit seperti air hujan. Ia berhasil membuatku seperti orang gila yang selalu menanti kabarnya.

Rinduku sudah setinggi gunung, namun ia tidak mempedulikan itu. Aku selalu mengirimi ia foto aktivitasku selama di Bandung namun ia hanya merespon seolah-olah foto itu tidak berarti untuknya. Semakin lama, sikapnya membuatku tidak tahan dan akhirnya aku memintanya agar hubungan ini dijeda sementara. Dengan cepat ia menjawab ya dan tidak berusaha untuk mempertahan hubungan ini agar tetap baik-baik saja.

Advertisement

Semenjak kejadian ini, aku kembali lagi merasakan yang namanya tidak mau mengenal sosok laki-laki. Sampai pada akhirnya, aku mendapatkan informasi dari temanku yang ada di Medan kalau dia ada hubungan dengan sahabatku sendiri. Sahabat yang sudah kuanggap seperti saudaraku sendiri ternyata mengkhianatiku. Aku pikir itu berita bohong sampai pada akhirnya semua bukti sudah jelas ketika mereka dia dan sahabatku saling mengunggah foto mesra sedang berdua di suatu danau.

Hatiku rasanya seperti tertusuk pisau, seketika aku ingin berlari menemui dan menampar mereka berdua. Mereka berdua mengkhianati kepercayaanku. Aku menangis, menyesal, kecewa dan semua rasa sakit itu beradu tiada henti yang membuatku sempat jattuh sakit (drop) dan hampir saja membuatku frustasi.

Advertisement

Namun disaat aku merasakan sakit itu, Ayahku tiba-tiba menghubungiku dan mengajakku untuk menemui istri barunya di Yogyakarta. Aneh sebenarnya, tapi ya itulah Ayahku. Bagaimanapun ia adalah ayahku, kuucapkan didalam hati sebelum berani menemui dia yang sudah lama tidak kulihat wajahnya.  Singkat cerita, aku tiba di Yogyakarta bersama teman-temanku yang merupakan mahasiswa Medan juga yang berhasil mendapatkan kesempatan mengikuti kampus merdeka seperti aku.

Mereka menemaniku untuk menemui ayahku yang sudah lama tidak kuketahui kabarnya. Air mataku mengalir deras begitu saja ketika aku melihat wajah yang sudah lama aku rindukan. Kami berdua saling berpelukan dan saling menanyakan kabar masing-masing. Selanjutnya aku dan teman-temanku diajak jalan-jalan ke tempat yang sama sekali belum pernah kami kunjungi. Setelah hari bahagia itu berlalu, aku selalu menganggap bahwa kepergian ayahku tidak akan bisa kuhentikan dan waktu juga tidak bisa mengembalikan ia kembali pada keluarga kami. Walaupun Ayahku tidak menjadi milikku lagi seutuhnya namun cintanya akan tetap abadi diingatanku.

Setelah semua derita ini, lantas laki-laki mana lagi yang bisa ku percaya? Ayahku saja menyakitiku. Pacarku yang sudah 2 tahun lebih menjalin hubungan denganku juga menyakitiku dengan beralasan LDR. Itu menyiksanya padahal aku selalu setia di Bandung.

Mungkin bisa saja aku bertingkah sama dengannya, mencari sesuatu untuk bisa aku mengisi kekosonganku selama di Bandung namun aku selalu berusaha untuk terus menjaga hati dan juga perasaannya apabila ia mengetahui aku melakukan hal yang tidak baik itu. Ternyata kesetiaanku yang begitu besar tidak berarti baginya dan saat ini aku lebih memilih untuk fokus dengan skripsiku lalu mencari pekerjaan dan meningkatkan kualitas diriku supaya bisa mendapatkan laki-laki yang akhlak dan segala sesuatunya tulus sampai selamanya.  

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Suka menulis, suka travelling, sama suka makan. Kalau suka kamu, emang boleh?