Entah bagaimana aku memulainya, entah darimana. Segalanya terasa sulit, bahkan untuk mengingatnya kembali. Setelah apa yang telah berlalu, setelah kau menunjukkan tentang bagaimana memandang sisi lain. Tentang bagaimana aku melihat segalanya, tentang bagaimana aku melihatmu.
"Jangan pergi..!" Kataku.
Toh nyatanya pembuktian itu tak pernah mudah. Seperti belajar, tak pernah mudah. Seperti kau yang tak pernah percaya: gadis-gadis kecilmu ini bisa ada di tempat yang sama di mana kau pernah berada.
Itu sulit, apalagi tanpamu. Lalu kepada yang lain, seseorang yang seharusnya bisa menjadi lebih baik daripada dirimu, seseorang yang seharusnya belajar dari keberhasilan dan kesalahanmu.
Aku mengatakan padanya, "Aku ingin mencintaimu, tapi aku tak mengerti bagaimana mencintai diriku sendiri. Aku ingin percaya padamu, tapi aku tak mengerti bagaimana mempercayai diriku sendiri. Adalah salahmu jika kau percaya pada seseorang yang bahkan tak mempercayai dirinya sendiri."
Dia percaya padaku, tak seperti kau yang meragukanku. Tapi di antara kita semua tahu persis siapa yang salah. Adalah yang mempercayaiku, dia yang salah. Ataukah aku yang salah? Yang tak mampu menjaga amanah?
"Jangan lelah!" Katamu.
Itu mustahil. Karena kamu pun manusia. Maka bersikaplah selayaknya manusia. Bukan hanya hati, bukan hanya rasa. Tapi tubuhmu pun perlu kau jaga. Aku tahu kau lelah, pun juga dengan dirinya. Apalagi masih harus menghadapiku yang manja, keras kepala, dan banyak maunya.
Aku tahu aku pun membuat kalian semakin lelah. Aku yang tak mampu menjaga tegakku sendiri. Mudah terhuyung, mudah terhempas, mudah patah.
Dia bilang, "Badai hanya menyisakan pohon yang kuat." Sedangkan aku begitu lemah, begitu mudah merencanakan jatuhku, menumbangkan diri sendiri.
Dan ini dariku, untukku, tentang kalian:
Jika badai hanya menyisakan pohon yang kuat. Apa kabar benih-benih yang menunggu semi? Setidaknya berilah ruang Biarlah mereka tumbuh sesuai inginnya sendiri.
Sementara itu arahkan mereka, tanpa mereka merasa disetir. Tak semua orang bisa belajar bagaimana cara agar tak terjatuh. Beberapa yang lain justru memilih jatuh untuk belajar. Setiap orang memiliki cara belajar masing-masing.
Tentang memilih. Semua orang pasti memilih apa yang dianggap jalan terbaik. Tapi tak semua yang dianggap baik itu benar, ada juga yang salah. Tapi pilihan yang salah juga tak selamanya mengantar ke tempat yang buruk, ada juga yang justru mengantar ke tempat terbaik. Tak terduga, tak disangka. Segalanya berjalan begitu saja.
Tentang hidup. Yang kau lakukan kemarin mempengaruhi yang terjadi hari ini, yang kau lakukan hari ini mempengaruhi yang terjadi esok hari. Bisa jadi, karena orang lain kau menjadi seperti ini, karenamu orang lainnya lagi menjadi seperti itu.
Tentang takdir. Segalanya terhubung tanpa disadari. Milikku, milikmu, milik kita dan mereka. Tentang skenario Yang Kuasa, bukan drama yang begitu saja tercipta. Karena ketakutan-ketakutan, karena kegelapan.
Matamu tak melihat, mata hatimu telah dibutakan prasangka. Hingga kau tak menyadari cahaya-cahaya kecil dari nyala korek api, yang meliuk-liuk tertiup angin malam. Dari kerlip bintang, yang jauh di atas sana. Dari berpasang-pasang mata yang selalu mengawasi. Dan mereka selalu ada, selalu menjaga.
Tapi mata hati yang tertutup, sepotong hati yang mati rasa tak mampu menyadarinya. Cahaya itu yang menjaga langkahmu, membimbingmu dari jauh. Langkah-langkah dalam gelap, mata-mata itu yang menjagamu. Lalu, masihkah kau berencana jatuh?
Dan pada akhirnya..
Kepadamu, seseorang yang kupercaya melebihi diriku sendiri. Siapakah dirimu? Kenapa aku begitu takut kehilanganmu ketika bahkan kau sendiri bukanlah milikku? Kamu bukan siapa-siapa..
Aku ingin memilikimu, memiliki yang sepertimu dalam diriku sendiri. Dengan begitu, hanya dengan begitu, aku tak akan kehilanganmu, dan aku tak akan kehilangan diriku sendiri.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”