Kepadamu Lelaki yang Kuharap Menghadap Tuhan dengan Cara yang Sama Denganku

Sebab, seringkali yang bermain api malah terbakar sendiri

Sepertinya kita berdua suka sekali bermain api. Kita hanya menunggu api itu habis membakar kita lalu menjadikannya abu. Perasaan ini semestinya tidak perlu hadir di antara keakraban kita yang semakin hari semakin erat terjalin. Aku takut suatu hari nanti kamu menjadi semesta yang selalu ku syukuri akan elok parasmu juga renyah tawamu.

Advertisement

Kamu adalah sayang yang ku tunda, suka yang ku tapik, dan cinta yang ku tolak.
Akan tetapi, seiring waktu kedekatan kita semakin memperjelas perasaanku. Berulang kali ku coba untuk tidak terbawa perasaan dan tidak terjebak dalam keadaan yang menggemaskan ini. Namun,usaha itu gagal.

Kamu jelas-jelas nggak jelas. Kita berdua jelas-jelas nggak jelas.
Kenapa malah berusaha tidak menghiraukan keyakinan kita berdua? Kenapa masih mencoba untuk saling menunjukkan rasa? Bukankah itu malah memperkeruh keadaan kita berdua?

Kita semakin terbakar oleh rasa yang kian hari makin mendekatkan kita.
Sudahkah kamu lihat? Semestaku berguncang.
Tanpa sadar aku membiarkan kamu masuk, membukakan pintu dengan sambutan hangat senyum sumringah.

Advertisement

Aku tertegun. Benarkah yang kulakukan ini?
Haruskah aku menyuruhmu keluar setelah akhirnya kubiarkan kamu nyaman untuk tinggal?
Maukah kamu keluar jika kamu sudah mendekorasi setiap sisi rumah hatiku?
Haruskah ku usir kamu dengan terpaksa agar aku terhindar dari luka?

Kamu semesta kebahagiaanku kini. Setiap hariku terisi oleh gelak tawa berkat tingkah konyolmu. Kamu rotasi tumpuan moodboosterku selalu saja bisa meredam emosi dengan rangkaian kata gokilmu. Kamu pemicu semangatku selalu bisa punya cara membangkitkan semangat yang pudar dengan video gokil yang dikirim tiba-tiba saat aku lelah bekerja, mengirimkanku voice note demi terselesaikannya skripsi yang enggan ku sentuh lagi.
Kamu suka cita yang tak ingin kulepaskan.

Advertisement

Aku harus menekan perasaan. Kamu tak boleh ku biarkan sayang.
Kita berdua berbeda dalam segala hal.
Bagaimana mungkin aku bisa memahami cinta kita jika hitam sampul Alkitab-ku sehitam tanda di keningmu yang sering shalat itu?

Sungguh, bukankah minyak dan air pun tetap tak bisa menyatu meski dalam wadah yang sama? Lantas angan seperti apakah yang kita rangkai untuk sebuah penyatuan? Bukankah seringkali petang terburu-buru pergi setelah menampilkan senja yang apik untuk menemui malam yang gelap? Seperti hubungan ini.
Hanya menampilkan indah sejenak lalu duka sepenuhnya.

Semoga kedekatan ini tidak membumihanguskan perasaan.

Dariku,
Yang terus berusaha menekan perasaan.

N C U

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Mahasiswi Fakultas Teknik Elektro Universitas Haluoleo, sangat gemar galau, sangat suka membaca, dan sangat senang menulis. sekarang sedang memantaskan diri untuk mendapatkan hadiah terbaik dari Tuhan.

6 Comments

  1. Mutiara Febriany berkata:

    ini yang sy rasakan sekarang,sampai detik ini sy masih mempertanyakan keseriusan Dia,apakah ini jalan terbaik atau bagaimana,karena smpai saat ini sy masih percya dengan Tuhan Yesus

  2. Mutiara Febriany berkata:

    Nhatallya Crhystine hai jg, mungkin tidak utk skrg, pada akhirnya sy memilih mengikut dia, tp percuma berakhir juga, karena kesalahan sy sendiri, melalaikan perhatiannya 🙁