Rasanya menyakitkan menyimpan sebongkah batu kebencian pada apapun, pada siapapun, pada masa lalu yang membelenggu. Padahal, dengan begitu, dengan tidak melepaskan, adalah caramu menolak masa depan.
Segala yang ada dalam pikir, selalu saja membuatmu terasa getir. Padahal, fajar terbit menggantikan malam yang kelam, senja dengan jingganya, senyuman penuh ketulusan, bahagia-bahagia dari hal-hal sederhana, lebih layak kamu cicipi ketimbang menganggap dunia tak lagi berpihak padamu hanya sebab kamu yang tidak pandai mengobati hati.
Kehidupan selalu demikian, kadangkala menawarkan luka. Seringkali membuat manusia jadi makhluk yang tak lagi saling mengerti bahwa di dunia ini mustahil ada yang sempurna.
Semesta tempatnya manusia kerap khilaf dari kata yang mereka ungkap, wadah tiap individu tak sengaja maupun secara disengaja melakukan kesalahan dalam bersikap.
Siapapun orangnya,
Sebagai apapun dia dihatimu,
Pernah dianggap bagaimanapun dalam hidup dan harimu,
Masa lalu hanya butuh dimaafkan, kalau kamu masih ingin berbahagia melanjutkan kehidupan.
Bukankah kebahagiaan dan kesedihan tak pernah jadi sebuah keabadian?
Menetapkan goresan beling-beling sakit atas perkataan, perbuatan dan kenangan-kenangan yang menyapamu, hanya bukti bahwa kamu tak pernah siap melupakan.
Mau sampai kapan, menyiksa batinmu sendiri, kala orang yang menyakitimu justru telah lupa pada apa yang sekadar mereka anggap sebagai cerita lama.
Kapasitas hati serupa kedalaman gelas.
Semakin ia terisi, maka yang terjadi hanyalah terbuang tanpa bekas.
Sia-sia saja memenuhi dada dengan masa lalu.
Tidakkah lebih baik dibuang, kemudian membuka lembaran baru?
Pada jiwa-jiwa yang tenggelam dalam kenangan suram, tugasmu di dunia bukan untuk menghitung, kemudian bersembunyi di balik goresan luka lama. Bebaskan dirimu jadi ksatria yang ikhlas melepas. Sebab dengan begitu, langkahmu tak lagi berat, harimu tidak melulu penuh praduga buruk yang mengarat, dan kamu tidak perlu lagi mengingat-ingat.
Berlama-lama memendam luka, akan membuatmu kesulitan melewati hari-hari yang masih memberimu kesempatan berbahagia.
Sekuat bajapun kamu menahan luka, membawanya terus-terusan dalam dirimu, ia akan semakin kuat menyakitimu.
Kata orang, sakit hati tak pernah ada obatnya.
Kalau begitu, kenapa kamu tidak mau mencoba memberi maaf pada sumber sakitmu?
Perihal cinta yang jadi penyebabnya,
Perkara seseorang yang merupakan sumbernya,
Tentang kejadian-kejadian yang begitu membuatmu sulit lupa.
Trauma pada masa lalu yang membelenggu, akan memborgolmu tak pernah sampai pada masa depanmu.
Menerima adalah cara memaafkan segala luka, bahwa waktu tak bisa diputar hanya untuk bertemu seseorang yang menyenangkan, sekadar menjumpai kejadian-kejadian yang kamu inginkan. Waktu tetaplah waktu yang punya dua bagian, bahagia dan luka.
Daging-daging masa lalu yang terus menggerogotimu, hanya membuat apa-apa yang ingin kamu tempuh kian ragu. Kamu mesti percaya, membuang luka-luka masa lalu, meski tak pernah mudah, tetapi pergi dari belenggu luka memberimu perasaan lega.
Tidak perlu terburu-buru, menyembuhkan tak segampang menggoreskan luka-luka yang telah menahun tersimpan dan menjadi beban.
Pelan-pelan, mulailah melepas.
Sedikit saja, cobalah ikhlas.
Semakin kamu menanam luka, menumbuhkannya dalam dada, tak juga mau melenyapkannya, dirimu menjadi pribadi yang mengira, dan berprasangka pada sesuatu yang mestinya hanya perlu dinikmati.
Anggaplah masa lalu serupa hantu, kian kamu tak mau pergi dan berlari meningalkannya, maka ia akan terus-terusan menakutimu.
Beri hati dan dirimu kesempatan mendapat bahagia, melalui masa lalu yang telah lebih dulu termaafkan.
Tinggalkan yang memang hanya akan menahanmu melaju.
Kamu, hanya seonggok jiwa dan raga yang patut bahagia tanpa diberati masa lalu yang terus mengganggu.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
Leave a Reply
You must be logged in to post a comment.