Kemarin tanggal 18 Maret, ya tepat tanggal tersebut kamu dilahirkan di dunia ini, tanpa tangisanmu kala itu mungkin aku tak bersedih hari ini, mengenangmu, menyanjungmu di tanggal yang sama. Buku-buku diary-ku lapuk dan pudar ketika aku menulis tentangmu. Di sela-sela jemari aku menengadah berdoa atas syukurku kepada hari kemarin yang menggenapkan usiamu di dua puluh dua tahun.
Bagaimana kabarmu? Adakah yang memberi kado? Adakah yang mengucapmu? Semesrah doaku.
Apakah kamu rindu atas diriku? Bagaimana kuliahmu? Siapa pacar barumu? Apakah dia menjagamu dengan baik?
By the way, selamat menjadi tua kita tak pernah sama dalam ukuran cinta.
Setelah hari itu aku tetap menanti, dan kamu tidak peduli. Dan setelah hari itu aku adalah jemari yang selalu memberi, dan kamu tetap mengunci hati. Hari itu dimana kita bertemu, kau tersenyum membawa aku kepada kaldera yang tak gersang. Aku melihat ladang yang luas dihiasi ilalang dan kamu berlari menari bersama kupu-kupu. Aku melihatnya sesampai lupa waktu. Dan kini kamu pergi bagai belati menyobek hati. Di pagi tidak ada lagi pesan darimu, di siang hari tidak ada lagi telepon darimu dan di malam hari tidak ada lagi ucapan darimu.
Kamu lekas dewasa bersama luka yang tak pernah kedaluwarsa. Kamu memberi warna biru pada hatiku. Setelah kau tahu apakah kamu akan tetap bisu. Pelangi indah setelah badai pergi, aku setiap hari menghadapi badai ketika ingatan itu datang karenamu,. Tapi kamu bukan pelangi sebab kamu tak kunjung datang untuk menghilangkan biru dihatiku. Aku tak berharap pula kamu mejadi pelangi, sebab kamu tak pantas menyandang sebutan tersebut.
Kamu adalah penyihir yang lupa mantra, kamu menyulap hatiku untuk menetapkanmu, namun kamu melupakan mantra untuk melepaskanmu dari hatiku. Bahkan topi sulapmu tak mengeluarkanku dari jerat masa lalu saat bersamamu, tongkat sihirmu tak sanggup menghapus ingatanku. Sekarang aku adalah kelinci yang terjebak di dalam pesonamu, singa yang terkungkung dalam jeruji wajahmu.
Dan ini adalah kado dariku. Silakan buka dengan mata untuk membacanya. Untuk mempermudah kamu menerkanya aku akan memberimu bocoran:Â pitanya terbuat dari tawa candamu yang abadi. Bungkusnya terbuat dari narasi hati yang lelah menanti, boxnya terbentuk dari kenangan masa lalu yang tak pernah luruh. Serta isinya adalah doa-doa dariku yang tak mungkin kamu Aamiin kan.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”