Hal biasa jika kamu merasa tak dihargai, merasa kesal karena hasil tidak sesuai ekspektasi, merasa rendah dimata orang lain, merasa serba salah dan kehilangan arah, merasa tak ada yang bersedia mendengarkan hingga kamu merasa sendiri bahkan terpuruk.Â
Saya yakin semua orang mengalami hal itu, mungkin bisa lebih menyakitkan daripada yang kamu alami.Â
Ada yang menganggap hal itu biasa ada juga yang menganggap hal itu sangat berat. Kemampuan seseorang memang berbeda-beda.
Tapi jika hal ini saja kamu menyerah, bagaimana dengan perjalanan mimpimu selanjutnya? Yang mungkin perjalanannya akan lebih berliku.Â
Setiap perjalanan memang ada kisahnya tersendiri. Merasa terasingkan dalam sebuah pijakan tanah orang. Menangis sendiri dalam kesepian tanpa ada yang menemani. Cemburu melihat kebersamaan orang-orang sedangkan kita sendiri lagi dan lagi.
Menapaki pijakan baru dan meninggalkan jejak lama. Karena langkah harus tetap maju tanpa mundur ataupun ragu. Kehilangan 1 detik saja untuk tetap melangkah. 1 detik pula kamu kehilangan waktu untuk mendekati keberhasilan.Â
Perjalanan memang melelahkan tapi diam dalam satu tempat akan menghancurkan mimpimu secara perlahan.Â
Jangan takut mengambil keputusan selama ridha Allah menyertaimu. Resiko akan selalu ada bahkan ketika kamu tidak mengambil keputusan sekalipun. Titipkan dirimu pada pencipta biarkan Dia menuntunmu. Percayalah pada pilihanmu dan berdoa agar pilihan itu menjadi perubahan yang lebih baik. Jangan pernah ragu dengan suatu pilihan meski kamu harus merasa kehilangan.
Dan jangan pernah menyesalinya meski kamu harus keluar dari zona nyaman. Karena ada kebahagiaan orang tua yang harus kamu perjuangkan. Ada mimpi-mimpi yang harus kamu wujudkan. Apapun keputusanmu dengan resiko pahit ataupun manis, orang tua siap menjadi pelukanmu. Jadi dengan menyebut nama Allah swt yang Maha penyayang, bukalah kedua matamu lalu arahkan ke langit biru. Keluarkan ide-ide terpendamu, rangkailah mimpi-mimpimu yang masih gagal, genggam visi misimu erat-erat, melangkahlah dan jika mampu berlarilah secepat mungkin. Mengejar arah yang sudah tertinggal jauh.Â
Jangan pernah takut akan omongan orang, takutlah akan siksa yang akan datang. Jangan pernah merasa masalahmu terlalu berat, itu artinya kamu tidak percaya akan pertolongan Tuhan. Tetap tersenyum melewati kerikil-kerikil itu, tetap menari walau hari selalu berat dijalani. Dan tetap percaya ada Allah swt disampingmu setiap kamu merasa pilu.
Percayalah kamu bisa melewatinya. Kamu harus percaya bahwa kamu hebat, kamu punya pendirian dan kamu punya tujuan. Dan percayalah akan selalu ada orang yang menganggapmu hebat dan menyayangimu begitu dalam. Jangan lupa Allah swt disetiap langkahmu.Â
Untukmu yang sekarang sedang bimbang, merasa tertekan, bahkan merasa tak mendapat tumpuan. Untukmu yang selalu menyimpan luka demi menjaga perasaan mereka padahal mereka tak pernah mengerti perasaanmu atau mungkin pura-pura tak peka terhadapmu. Hingga kamu merasa tak punya teman, kamu merasa tak penting dan tak berharga buat mereka bahkan kamu merasa bukan siapa-siapa bagi mereka. Dan kamu merasa mereka mendekat hanya sesaat setelah mendapat apa yang didapat mereka minggat. Dan yang paling menyedihkan tak ada yang menganggapmu special sama sekali.Â
Aku tahu itu terlalu sakit bahkan kerap membuatmu menangis tak berdaya. Kamu selalu bertanya siapa yang akan membuatmu tersenyum bahagia dan sampai kapan berteman dengan kemunafikan orang-orang bermuka dua.Â
Hai kamu, aku pun merasakan itu dan sangat sakit memang. Memang benar berharap pada manusia hanyalah mendatangkan kekecewaan. Yuk kita saling menggenggam dan berpelukan. Dan mulailah untuk mengubah pola pikir bahwa segala sesuatu hanya karena Tuhan bukan karena omongan.
Sadarlah akan janji-Nya yaitu surga yang belum pernah kita tatap keindahannya nanti akan seperti apa. Berpegang eratlah pada sandaran-Nya dan jadikan Tuhan sebagai tujuan. Dekat dengan Tuhan (Allah swt) akan mendatangkan kebaikan.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”