Saya pikir pertemanan atau persahabatan adalah di mana kita saling terbuka satu dengan yang lain, saling menyayangi, saling mengharagai, saling mendukung, saling memahami keadaan masing-masing, menegur secara baik-baik jika ada yang salah, mengingatkan jika kita keliru, men-encourage jika kita jatuh dan takut, menepuk bahu kita dan menghibur kita ketika kita gagal.
Sering kali kita mendapati bahwa kita terjebak dalam suatu hubungan atau pertemanan di mana kita ingin keluar darinya, namun ada begitu banyak pertimbangan dan ketakutan-ketakutan yang kita rasakan ketika kita hendak mengakhiri lingkaran tersebut. Saya pernah berada di sana.
Semasa kuliah saya bergabung dengan sebuah komunitas yang terus berlanjut hingga lima tahun lamanya. Pada awalnya saya merasa saya begitu diterima dan apa yang kami lakukan pada umumnya sangat baik dan positif, namun semakin lama saya semakin menyadari bahwa ada hal-hal yang tidak tepat yang terus mengusik saya.
Hidup saya semakin berpusat pada komunitas tersebut, saya tertutup pada dunia luar selain lingkaran pertemanan di dalamnya. Waktu-waktu pertemuan dan tuntutan-tuntutan dalam mengembangkan komunitas dan program kerja saya rasa semakin di luar kewajaran.
Sering kali ketika saya melakukan kesalahan, semua orang menjauhi saya dan mengucilkan seolah saya adalah biang masalah. Saya juga sering pulang subuh sementara keesokan harinya harus bekerja, ditambah hubungan dengan keluargapun semakin merenggang.Â
Hidup saya tidak lagi berada dalam kendali saya. Banyak yang berkata bahwa saya harus segera keluar dari komunitas tersebut, namun saya merasa tidak berdaya. Saya semakin ditarik ke dalamnya, sementara hati saya menjerit, bukan hanya karena takut dikucilkan atau mendapatkan ancaman, namun entah bagaimana saya merasa begitu terikat dan harus tetap tinggal. Ini membuat saya tidak hanya lelah secara fisik, tetapi juga mental dan emosional.
Sampai pada suatu hari, dengan perjuangan yang tidak mudah, saya memutuskan untuk mengakhiri hubungan saya dan menutup semua komunikasi dengan komunitas tersebut yang mana telah mempengaruhi kondisi kesehatan saya, hubungan-hubungan saya dengan keluarga dan teman-teman di luar komunitas tersebut, juga kehidupan finansial saya. Alhasil, mereka mengucilkan dan mempersalahkan saya, yang mana saya terima.
Lama setelahnya, saya bersyukur bahwa saya tidak lagi bersama mereka. Hidup saya jauh lebih baik dan lebih bersukacita, tidak hanya kesehatan fisik dan emosional saya yang dipulihkan, tapi juga keluarga dan kehidupan finansial sayapun membaik.
Pelajaran yang dapat saya petik adalah jika suatu hubungan tidak membawa kehidupan justru menguras kita, tidak membuat kita bersukacita, tidak menjadikan kita orang yang lebih baik, membuat kita tertekan dan tidak menjadi diri sendiri yang seutuhnya, menjauhkan kita dari orang-orang yang kita sayangi, jangan pernah takut untuk mengakhirinya segera, karena ada begitu banyak lingkaran lain yang justru membuat hidup kita berkembang. Tolok ukurnya adalah sukacita dan damai sejahtera.
Jika kasus yang kamu hadapi cukup berat, kamu ingin lepas dari pola pergaulan yang negatif dan merusak, lingkaran pertemanan tersebut mengancammu atau membuatmu takut untuk keluar, berbicaralah kepada orang dewasa yang kamu percaya, entah orang tua, guru atau dosen. Mintalah dukungan dan perlindungan mereka, putuskan semua kontak dengan lingkaran tersebut (atau pacar) dan jalanilah hidup yang berbeda dan penuh buah. Pergaulan yang buruk merusak kebiasaan yang baik, hati-hatilah dalam memilih teman dan dengan siapa kita bergaul.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”