Kata hujan aku tak ada, rintik sayu mendekap ada. Rinai hujan bersapa deras, alirannya turut menyelinap. Jejak lentik punah dibelikat sukma meraup segi menjadi bahana. Jejak rasa berselimut sunyi merengkuhmu tertegun sapa dialam tabir mimpi dengan sapa seutas senyum. Mimpiku belum punah dirimu singgah tanpa mengada. Menikam pudar rasa yang mendayung pun aku enggan. Lagu bukan tanpa geliak rasa dalam jiwa, menjejer bait rindu meramu sayu. Pelipur sendu menepis miris, menepi saja aku tak berkutik.
Hujan tak terbata-bata, angin yang menyapa menjadi daya pikatnya. Hujan ada kalanya menjeda, mereda lalu menghela. Rintiknya derai hujan bercerita tentang segumpal makna. Berseru angin menderu kala raga tertatih dipintal sulam waktu yang menari. Hujan bersama bait pena meliuk mendayung lirih tanpa nada. Hujan, tersimpan bait doa sedalam pasrah kepada langit-Nya.
Secarik pesan tanpa nada tanpa suara. Pena menerka menjadi kawan berbagi cerita, sahabat setia. Kelabu awan riuh mendung. Langit menjadi pemerhati. Hujan, ada rintik derai hati yang tak terbaca. Bait munajat mendekap hangat menghubungkan rindu yang tak terjabarkan. Mendayung sendu sayu, mendayu menghujan bait rindu. Merajut benang hati memendam rasa terdalam. Menitipkan pesan hati teruntuk dirimu dari kejauhan.
Kala menatap riuhnya awan pada arah langit yang menghujan dalam diam.. Cukup hanya Allah yang maha menyaksikan dan memperhatikan pada apa yang tak terjabarkan dan terjangkau. Ada sujud munajat yang tak pernah tertutup tuk mendekap hati yang kuyub.
Engkau yang tak tersentuh berada dekat dalam raga namun riuh d’sujud munajat yang terjaga. Kehadiranmu didalam sujud munajat yang renyuh ke relung jantung hati membuat rasa ini enggan menepi. Sedalam pasrah lautan langit do'a, aku berdiam dalam hati. Menatapmu dekat bersama tasbih hati. Munajat renyuh menghantarkan tentram sebab yakin saja ada Allah yang maha menjaga dan memperhatikan. Melekat didalam sujud munajat, hadir ditabir mimpi yang terjaga, lekat didalam sayu pelipur hening rindu yang mendayu.
Sejenak menarik nafas sedalam pasrah jiwa sedalam langit do'a. Rinai deras hujan genangi hati disambar kuyub rintik rindu. Rinai hujan menjadi penghubung titik temu terpejam dalam munajat. Rinai hujan mengarungi kuyub rindu dari jauh. Menggenangi hati hingga pulas dalam teduh, bersua dititik linang alam mimpi tuk terlebih dahulu..
Jika takdir berpijak sesuai kehendak-Nya, munajat dirangkai, diramu terjawab. Jika sebaliknya, kelak sebuah aliran rasapun akan redup dengan sendirinya. Liuk takdir, aku tak ingin rasa ini pudar. Biar do'a teduh menyeka lara. Mendayung rindu pada awan yang abu kelabu hari turut bersiteru. Cintaku tak pupus ditelan secangkir sang waktu. Jika takdir menyatu, Allah yang akan mempertemukan dalam kecup keberkahan tuk menggerakkan hati yang terdalam bagi keduanya.Â
Sedalam lautan do'a, linangan sunyi hujan tanpa nada, derainya tak terbaca namun rintiknya ada, sayu mendayu menghujan rindu. Memintal makna mengalir ada, sebab dirimu nyata direlung hati munajat do'a. Cinta bukan lukisan nada, sebab cinta adalah doa. Cinta bukan sekedar bait kata, sebab cinta adalah makna yang mengalir tersimpan terasa didalam jantung hati dan jiwa.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”