Seiring perkembangan era digitalisasi dan modernisasi, kesenian musik daerah berangsur-angsur kehilangan eksistensinya di kalangan masyarakat. Hal itu tampak pada salah satu kesenian musik yang berasal daru Probolinggo, Jawa Timur, yaitu Kesenian Musik Kelabang Songo. Kesenian musik itu tidak pernah lagi menampakkan wujudnya karena semakin tergurus oleh kesenian musik modern yang lebih populer pada generasi Z. Kondisi tersebut menjadi problematika budaya bagi Probolinggo, selaku pemilik kesenian itu.Â
Mengingat kembali, Bagaimana kesenian Kelabang Songo?
Kesenian Kelabang Songo adalah salah satu kelompok seni musik tradisional yang memadukan unsur musik dan tari. Kesenian itu adalah kesenian musik khas Madura yang identik dengan ritme permainan musiknya yang cepat dan dinamis. Selain itu, permainan musiknya juga terus menerus tiada henti-hentinya sehingga menjadi alunan musik yang menggembirakan bagi pendengarnya.
Tidak hanya alunan musiknya yang khas, tetapi penampilannya juga sangat unik. Kesenian musik Kelabang Songo menggunakan kendaraan yang cukup besar menyerupai trailer untuk membawa pasukan pemain musik beserta alat musiknya yang sangat banyak pada saat pertunjukan. Kemudian, kendaraan tersebut dirancang dan dihias dengan bentuk menyerupai hewan kelabang. Biasanya hiasan tersebut didominasi oleh warna merah dan kuning.
Kesenian musik Kelabang Songo ini menjadi seni budaya tradisional yang dimainkan pada saat hasil panen dan laut melimpah. Hal itu menandakan, kesenian tersebut sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan.
Realita yang tidak dapat dipungkiri
Generasi ZÂ merupakan generasi yang memiliki pengaruh besar terhadap kesenian daerah, termasuk Kelabang Songo. Akan tetapi, generasi Z cenderung tidak memiliki perhatian lebih terhadap kesenian daerahnya sendiri. Sebab mereka menganggap kesenian Kelabang Songo tidak menarik lagi di zamannya karena sudah mendapat pengaruh dari musik dan tarian luar negeri. Padahal pewaris kesenian dan budaya berada di tangan generasi Z.
Realita itu menandakan, kesenian musik Kelabang Songo berada di ambang pintu kepunahan. Apalagi, pertunjukkan Kelabang Songo sudah jarang diselenggarakan sehingga membuat kesenian itu seakan hilang dari peradaban.
Lantas, apa yang harus dilakukan untuk merevitalisasi kesenian musik Kelabang Songo pada generasi Z? Adakah yang berbeda dengan kesenian musik Kelabang Songo ketika direvitalisasi?
Menghimpun para pecinta tari dan musik
Pegiat kesenian tari dan musik tradisional harus mampu melihat bakat dan potensi yang dimiliki oleh generasi Z yang ada di daerah sekitar. Kemampuan itu dapat digunakan oleh pegiat seni untuk memprediksi seberapa besar ketertarikan mereka pada kesenian tradisional. Melalui cara tersebut, para pegiat seni akan dengan mudah mengajak mereka untuk gabung dan bekerja sama dalam hal melestarikan kesenian musik Kelabang Songo.
Mengenalkan kembali Kelabang Songo melalui sanggar kesenian
Sebagai upaya lanjutan, sanggar kesenian menjadi tempat utama bagi para pegiat seni tradisional untuk mewariskan kesenian musik Kelabang Songo kepada generasi Z. Lebih daripada itu, sanggar kesenian juga harus mampu mengenalkan apa itu Kelabang Songo secara lebih mendalam dan berkelanjutan sesuai keadaan yang ada di lapangan. Apabila hal tersebut tidak dilakukan, artinya akan melunturkan kesenian musik Kelabang Songo
Mengadakan kembali pertunjukkan Kelabang Songo
Upaya terakhir yaitu para pegiat seni musik dan tari tradisional dapat mengikuti atau mengadakan berbagai festival kebudayaan. Melalui acara itu, mereka dapat membawakan atau menunjukkan kesenian musik Kelabang Songo di tengah masyarakat. Dengan demikian, akan membantu menarik perhatian masyarakat.
Beberapa upaya yang dapat dilakukan tersebut, pasti akan membawa perubahan. Perubahan tersebut bisa dari segi musik yang lebih populer, tarian yang lebih variatif, dan lain-lain karena mengikuti perkembangan zaman.
Harapannya, sebagai generasi ZÂ dapat mewariskan dan menyebarluaskan kesenian musik Kelabang Songo kepada masyarakat luas. Sebab nasib kesenian musik Kelabang Songo berada digenggaman generasi Z. Oleh sebab itu, kita harus terus berupaya untuk mempertahankan eksistensinya di tengah era modernisasi dan digitalisasi agar tidak pudar dan terkikis oleh kebudayaan luar.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”