Pandemi Covid-19 memberhentikan segala aktivitas masyarakat di seluruh dunia. Pandemi Covid-19 juga merugikan banyak sektor. Benarkah demikian? Sebagaimana diketahui, Covid-19 merupakan salah satu virus yang ditemukan pada tahun 2019 dan menyebar di seluruh bagian dunia. Tidak hanya berdampak bagi individu, keluarga atau masyarakat, tetapi juga bagi negara. Berbagai sektor juga terdampak, pariwisata salah satunya.
Pariwisata merupakan sebuah tempat rekreasi atau hiburan yang dapat berupa alam dan buatan. Adanya pariwisata dapat membantu meningkatkan pendapatan daerah dan negara. Pariwisata menjadi tujuan para wisatawan baik dalam negeri maupun luar negeri jika masa liburan tiba. Namun, selama masa pandemi Covid-19 tempat wisata menjadi sepi pengunjung dan pendapatan otomatis berkurang. Semakin lama masa pandemi Covid-19 maka semakin berpengaruh pada pendapatan tempat wisata.Â
Tidak pernah terbayangkan sebelumnya jika pandemi Covid-19 ini berlangsung lama. Berbagai sektor kehidupan sudah mengalami penurunan drastis, dampak yang ditimbulkan juga beragam. Dalam sektor pariwisata, dampak yang ditimbulkan dapat berupa dampak positif dan negatif. Dampak positif yang ditimbulkan seperti wisata alam akan menjadi primadona baru, munculnya tren pariwisata, kualitas udara di tempat wisata jadi membaik, peningkatan jumlah wisatawan akan meningkat drastis ketika masa pandemi berakhir. Dampak negatif seperti menurunnya angka penerbangan khususnya penerbangan ke destinasi wisata liburan, menurunnya jumlah kendaraan yang membawa para wisatawan, banyaknya pengurangan tenaga kerja dan hilang mata pencaharian bagi masyarakat yang terlibat dalam sektor pariwisata.
Kondisi sektor pariwisata selama pandemi Covid-19 dikutip dari Walakula, Covid-19 mengakibatkan seluruh aktivitas sektor pariwisata mengalami penurunan. Himbauan dari pemerintah untuk menjaga jarak dan melakukan aktivitas di rumah saja membuat sektor pariwisata menjadi lesu. Tentunya hal ini menjadikan kondisi pariwisata mengarah ke memprihatinkan. Banyaknya tempat wisata menjadi tutup dan tidak adanya pemasukan bagi pelaku dalam sektor wisata. Semakin menurunnya pendapatan, akibatnya akan menurunkan eksistensi dari pariwisata itu sendiri.Â
Beberapa wilayah yang terkenal dengan daerah wisatanya seperti Maluku harus melakukan beberapa inovasi agar tetap memperoleh pemasukan. Bagi para pelaku dalam sektor pariwisata, pandemi Covid-19 mengakibatkan wisatawan enggan berkunjung dan tempat wisata menjadi sepi pengunjung. Banyaknya masyarakat Indonesia yang bermata pencaharian di sektor pariwisata menjadi terkena imbas dari pandemi Covid-19.Â
Tak dapat dipungkiri jika pandemi Covid-19 sangat merugikan sektor pariwisata. Untuk mengatasi masalah tersebut, pemerintah melakukan beberapa upaya pemulihan yang tentunya bertujuan untuk mempertahankan sektor pariwisata yang dimiliki. Di samping itu, pemulihan dilakukan untuk memperbaiki sumber pendapatan. Upaya pemulihan yang dilakukan oleh setiap daerah, berbeda daerah berarti beda pula upaya pemulihan yang dilakukan. Secara nasional, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mempersiapkan beberapa upaya yaitu sebagai berikut:
- Mempersiapkan berbagai infrastruktur dasar yang berkaitan dengan hubungan pada sejumlah destinasi super prioritas.Â
- Merancang ulang strategi pariwisata pada sejumlah destinasi wisata di Indonesia.
- Mengadakan serta melakukan pelatihan bagi para pekerja pada sektor pariwisata yang nanti dapat dimanfaatkan dalam memandu wisata.Â
Strategi yang dikemukakan oleh Kemenparekraf ini mendapat dukungan dari Presiden RI Joko Widodo. Beliau menyatakan dengan penutupan tempat wisata selama pandemi Covid-19 merupakan strategi yang tepat, namun setelah berakhirnya masa pandemi ini segala bentuk dan destinasi wisata harus diperbaiki agar dapat beroperasi seperti sedia kala. Pentingnya rasa optimisme menjadi kunci dalam keberhasilan upaya yang dilakukan. Presiden Jokowi menyarankan seluruh masyarakat Indonesia untuk optimis agar sektor pariwisata Indonesia dapat bangkit setelah masa pandemi Covid-19. Karena jika sikap optimisme ini tidak dibangkitkan, maka upaya pemulihan pariwisata Indonesia pasca Covid-19 tidak mampu dilakukan.Â
Upaya lain yang dapat dilakukan dalam pemulihan sektor pariwisata adalah dengan melibatkan para generasi muda. Generasi muda dianggap memiliki daya kreativitas yang tinggi. Apakah Indonesia memiliki generasi muda yang memiliki kreativitas yang tinggi? Jawabannya ada dan banyak. Semakin majunya teknologi, maka semakin maju pula kemampuan berpikir generasi bangsa Indonesia. Dalam masa pandemi Covid-19 ini keterlibatan generasi muda menjadi unsur pengubah. Generasi muda lebih produktif dan kompeten.Â
Misalnya, di Maluku untuk memulihkan sektor pariwisata yang dimilikinya, mereka mencoba untuk memberikan tantangan kepada pelaku kreatif dan generasi muda untuk produktif pada masa pandemi. Wilayah Maluku juga meningkatkan tempat wisata berdasarkan tren masyarakat yang terjadi di masyarakat Indonesia seperti wisata bahari, wisata konservasi, wisata petualangan, wisata taman nasional dan wisata alam.Â
Adanya pandemi Covid-19 sejak Maret 2020 telah mengubah beberapa gaya hidup dan kebiasaan masyarakat Indonesia. Pemberlakuan peraturan baru seperti penggunaan masker, menjaga jarak sudah menjadi aturan yang ditaati oleh seluruh masyarakat. Pemberlakuan sanksi terhadap pelanggaran peraturan juga telah banyak diterapkan. Dengan munculnya beberapa peraturan baru ini menjadi pemberlakuan kebiasaan baru bagi masyarakat yang disebut dengan New Normal, artinya normal yang baru seperti melakukan kegiatan sehari-hari namun dengan menerapkan beberapa hal baru. New normal ini juga diterapkan di berbagai sektor kehidupan.Â
Dalam pembiasaan masa pandemi Covid-19, penerapan New normal seperti tetap harus melakukan protokol kesehatan saat sedang beraktifitas di luar rumah. Hal ini juga berlaku dalam sektor pariwisata. Misalnya, tempat wisata di daerah Bali melakukan New normal dengan melakukan beberapa persiapan seperti yang sudah diinformasikan oleh pemerintah meliputi pengadaan tempat mencuci tangan dan hand sanitizer, pemeriksaan suhu tubuh, menegur pengunjung yang tidak menggunakan masker, memberikan jarak antara pengunjung satu dengan pengunjung yang lain, membatasi jumlah pengunjung. Beberapa persiapan tersebut tidak hanya untuk tempat wisata, tetapi juga bagi pengunjung. Misalnya penerapan new normal di Bali mengharuskan pengunjung melakukan beberapa hal sebagai berikut:
- Menunjukkan surat keterangan uji test PCR dengan hasil negatif atau uji rapid-test dengan hasil non reaktif.
- Mengisi formulir di aplikasi LOVEBALI.
- Mengisi kartu kewaspadaan sehat atau Health Alert Card (HAC).
Pemberlakuan new normal ini juga berlaku di tempat wisata di daerah lain. Sebagai pengunjung yang taat akan peraturan dan peduli terhadap kesehatan tentunya penting untuk dilakukan beberapa persyaratan yang berlaku di tempat wisata tujuan. Pentingnya mengikuti protokol kesehatan tidak akan merugikan, justru akan menguntungkan diri sendiri dan orang lain. Jadilah pengunjung yang bijak dengan memperhatikan protokol kesehatan dan tetap menjaga kesehatan.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”