Yang aku tahu kita adalah teman.
Kudengar, sebuah penelitian mengungkapkan bahwa sebuah persahabatan yang sudah terjalin lebih dari sepuluh tahun maka persahabatan itu berpeluang besar untuk dapat berlangsung seumur hidup.
Mungkin benar adanya, tapi bagi sebagian orang sepertiku, tidak. Sebab bagiku nilai sebuah hubungan tidak dapat diukur hanya dengan lamanya jalinan. Perkara waktu bukanlah penentu. Sebab yang terpenting ialah seberapa banyak cerita yang mereka habiskan bersama.
Seperti halnya kita. Aku mengenali kecerewetanmu, keterdiamanmu, bahkan kemarahanmu, dan sikapmu yang lain bukanlah dari kata orang lain, melainkan melihatmu secara langsung. Mengetahui persis kapan kau tertawa dan mengapa kau menangis.
Sekali lagi, itu semua bukan karena lamanya masa, melainkan banyaknya cerita. Sederhananya, kita telah terikat oleh makna sahabat. Dengan kepercayaan dan ikatan yang kupegang erat itu, kupikir kita akan selalu ada, kapan dan dimanapun itu. Tapi waktu tidak sependapat. Kini jarak membuat kita tersekat.
Kutengok akun sosial mediamu, memastikan bahwa kau ternyata tetap aktif mengunggah sebagian kecil dari kegiatan keseharianmu. Beberapa postinganmu memperlihatkan kau tengah bersama dengan satu-dua orang yang sangat asing bagiku. Siapakah mereka? Apakah mereka termasuk orang yang baik? Apakah kamu merasa nyaman kenal dengan mereka? Apakah mereka tulus terhadapmu? Semua pertanyaan tentangmu berputar dikepalaku. Tapi dengan melihat ekspresi senang dan terlihat menikmati kegiatan tersebut. Perlahan aku merasa lega bahwa kau tampaknya baik-baik saja.
Lingkungan baru, cerita baru, kawan baru. Aku cemburu. Bukan, lebih tepatnya aku merasa ada sesuatu yang hilang di antara kita, dan itu sesuatu yang penting dan penuh makna. Mendadak sekelibatan kenangan keseruan kita yang dulu rasanya aku merindukannya dan berharap semua itu terulang kembali. Mengetahui kabarmu yang sekarang, tentang bagaimana kau punya tempat lain untuk bercerita, untuk berbagi gossip hangat, untuk menumpahkan lara dan saling melempar canda tawa. Dan itu bukan lagi denganku.
Rasanya persahabatan yang pernah ada bukanlah apa-apa. Namun seiring berjalannya waktu, akupun tahu. Bahwa kau berhak bertemu dengan orang baru dan kisah baru. Sekalipun orang lain mampu menggeser peranku. Sekalipun orang lain mampu membawa hal yang lebih baik daripada aku. Aku mengerti. Sebab kau akan tetap akan menganggapku meski ada kawan baru.
Sekalipun aku ialah satu dari ke sekian sahabatmu, kamu tetaplah kamu di mataku. Jika suatu kali waktu membuat kita kembali bertemu, jangan sungkan untuk kembali merangkulku lalu berbagi gossip hangat denganku sambil saling melempar canda tanpa rasa canggung, tanpa ada sekat kasat mata.. Setidaknya, seperti yang terakhir kali itu.
Bukankah tidak ada kata mantan dalam sebuah persahabatan, kawan?
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”