Ulang tahun adalah sebuah kesempatan emas yang Tuhan berikan untuk kita, siapapun akan merasakan kebahagiaan atas nafas yang masih berhembus ketika hari dan tanggal di mana kita terlahir kembali menyapa. Ada banyak hal yang dilakukan ketika hari bahagia itu tiba, tak jarang orang-orang membuat pesta, mulai pesta besar-besaran, sederhana hingga kecil-kecilan.
Sejatinya setiap orang punya cara yang berbeda menyambut hati kelahiran. Aku pun demikian, aku tidak meminta yang mewah, cukup berdoa dan didoakan sembari menikmati suasana bersama oang-orang terkasih. Aku juga tak perlu kue ulang tahun ataupun lilin, aku memutuskan untuk menonton saja bersama keluarga. Itu sudah cukup. Menikmati apa yang Tuhan berikan tidak harus melebih-lebihkan yang sudah cukup, pikirku.
Tepat di jam 12, sebuah kejutan manis datang dari semua anggota keluarga. Bagi orang lain itu mungkin biasa saja, hanya sebuah ucapan tetapi tidak bagiku, itu bukan sekedar ucapan, itu doa untukku. Yah baik saya maupun anda tahu bahwa doa memiliki kekuatan yang mengikat, siapa saja, kapan saja dan dimana saja.
Satu hal yang tak kupungkiri di hari kelahiranku ini, yah aku berharap seseorang yang dikenalkan teman baik ayah seminggu yang lalu akan segera datang dan melamarku.
Harapan hanyalah sebuah harapan tanpa doa dan usaha yang mendukungnya. Aku yang tengah terbuai dengan kesendirian yang sejauh ini menggegam tanganku melewati setiap proses yang Tuhan anugerahkan ini hanya bisa menunggu dan menunggu.
Aku tidak menyadari bahwa dengan hanya menunggu akan menjebakku pada zona tidak bertindak lebih. Hingga aku sepertia diam di tempat.
Tepat di hari ketiga setelah ulang tahunku, aku mendapat kabar lewat ucapan ulabg tahun yang entahlah aku harus bahagia atau berduka. Dia yang aku impikan, dia yang aku harapkan di usiaku yang ke 20 sekian ini datang dengan sebuah ucapan, "SELAMAT ULANG TAHUN, SEMOGA PANJANG UMUR DAN SEHAT SELALU. DAN SEMOGA SESEORANG YANG KAMU HARAPKAN HADIR SEBAGAI PENDAMPING AKAN SEGERA TIBA UNTUKMU!SEMOGA CEPAT MENYUSULKU!”
Sungguh aku bahagia mendapat ucapan ulang tahun, tetapi kalimat terakhir pada ucapan itu seperti besi panas yang ditusukkan tepat di dadaku! Aku malu! Aku tersenyum dan aku menangis. Kesemua rasa itu datang dan mencampakkan aku dalam kubangan pengharapan yang berujung sia-sia.
Aku malu! Harapan yang ku ukir selepas pertemuan dengannya seperti tak ada artinya. Aku tersenyum, ucapan selamat dan doanya menggetarkan perasaanku dan aku sedih karena doanya untukku dan orang lain, dia berdoa agar aku bisa melangkah ke jenjang pernikahan seperti apa yang tengah dia persiapkan saat ini.
Ya Tuhan, kuat yang seperti apa yang pantas untukku di saat seperti ini? Seseorang yang telah mampu? Membuka pintu hatiku yang tidak pernah sekalipun terbuka ini, akan bersanding dengan orang lain. Bukan aku!!apakah aku harus berniat untuk jatuh cinta pertama dan terakhir hanya pada pria itu? Artinya setelah ini aku tak akan pernah jatuh cinta lagi? Bolehkah Tuhan
Kejutan manis di usiaku yang ke 20 sekian ini memang nyaris!nyaris melambungkan anganku bagaimana jika aku hidup tanpa pendamping? Bagaimana gambaran masa depanku dalam kesendirian? Bagaimana aku menapaki jalan sepanjang jiwaku masih menyatu dengan raga? Bagaimana akhir kisahku hingga tiba masanya aku menghadap Sang Pencipta?
Di sinilah imanku diuji! Kesadaranku diombang ambingkan oleh perasaan!
Sebagai insan yang tidak pernah jatuh cinta, dan sekali merasakannya namun disambut dengan luka lara yang pedihnya tiada tara, aku benar-benar terpuruk. Beruntungnya iman peka lebih cepat dan menguatkanku lewat sebuah ucapan yang bahkan hampir tidak terdengar, “Karena pengharapan yang pantas hanya kepada-Nya, bukan ciptaan-Nya.” Entah dari mana datangnya suara itu!
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”