Ini Bukan Saatnya Bertamu. Hatiku Hanya Ingin Membuka Pintu pada yang Membawa Kepastian

Hanya singgah di hati

Begini, bukannya aku tidak ingin membiarkanmu masuk. Bukan pula karena sudah ada seseorang di dalam, yang tidak berkenan keluar dan ingin tetap tinggal. Tidak. Sama sekali tidak ada alasan kenapa kamu seperti kubiarkan berada di ambang pintu.

Advertisement

Mungkin aku tidak ingin ada seseorang yang bertamu. Untuk saat ini. Aku hanya ingin ada seseorang yang benar-benar berniat untuk masuk dan tinggal selamanya. Bukan sekadar bertamu yang hanya menyapa, atau hanya minum kopi sembari mengobrol ringan.


Sungguh lebih dari itu. Aku ingin yang benar-benar berani membawaku menuju keabadian bukan hanya sekadar singgahan.


Tapi, tak perlu berkecil hati. Kita tentu masih bisa terus bercengkerama seperti biasa, di bawah pohon rindang, di pinggir taman, atau sesekali berjalan menuju tempat asing yang nyaman. Cukup menyenangkan bukan, dengan hanya membayangkan.

Advertisement

Dan tentu jika kamu hanya berniat untuk bertamu, boleh-boleh saja. Kita bisa asik bertukar cerita hingga bosan sebatas hanya di teras, bersama teman sekelas, atau hanya kita berdua, itu bebas.

Karena aku tidak ingin membawamu terlalu dalam, sehingga mungkin jika kamu bosan dan ingin cepat pulang, aku akan merasa sangat kehilangan. Jadilah tamu yang menyenangkan tanpa banyak sekali permintaan yang mungkin sulit untuk kupenuhi.

Advertisement

Sekalipun suatu ketika kamu sangat ingin masuk. Bahkan kerap menerka apa yang sebenarnya ada di dalam. Tak perlu kamu lakukan. Karena kamu adalah tamu. Tamu.

Kamu tidak pernah menumbuhkan niat untuk tetap tinggal. Kamu hanya singgah sementara. Aku adalah tempat kamu berbagi cerita. Begitupun kamu tempatku berbagi cerita.

Mengetahui terlalu dalam tentang masing-masing bukanlah hal baik. Dan aku takut mengecewakan. Dan aku takut kamu melupakan. Sehingga cukup baik saja kita hanya berbagi di halaman yang indah. Jika kamu pergi tidak ada yang berjejak. Tidak ada yang tertinggal. Sehingga kapanpun tidak ada yang mengingatkanku tentangmu. Hanya cerita indah bahwa kamu pernah singgah di taman pekaranganku.


Jika kamu sudah merasa cukup berbagi cerita denganku. Kapan pun itu jalan akan sangat terbuka lebar untuk kepulanganmu. Dengan lambaian tangan dan senyuman lebar aku mengantarmu pulang.


Iya, tidak ada kesedihan, kamu bisa bertamu lagi kapanpun kamu mau. Kapanpun kamu ada waktu datanglah ke pekaranganku. Sangat terbuka untuk siapapun. Hanya tidak jika untuk masuk ke rumahku. Karena itu hanyalah untuk satu orang yang benar-benar mau tinggal selama waktu yang tidak pernah kita tau. Hingga maut menuntun menuju keabadian.

Tapi, siapa yang benar-benar tau maksud dan tujuanmu jika kamu sendiri tak pernah mengungkapkannya. Jadi, itu hanya sekadar penjelasanku. Atau lebih tepatnya ungkapan dan tindakan represif yang bertujuan untuk melindungi dari rasa yang mematahkan. Karena, jika sebenarnya kamu bukan hanya sekadar tamu tapi merupakan orang yang kutunggu-tunggu kedatanganya. Yang berniat untuk tinggal sampai tenggang waktu tanpa ada siapapun yang tau.


Maka, sudah tentu pintu itu terbuka lebar untukmu. Aku menyambutmu. Dan mari kita buat jalan baru.


Cerita kehidupan yang dimulai dari kamu dan aku. Bukan hanya aku. Bukan hanya kamu. Tapi kita. Jadi, sebaiknya jangan pernah menyembunyikan niatmu. Karena aku jelas tidak bisa membaca niat seseorang. Katakan jika kamu hanyalah tamu. Agar aku tau. Sehingga pekarangan tak jadi tempat kita mengobrol. Namun di dalam rumah yang lebih nyaman dan menenangkan. Dan jika iya, kamu lebih dari sekadar tamu. Kamu berniat untuk tinggal selamanya. Maka, kuucapkan, selamat datang.

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Editor

Not that millennial in digital era.