Malam ini tampak tak begitu cerah, ya! Langit mendung, tanpa ada satupun bintang yang menghiasi, tanpa ada bulan yang tersenyum, hanya ada awan bergumpal hitam. Sepertinya tidak lama lagi hujan akan menghampiri muka bumi. Membasuh tapak tanah yang sudah lama mengering, menyerbu sungai-sungai yang sudah lama kehausan.
Sama seperti hatiku ini, hati yang diselimuti dengan luka cukup lama, dan parah. Rasanya semua terasa hambar, gelap, tanpa ada setitik cahaya yang mampu menembusnya untuk menyinari. Dalam kesunyian malam aku mencoba memberanikan diri untuk berdiri di belakang jendela kamar, menatap ke langit dengan penuh pertanyaan yang tak akan pernah ada jawabannya.
Mengapa bintang tak menghiasi langit? Mengapa bulan enggan lagi tersenyum padaku? Apakah bulan dan bintang ikut bersama merasakan sakit yang aku kini rasakan? Ah, entahlah aku sendiri tak begitu yakin. Hati ini ingin terbang ke angkasa, meninggalkan segala rasa sakit, membiarkannya berlalu terbang bersama angin malam.
Lalu, aku bisa apa ketika hujan kemudian tiba-tiba turun dengan begitu ganasnya? Menyibak kembali ruang-ruang kenangan yang sudah lama tertutup rapat, berdebu. Lagi-lagi rindu yang masih berdiam disana, rindu akan senyummu. Tak ingin lagi aku berucap ‘Aku Rindu’…
Cinta ini terpendam lama. Rindu yang sudah berlumut ini mungkin sudah basi.
Ya, dalam diam aku mencintaimu, dalam do’a aku selalu memelukmu kapan saja aku mau. Sudah lama aku ingin segera tinggalkan rasa ini, hapuskan luka di hati dan ingin mengakhiri semua cerita tentangmu, tentang kita yang tak pernah lagi akan kembali.
Aku menyadari perasaan yang tertanam di hati ini tak seharusnya lagi tumbuh, tapi aku udah mencoba untuk berhenti dan membiarkannya layu dalam hati, bersama luka. Tapi aku selalu gagal, hanya sosokmu yang selalu ada dalam hatiku. Tidak perlulah aku mempertunjukkan kegagalan move on ini pada semua orang.
“Aku rindu bodoh!” Bahkan untuk rindu padamu pun aku tidak ada hak lagi. Hanya bayangmu saja yang selalu temani hariku, perasaan rindu padamu kini bebas kuungkapkan kapan saja lewat bait demi bait do’a ku. Dan sampai hari ini pun aku masih menikmati kesendirian ini, tanpa berencana untuk mencari penggantimu. Aku yakin jodoh itu: "Jika waktunya tiba, Tuhan akan kirimkan sosok yang datang tanpa berencana untuk pergi (lagi)." Karena seberapa keras pun aku mencari, jika belum waktunya tiba, Tuhan hanya mempertemukan aku dengan orang yang datang kemudian pergi. Dan pekerjaan move on sangatlah tidak mengasyikkan.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”
Aku banget ttg cerita ini …Yaa Tuhan Allahku , hamba mohon sgera persatukan lah hubungan kami ini dan bahagiakanlah. Aamiin .
���
Hmm�