Kapan Nikah, Pertanyan Klasik yang Memaksamu Untuk Sedih dan Marah di Waktu Bersamaan

Sabtu lalu, ada sebuah perbincangan dengan sahabat yang berubah menjadi debat sehat. Entah berapa puluh menit waktu terlewat, hingga senja mengajak kami menutup topik yang kami bicarakan tanpa istirahat.

Advertisement

Sejenak ketika menoleh ke sisi barat, ada senja dengan bingkainya begitu menawan mengantarkan sang mentari untuk turun dari peraduan. Warnanya merah penuh kerinduan, saat-saat di mana kami mendapati ketenangan dan kedamaian dalam sepersekian jam saja di tengah kepenatan. Pertemuan singkat, namun terus saja menjadi candu untuk terus menikmati. Aku menghela nafas, dalam hati aku merasa ini momen yang sangat pas, menyampaikan perasaan saat itu, namun logika membatasi. Tak cukup kesempatan hingga ungkapan terucap.

Senja lepas dari pandangan, kembali menoleh wajah sahabat di sisi, dan terlintas kembali perdebatan tadi. Tentang topik kapan nikah? Sebuah lagu lama yang selalu menarik dikumandangkan. Sebuah tanya penuh ujian kesabaran kala menjawabnya. Ia (sahabat) berargumen sebagai kaum hawa, beropini bahwa perasaan wanita memang seharusnya diberi kepastian, bukan keraguan akan masa depan, bukankah Tuhan Maha membuka jalan?

Namun, opiniku berbeda. Bisa saja berjuang walau belum ada kestabilan, walau belum ada kemapanan. Bisa saja mengajakmu berjuang bersama dari bawah, membangun bahtera dari nol dan mengembangkannya dengan segala risiko ditanggung bersama. Namun, tak tega rasanya. Terlebih logika bertanya bagaimana hidup kita nanti tercukupi? Hmm, opini ini bukankah malah mengingkari janji Tuhan?

Advertisement


Dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan keperluannya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. At-Talaq [65:3]


Lalu, sebuah tepukan halus di pundak menyapaku dari belakang. Sahabat-sahabat lain yang sudah terlebih dahulu 'sold' memberikan sebuah pencerahan. Mereka dengan mantap setuju dengan opini kami berdua yang berbeda, namun ada hal yang harus diluruskan. Kehidupan itu terbatas, kesempatan juga terbatas, menyegerakan kebaikan itu tak pernah salah, terlebih lagi jika diniatkan karena Allah SWT yang Maha Memberi Anugerah. Tak ada alasan untuk menunda menikah, dan tak ada alasan pula untuk mempersulitnya. Segala hal bisa dibicarakan, pun pada akhirnya tujuan akhirnya juga sama, bukan?

Advertisement


Apa daya yang bisa kalian lakukan, tidak ada yang abadi di dunia ini, waktu berlalu, hari berganti, ada batas waktu yang harus sama-sama disadari. Karena selalu ada kesan berharga di setiap kejadian yang datang di waktu yang tepat.


Cukup sudah, hati ini terbuka (logika turut mengiyakan) dan akhirnya perasaan dan logika berdamai. Mirip sekali seperti hangat matahari yang malu-malu untuk memeluk langit di waktu petang. Hingga akhirnya ikhlas melepaskan (keegoisan), dan akhirnya sinar surya perlahan mulai tenggelam. Jawaban ini hadir beriringan dengan saat-saat senja turun, kurasakan akan ketenangan dan kedamaian. Bukankah memang pria seharusnya membuat ketegasan akan pengambilan keputusan? Jadi, kalau kalian bagaimana? Waktu dan kesempatan tak pernah menunggu, lho.


Ketika cahaya semakin terang, bayangan pun semakin gelap. Seperti menegaskan sebuah jarak.


Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

selalu cukup untuk sesempit atau seluas apapun cinta seseorang yang semacam engkau

98 Comments

  1. Ani Suryani berkata:

    Makee Syifa Hayati

  2. Yulia Warman berkata:

    ALdy BaLadewa ???

  3. Mas Uji berkata:

    Nikah dulu baru mapan || mapan dulu baru nikah

  4. Kpn nikah??…jwab aja klw gak besok ya besoknya lagi?

  5. Wanty Samosir berkata:

    Paska Sihombing Hmm

  6. Andika berkata:

    Gampang. Kalo nanti ditanya ‘kapan nikah?’, tinggal jawab gini aja, ‘Situ mau bayarin?, kalo situ mau bayarin besok gw nikah nih?’. Pada diem dah langsung.

  7. Rischa Andamary berkata:

    Kapan nikah.? nanti kalo udah ada yang ngajak

  8. Nikah tu cuma masalah iklas n melepaskan keegoisan.ikhlas menerima dia yg menjadi pendamping kita nantinya.
    Melepaskan keegoisan maksudnya > terkadang disaat ingin membuat keputusan menikah kita yg terlalu egois mengikuti keinginan sendiri yg menargetkan menikah mau nya harus pesta besar,harus punya rumah sendiri.mahar nya ditentukan sendiri.itu yg nmnya egois.
    Yg ingin secepatnya menikah cobalah iklas n lepaskanlah keegoisan.jgn meminta diluar batas kemampuan pasangan.

  9. Mayasari Ismail berkata:

    Hahaha Syamsinar Wulandari

  10. Mulyono Putra berkata:

    Annisa Rahmawati