Kamu yang Memiliki Senyum Paling Puitis

Kepada kamu, yang untuk kedua kalinya kita bertemu.

Advertisement

Surat ini adalah surat pertama yang kutulis untukmu. Bukan untuk membuatmu menoleh padaku, hanya untuk pelipur gelisah. Surat ini adalah yang kutulis diam-diam dan aku yakin kamu tak akan pernah membacanya.

Masih lekat dalam ingatanku pertemuan pertama kita. Pun kata yang pertama terlontar dari bibirmu. Bahkan lekuk senyummu masih terekam jelas. Adalah sesuatu yang patut disayangkan jika aku melewatkan senyum itu.

Perjumpaan kita bukanlah hal yang sering terjadi. Sapaan yang kau lontarkan ditambah senyum yang kau ukir juga bukan hal yang tiap hari kutemui. Kata "hai" nampak terasa lebih istimewa jika itu berasal darimu. Mungkin aku terlalu berlebihan, tapi perjumpaan kita adalah suatu keajaiban semesta yang patut disyukuri.

Advertisement

Kamu tahu benar, selama ini, tak ada satu pun dari kita yang bisa benar-benar memulai pembicaraan. Kita hanya saling diam, dan saling melempar pandangan. Lalu kamu dengan mudahnya melempar senyum menawan itu.

Aku tertawan, sejak pertama kali melihat senyum manis itu.

Advertisement

Aku tidak tahu bagaimana menggambarkan senyummu, selain menamainya senyum paling puisi. Ya, hanya itu.

Bagiku, kita adalah maya. Kamu dan senyummu adalah segala hal yang angan belaka. Seharusnya aku menyadari bahwa batas itu ada. Bukan hanya tentang pesona, namun juga rasa.

Aku tak ingin diam. Namun melihatmu tak bergeming memaksaku untuk tetap berdiri pada porosku. Aku tak ingin mati rasa. Tapi pengabaianmu membuat tersiksa ketika aku memaksa.

Untukmu,

Lelaki yang kusisipkan namanya dalam doa

Aku meyakinkan diri untuk menunggu. Membiarkan semua menjadi kisah yang ditentukan waktu. Membiarkan namamu mengisi pikiranku. Lalu perlahan mulai diam-diam mendoakanmu.

Saat ini, aku berharap bisa membekukan waktu agar bisa mengabadikan senyummu. Senyum paling puisi milikmu.

Adalah senyummu,

Endorfin tanpa jemu

Puisi yang tak pernah habis makna

Adakah senyummu,

Menjadi tempat mekarnya rindu?

Atau hela nafas cinta tanpa cela?

Perempuan itu,

Masih berdiri terpaku

Berharap mampu membekukan waktu

Untuk mengabadikan senyummu

Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya

Advertisement

“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”

Berikan Komentar

Tim Dalam Artikel Ini

Penulis

Penimbun buku dan penikmat senyum paling puisi milikmu.

6 Comments

  1. Fajar Eka berkata:

    indah, semoga senyum itu tahu siapa penggermanya dan bisa memilikinya

  2. Tio Mahulae berkata:

    senyum yg ada didunia khayalan..