Definisi pulang adalah kamu, awalnya kupikir begitu.
Percaya bahwa kehadiranmu adalah jawaban dari doa-doa yang kupanjatkan, bahwa keberadaanmu disampingku adalah sebuah takdir yang sudah ditetapkan. Aku bahkan terlalu sering membayangkan hal-hal indah tentang sebetapa beruntungnya aku disandingkan denganmu untuk melewati perjalanan hidup hingga berakhir dengan happy ending yang sungguh mengharukan. Kamu adalah rumah, tempat pulang yang selama ini kucari dan akhirnya berhasil kutemukan, sebuah tempat yang menghadirkan kehangatan.
Definisi nyaman adalah kamu, awalnya kupikir begitu.
Kenyamanan yang kamu hadirkan lewat kehangatan yang kamu berikan, membuatku berpikir bahwa kamu adalah makna nyaman yang kuidam-idamkan. Sandaran yang siap memberikan pelukan dari setiap lelah dan gundah yang kurasakan. Di balik perlakuan lembut dan rasa perhatian yang membuatku merasa menjadi orang yang paling bahagia karena dipertemukan dengan dirimu. Genggaman erat dan pelukan hangat yang kau salurkan berhasil menggiringku untuk berangan lebih jauh lagi tentang aku, kamu dan masa depan kita yang penuh bahagia.
Definisi kesungguhan adalah kamu, awalnya kupikir begitu.
Aku terlalu menaruh percaya terhadapmu. Tentang perjuanganmu yang membuatku akhirnya mendekat dengan menerima kesungguhanmu yang terasa tulus dan meyakinkan itu. Sejak diawal pertemuan, kamu datang dengan kesungguhan, menawarkan segala angan-angan indah yang tampak begitu nyata dipandangan. Keseriusan yang kau buktikan lewat hal-hal kecil melalui perlakuan yang begitu mengistimewakan, membuatku berharap besar bahwa kamu adalah kepastian yang selama ini aku butuhkan.
Kamu bukan rumah. Kini aku mengerti bahwa pertemuan kita hanya sebatas singgah.
Tapi ternyata aku salah, kamu bukan rumah. Kamu bukan tempat pulang yang aku idamkan, kamu bukan nyaman yang aku butuhkan, kamu juga bukan kesungguhkan yang selama ini aku harapkan. Angan indah yang kau tawarkan diawal pertemuan ternyata berakhir dengan ilusi yang jauh dari kenyataan. Keseriusan yang kau buat sesungguh mungkin agar aku membulatkan yakin bahwa kamu adalah yang ku butuhkan, namun nyatanya hanyalah sebatas bunga tidur yang berakhir saat aku bangun. Pertemuan kita hanyalah sebatas singgah. Bukan tempat pulang, juga bukan kenyamanan, bukan pula kepastian. Melainkan hanya sebatas singgah, tempat sementara yang hanya menawarkan hal-hal yang sementara pula.
Kamu datang menawarkan segala hal indah yang meyakinkan, namun ternyata pergi menyisakan kekosongan. People come and people go, ternyata memang benar adanya dan berlaku untuk pertemuan kita. Tapi sayangnya aku terlanjur terbuai oleh harapan indah hingga sulit menerima kenyataan bahwa kamu telah pergi meninggalkanku yang masih terpedaya oleh angan yang ternyata hanya ilusi. Aku masih tidak percaya bahwa kenyataannya aku telah terjatuh oleh harapan-harapan yang sejak awal sudah kubangun megah namun ternyata kini telah hancur lebur menyisakan kepingan yang terasa perih dan menyakitkan. Aku yang terbiasa memupuk bunga harum nan indah, kini malah terkena durinya yang bahkan tak pernah ku kira akan ada sebelumnya.
Aku kecewa dan ingin melampiaskan segala amarah pada dirimu yang tak merasa bertanggungjawab atas luka yang kau tinggalkan. Tapi tidak, kamu tidak sepenuhnya salah. Aku saja yang sejak awal terlanjur merangkai harapan indah hingga tak terasa telah terjebak sendirian.
Sedangkan kamu, kamu hanyalah kamu yang datang dengan tawaran semu namun berhasil menyakinkanku. Bahwa aku saja yang terlalu berlebihan, terlanjur percaya hingga di akhir cerita. Ini bukan lagi tentang siapa yang salah, sebuah kalimat yang ku tekankan agar aku bisa keluar dari belenggu amarah dan rasa sakit yang aku harap segera mereda. Â
Nyaman bukan berarti kepastian, inilah yang kupelajari. Dan kini aku tak mau terjebak kembali.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”