Kamu yang dulu mengejarku.
Kamu yang dulu menginginkanku.
Dan kamu yang dulu selalu berusaha meyakinkanku, bahwa cinta sejati itu ada. Cinta yang tidak pernah berubah dan cinta yang tidak akan pernah hilang, walau dipisahkan oleh jarak dan waktu.
Kamu yang dulu selalu sabar dengan sikap manjaku…
Kamu yang dulu selalu mengalah ketika kita sedang berdebat…
Kamu…
Iya kamu.
Betapa bahagianya aku bisa dicintai oleh laki-laki sepertimu. Laki-laki yang selalu bisa memberiku perhatian lebih, tanpa perlu rasanya aku memohon untuk bisa diperhatikan. Tapi sekarang, semua itu sudah menjadi kenangan. Karena kamu, telah memilih pergi untuk meninggalkan aku.
Andai saja kamu tahu, bahwa rasa cintaku begitu besar untukmu, jauh melebihi rasa cintaku kepada diriku sendiri. Ya, andai saja kamu tahu juga, betapa sakitnya aku ketika melihat kamu yang dulu begitu menginginkanku, sekarang menjadi acuh tak acuh. Tapi, buat apa kamu tahu hal ini? Toh, kamu bukan milikku lagi. Kamu sekarang kan, sudah menjadi milik orang lain. Oh iya, aku mau bilang sesuatu nih sama kamu. Tapi kamu janji ya, kalau kamu gak bakal ninggalin dia yang saat ini sudah menjadi pilihanmu.
Nah, kalau kamu sudah janji, kamu bisa kok baca tulisan ini sampai selesai. Dan kalau sudah selesai di baca, aku harap kamu bisa bahagian dia ya, seperti kamu yang dulu bisa membuatku bahagia.
“Dulu, betapa beruntungnya aku bisa mengenalmu, bisa dekat denganmu dan bahkan bisa menjadi milikmu. Hari-demi hari, bulan demi bulan, dan tahun demi tahun kita lalui bersama, tak pernah sedikitpun air mata jatuh menetes dan membasahi pipiku. Karena kamu, selalu bisa membuatku tersenyum dan bahagia. Ya, itulah kamu yang dulu. Jika dibandingkan yang sekarang, wow, jauh sekali perbedaannya! Bahkan, aku seperti tidak mengenalmu lagi.Â
Karena kamu yang dulu bersikap manis kepadaku, kini berubah menjadi seseorang yang kasar. Kenapa aku bisa berkata seperti itu? Karena kamu sudah tega mencampakkanku begitu saja. Pergi tanpa alasan yang jelas, lalu tiba-tiba saja kamu sudah menikah dengan orang lain. Bahkan, kamu juga tega mengatakan sesuatu yang buruk mengenaiku kepada teman-teman dekatku. Sedih rasanya, melihat dirimu yang sekarang.Â
Tapi, yasudahlah! Tidak ada gunanya lagi aku menangisi kamu. Orang yang tidak lagi peduli akan kehadiranku. Semoga kamu bahagia ya disana, dengan orang yang kamu cintai. Aku cuma bisa berdoa, supaya kamu dan dia langgeng sampai kakek nenek. Hm, aku juga mau minta maaf sama kamu. Maaf, kalau selama kita pacaran, aku selalu bikin susah kamu. Dan maaf juga, selama kita pacaran, kamu merasa tidak nyaman dengan sikap manjaku.Â
Mungkin, cuma itu aja yang mau aku sampein ke kamu. Kalau terlalu panjang lebar, entar kamu bosan lagi bacanya. Karena aku tahu betul, kamu itu gimana orangnya. Buktinya, kamu bisa ninggalin aku karena bosan dengan sikap manjaku. Aku tahu kok, kalau rasa bosan itu wajar. Tapi apa iya, kamu bakal terus ninggalin seseorang hanya karena rasa bosan?
Please, jangan sampai seperti itu lagi ya! Kamu harus ingat, bahwa kamu sudah menikah sama dia. Kalau kamu tadi masih pacaran, ya boleh-boleh saja, itu hak kamu kok. Duh, kok aku jadi nasehatin kamu ya.. Maaf-maaf, aku suka keinget sama masa pacaran kita dulu. Masa-masa aku suka nasehatin kamu, hehehe.
Artikel Bermanfaat dan Menghibur Lainnya
“Artikel ini merupakan kiriman dari pembaca hipwee, isi artikel sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.”